Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh
seorang Evanindhia Sashikirana..bahwa pengkhianatan yang di lakukan oleh kekasih nya bersama adiknya sendiri telah memaksa dirinya
untuk menjauh dari hingar bingar kehidupan
glamor kota metropolitan.
Dia memutuskan untuk mengisolasi dirinya ke
sebuah kota kecil yang ternyata keadaan di dalam
nya sangat lah di luar dugaan. Kehidupan liar dan
ekstrim harus dia lalui di sana yang bahkan tidak
pernah terlintas sedikitpun kalau dia akan masuk
dan mengalaminya sendiri.
Dia adalah seorang gadis kota dengan segala
pesona luar biasa yang di milikinya hingga di
setiap kemunculannya akan langsung menyihir
dan membius mata semua orang yang selama
hidupnya belum pernah melihat mahluk cantik
seperti dirinya.
Bagaimanakah Kiran akan dapat menjalani
kehidupan liar nya di kota kecil yang tidak di
kenal nya sama sekali.? Akankah dia menyesali
semua keputusan nya yang telah membawa
dirinya ke dalam kesulitan.??
** Ambilah hikmah yang terkandung di balik
setiap peristiwa **
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Syok
\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Kiran bangkit dari rebahan nya, kemudian duduk
tegak masih menatap Aryella penuh selidik.
"Kenapa.? apa kau tidak suka aku datang kesini?
Bukankah aku juga punya hak yang sama untuk
datang ke kantor ini.?"
Protes Aryella dengan nada yang sangat ketus.
Kiran menggeleng pelan melihat sikap jutek nya
Aryella.
"Ada apa datang kesini ? apa ada sesuatu yang
kamu butuhkan ?"
Tanya Kiran. Hatinya tiba-tiba saja merasa resah
melihat fokus pandangan adiknya itu tidak jua
lepas dari sosok suaminya.
"Aku ingin bicara empat mata dengan mu soal
Nathan !"
Wajah Kiran berubah tidak nyaman. Dia melirik
sekilas kearah Agra yang juga sedang melihat
kearahnya. Kiran beranjak dari duduknya lalu
menarik tangan Aryella.
"Ikut aku, kita bicara di sana.!"
"Hei.. kenapa kita harus bicara di sana, kenapa
tidak di hadapan suamimu saja, biar dia tahu
sekalian. !"
Tolak Aryella, matanya masih tetap menatap
tenang wajah Agra. Kiran terhenyak, jadi Aryella
sudah tahu siapa Agra.? hatinya semakin tidak nyaman.
"Ini urusan kita, dia tidak ada hubungannya
dengan semua ini. !"
Kiran memaksa menarik tangan Aryella di
bawa berjalan ke dekat sofa ruang tamu.
Gadis itu berdecak sebal sambil kemudian menjatuhkan bokong nya di atas sofa.
"Apa yang ingin kau bicarakan ?"
Tanya Kiran yang kini duduk di sebelah
Aryella, menatap tajam wajah cantik gadis
itu yang lagi-lagi memfokuskan perhatiannya
pada sosok Agra walau mereka berada pada
jarak yang cukup jauh.
"Aryella..apa sebenarnya yang kau lihat ?"
Kiran tidak tahan, dia meraup wajah adiknya
itu di hadapkan kearahnya. Kini kedua mata
mereka saling menatap kuat.
"Kau boleh mengambil Nathan kembali.!
sebagai gantinya berikan suamimu itu padaku.!"
"Apa ??"
Kiran membulatkan matanya, terkejut setengah
mati. Menyerahkan Agra untuk Aryella.?
"Apa otakmu sudah tidak waras.?"
Seru Kiran saking kesalnya, Agra tampak melirik
kearah nya, menatap Kiran dalam diam. Namun
dia mulai mengetatkan rahangnya. top
"Nathan sudah tidak menarik lagi bagiku. Dia
memang memiliki segalanya, tapi suamimu
itu lebih menarik di banding dengan nya.!"
Ucap Aryella dengan tidak tahu malunya.
Tatapannya kembali jatuh pada sosok Agra.
Kiran menggelengkan kepalanya, tidak
percaya akan sikap Aryella.
"Bukankah kamu sangat mencintai Nathan?
lalu kenapa sekarang tiba-tiba menginginkan
suamiku, apa kau pikir dia barang yang bisa
di gilir begitu saja ?"
"Ya..aku mungkin mencintainya, tapi dia tidak
pernah memandang ku sama sekali.! dia hanya
menginginkan tubuhku saja.!"
Kiran kembali menggeleng kalut, dia benar-
benar merasa gagal menjadi seorang kakak
karena telah membiarkan adiknya ini terjerumus
ke dalam pergaulan bebas.
"Apa kau menjual kehormatan mu pada banyak
laki-laki.? "
Aryella menatap kesal wajah Kiran, tampaknya
dia merasa sedikit tersinggung.
"Tentu saja tidak, hanya Nathan yang sudah
berhasil mendapatkan ku.!"
"Ya Tuhan Aryella.. kenapa kamu melakukan
semua ini, apa kau tidak punya sedikit saja
rasa bersalah pada ayah dan ibu..!"
Lirih Kiran seraya mengurut keningnya resah.
Aryella hanya menatapnya jengah.
