Alexis seorang ilmuwan wanita dan juga ahli beladiri yang berhasil menciptakan sebuah ruang penyimpanan ajaib ke dalam sebuah kalung.
Namun, dia di khianati dan meninggal secara tragis oleh orang kepercayaan nya sendiri.
Dan siapa sangka, jiwa nya justru masuk ke dalam tubuh wanita lemah yang teraniaya. Yang juga memiliki nama yang sama dengannya.
Rencana balas dendam pun di mulai melalui tubuh wanita yang bernama Alexis itu.
Berhasilkah Alexis membalas dendam? Kalau penasaran, baca yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Tidak ada hubungannya dengan dunia nyata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
"Bawa mereka ke RSJ. Bila mereka sadar nanti, mereka akan langsung hilang kewarasannya. Selain itu mereka juga akan lumpuh," kata Alexis.
"Bahaya juga nih cewek, tampak lembut, namun mematikan," batin Raymond.
"Baik. Malam ini juga aku akan bawa mereka," ujar Raymond.
Alexis membangunkan penjaga dengan cara menyiram nya dengan air. Mereka pun sontak terbangun dan melihat profesor Ar dan Merlin sudah tidak sadarkan diri.
"Aku perintahkan kalian untuk membawa mereka ke mobil," kata Alexis.
"B-baik," ucap salah satu dari mereka.
Mereka pun segera menggotong tubuh profesor Ar dan Merlin ke mobil. Jarak antara rumah dengan pintu gerbang sekitar seratus meter.
Sesampainya di mobil, keduanya di masukkan di kursi belakang. Alexis dan Raymond memperingati mereka untuk tidak berbuat macam-macam kalau ingin selamat.
Mereka hanya mengangguk kemudian tertunduk. Kemudian mereka saling pandang setelah mobil Raymond dan mobil Alexis pergi dari situ.
"Kok kita tidak di tangkap?" tanya salah satu dari mereka.
"Apa kamu tidak dengar? Mereka tidak mengincar kita, mereka hanya punya urusan dengan tuan Ar dan nona Merlin," jawab rekannya.
Mereka pun kembali ke rumah. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang. Mereka bekerja dengan profesor Ar dan belum mendapatkan bayaran sama sekali.
Sementara Alexis dan Raymond langsung ke RSJ untuk mengantar profesor Ar dan Merlin.
Sesampainya di RSJ, keduanya langsung menyerahkan menyerahkan pasien untuk di rawat.
Setelah mengisi formulir identitas pasien, Raymond dan Alexis berencana untuk pulang. Namun sebelum masuk ke dalam mobil, Raymond menarik tangan Alexis dan memeluknya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Alexis.
"Aku mengkhawatirkan kamu. Tahu tidak?" jawab Raymond.
"Iya, tapi tidak begini juga. Kamu memeluk ku seolah-olah aku ini milikmu," kata Alexis.
"Maaf, aku refleks tadi. Karena aku ...."
"Sudahlah, lepasin aku dan kita pulang," potong Alexis.
"Tunggu!" cegah Raymond saat Alexis hendak masuk ke dalam mobil.
Alexis berhenti. Kemudian berbalik menghadap Raymond. Kemudian Alexis mengatakan, jika ada yang ingin di bahas sebaik besok saja.
Alexis juga bilang, karena ini sudah larut, jadi dia butuh istirahat. Raymond pun tidak jadi untuk mengatakan sesuatu.
Akhirnya mereka pun pulang ke apartemen dengan kendaraan masing-masing. Dua buah mobil pun melaju di jalanan. Jalanan cukup lenggang, jadi mereka bisa ngebut saat menyetir.
"Aku hanya ingin bahas tentang Damian," kata Raymond saat tiba di parkiran.
"Nggak ada yang perlu di bahas tentang dia. Sebaiknya kita pikirkan bagaimana pelayan dan penjaga setelah tuan mereka kita culik," kata Alexis.
"Kalau masalah itu, aku sudah pikirkan. Mereka akan aku pekerjakan sebagai sekuriti di beberapa tempat. Aku punya properti di beberapa tempat. Dan untuk pelayan juga begitu," kata Raymond.
Alexis mengangguk, kemudian berjalan mendahului Raymond menuju lift. Raymond mengejar dan ikut masuk ke dalam lift.
"Oh iya, Damian bukan ancaman bagiku, namun sebaliknya ibu tiri mu dan adik mu yang patut di khawatirkan. Karena aku yakin mereka tidak akan berhenti sampai di situ," kata Alexis.
"Aku sedang mengumpulkan bukti untuk menjerat mereka dan menjebloskan nya ke penjara. Aku yakin, Darwin tidak tahu dengan kelakuan mereka itu," ujar Raymond.
Alexis menatap Raymond, keduanya pun saling bertatap. Alexis juga merasa seperti itu, karena di lihat dari caranya, sepertinya ayahnya Raymond tidak tahu kelakuan istri dan anaknya.
Mereka keluar dari lift setelah tiba di lantai yang dituju. Saat Alexis hendak menekan sandi apartemen nya. Raymond segera menahannya.
"Besok temani aku ke pesta," kata Raymond.
Alexis tidak menjawab dan tidak juga mengangguk. Dia hanya menatap wajah tampan Raymond.
"Aku tidak punya pasangan, tolong ya," ucap Raymond. "Besok kamu beli gaun dengan kartu ini. Tidak ada nomor pin dan bisa langsung di gesek," imbuhnya.
"Tidak perlu, aku juga punya uang kalau hanya sekedar untuk membeli gaun," ujar Alexis.
Raymond tetap memaksa menyerahkan kartu miliknya. Ia mengatakan jika kartu nya tidak satu. Jadi yang itu ia berikan kepada Alexis.
Alexis tetap menolak, dia bukan cewek matre. Uangnya juga banyak dan cukup untuk biaya hidupnya.
"Baiklah, tapi lain kali jangan menolak," kata Raymond. Alexis hanya tersenyum kemudian menekan sandi lalu masuk ke dalam apartemen.
Raymond masih berdiri mematung sampai pintu tertutup, barulah ia kembali ke apartemen nya.
"Nyonya dari mana?" tanya Bibik yang ternyata terbangun.
"Bibik kenapa belum tidur? ini sudah larut malam, Bibik harus banyak-banyak istirahat," kata Alexis tanpa menjawab pertanyaan Bibik.
"Saya terbangun Nyonya. Saya hendak ke dapur untuk ambil air minum," ujar Bibik.
Alexis mengangguk lalu masuk ke dalam kamarnya. Sebelum tidur, Alexis ingin mandi terlebih dahulu. Apalagi dia baru saja dari luar dan selesai bertarung.
Alexis mandi dengan air hangat. Dan tidak butuh waktu lama dia pun menyudahi mandinya.
"Apa Raymond benar-benar menyukai ku? Dia tampan, kaya, tidak mungkin tidak ada cewek yang mau dengannya. Sementara aku. Pemilik tubuh ini statusnya sekarang adalah janda," batin Alexis sambil mengenakan pakaian tidur.
Alexis pun merebahkan tubuhnya di kasur. Matanya sulit terpejam, apalagi saat teringat Raymond yang tiba-tiba memeluknya.
Alexis merasa Raymond itu terlalu baik, hanya dia merasa tidak layak untuk berdampingan dengan pria sekelas Raymond.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi kedepannya. Yang penting sekarang, aku sudah balas dendam kepada Merlin dan profesor Ar," gumam Alexis.
Perlahan-lahan Alexis pun memejamkan matanya. Karena besok dia akan membeli gaun untuk pergi ke pesta bersama Raymond.
Biar bagaimanapun, Raymond sudah mengajaknya untuk menjadi pendampingnya di pesta itu nanti. Jadi dia harus tampil cantik agar Raymond tidak malu.
Sementara Raymond yang juga baru selesai mandi pun sudah berganti pakaian dengan piyama tidur.
Ia tidak mengerti kenapa Alexis seolah menghindar darinya? Tapi Raymond akan tetap dengan berbagai cara untuk mengambil hati Alexis agar menerima dirinya.
"Ternyata cukup sulit merebut hati seorang wanita," gumamnya.
Raymond membuka situs dan mempelajari bagaimana caranya menggaet cewek. Raymond membaca cara-cara yang di ajarkan di laman web itu.
Raymond mencebikkan bibirnya lalu menggeleng. Menurutnya itu terlalu berlebihan. Kemudian Raymond akan menggunakan caranya sendiri biar lebih menantang.
Tanpa sadar, jam sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Namun Raymond belum tidur juga. Pikirannya saat ini di penuhi bagaimana agar bisa meluluhkan hati Alexis?
"Astaga, ternyata sudah jam 3 dini hari," ucap Raymond sedikit kaget. Kemudian ia pun ingin tertidur walau sebentar.
Akhirnya Raymond pun perlahan memejamkan matanya. Ia pun tertidur karena sudah mengantuk.
Jam 9 pagi Raymond akhirnya terbangun. Ia meraih ponselnya yang tidak jauh darinya. Dan terkejut ternyata sudah jam 9 pagi.