"Kau saja yang terlalu kolot, kamu juga terlalu
naif, jaman sekarang kehormatan sebagai
seorang perawan sejati sudah tidak ada lagi !"
"Cukup ! kamu benar-benar sudah kelewat
batas. Apa kamu pikir semua yang kamu
inginkan akan selalu kamu dapatkan.?"
Geram Kiran dengan hati yang sudah di telan
bulat-bulat oleh emosi dan kekecewaan atas
sikap adiknya itu yang malah semakin kacau.
"Tentu saja..dari kecil apa yang aku inginkan
selalu aku dapatkan, apa yang kau miliki akan
selalu aku dapatkan.!"
"Kali ini itu tidak akan terjadi..! kau boleh
mendapatkan Nathan, tapi tidak dengannya.!"
Tegas Kiran sambil melirik kearah Agra yang
saat ini tampak sedang berdiri menelepon
seseorang di dekat jendela.
"Ohh..apa kau sudah jatuh cinta padanya.?
Secepat itukah kamu melupakan perasaanmu
pada mantan kekasih mu itu.?"
"Itu urusanku, tidak ada hubungannya dengan
mu, sekarang sebaiknya kamu pergi dari sini.!"
Usir Kiran sambil menunjuk kearah pintu.
Aryella tampak menatap tajam wajah Kiran.
"Aku juga punya hak untuk ada di tempat ini.!"
"Sekarang aku yang memimpin perusahaan ini,
jadi kau.. keluar sekarang.! dan ingat jangan
pernah bermimpi untuk mendapatkan suamiku!
Karena aku tidak akan pernah merelakannya.!"
"Hahaa..apa kau meragukan kemampuan ku
dalam menjerat pria yang aku inginkan.? kau
lupa ? Nathan adalah bukti nyata !"
"Aryella..! kesabaranku ada batasnya.!"
Seru Kiran seraya berdiri dengan tatapan yang
kini berubah garang. Aryella meraih tas nya, lalu
ikut berdiri di hadapan Kiran. Keduanya saling pandang mengadu kekuatan.
"Nathan akan datang lusa untuk menentukan
tanggal pernikahan..! jadi kau harus segera
mengurus perpisahan mu dengan nya. Setelah
itu aku akan mengambil nya darimu.!"
"Keluar kamu..! aku bilang keluar..!"
Pekik Kiran tidak tahan lagi. Aryella mendengus
kesal, tatapannya kembali menyapu sosok
gagah Agra yang masih berdiri tenang di dekat
jendela, dia masih melakukan pembicaraan.
"Kau harus segera mengurus perceraian mu
dengannya kalau tidak ingin ayah mati sia-sia !
Dan aku pastikan akan segera menaklukkannya.!"
Desis Aryella sambil melirik kearah Agra
dengan senyum narsis nya, setelah itu dia menghentakkan kakinya keluar dari dalam
ruangan. Kiran menutup wajahnya dengan
perasaan yang kini tidak menentu.
Apakah benar yang tadi di katakan Aryella
bahwa Nathan akan segera mengambil langkah
cepat, apa yang terjadi sebenarnya? dia harus
segera mencari tahu dengan mendatangi ayah
nya di rumah sakit.
Kiran tersentak ketika tiba-tiba Agra memeluk
nya dari belakang, melingkarkan lengan
kokohnya di perut datar nya.
"Kau jangan terlalu banyak berpikir.. semua
akan berjalan sesuai dengan keinginan kita.!"
Bisik Agra sambil mengecup lembut tengkuk
Kiran yang langsung berjingkat, dia melirik dan
menatap resah wajah tampan Agra yang kini
menenggelamkan kepalanya di bahu Kiran.
"Agra.. apa yang akan kita lakukan sekarang.?"
"Apa yang kau inginkan.? katakanlah..maka
itu yang akan terjadi. !"
"Apa maksudmu ? aku sama sekali tidak punya
kekuatan untuk menyelamatkan diri ! lalu apa
yang akan terjadi pada hubungan kita."
Ucap Kiran lemah, Agra melepaskan pelukan
nya, dia menarik tangan Kiran untuk duduk
kembali di sofa. Kiran menarik napas berat
seraya menundukkan kepalanya. Agra duduk
di sampingnya, kemudian mengangkat wajah
Kiran dengan tatapan yang semakin dalam.
"Apa yang kau harapkan dari hubungan kita.?"
Tanya Agra serius membuat Kiran terhenyak
dalam diam, dia menatap kedalaman mata
elang Agra mencoba menembus batas.
"Katakanlah Kiran.. yakinkan aku untuk tetap
memperjuangkan mu..! "
Imbuh Agra membuat Kiran semakin tidak kuasa untuk berkata. Harus berdiri dimanakah dia kini.?
antara perusahaan keluarganya, juga isi hatinya
yang tidak ingin melepaskan suaminya ini.
"Apa kau akan melepaskan hubungan ini.?"
"Tidak ! tentu saja tidak..!"
Debat Kiran seraya menggeleng kuat. Tatapan
Agra kini semakin tajam hingga rasanya tubuh
Kiran lemas seketika.
"Lalu apa yang kau inginkan.?"
"Aku tidak ingin berpisah dengan mu Agra..aku
sudah merasa nyaman bersamamu.!"
"Apa kau rela membiarkan ayahmu terpuruk?
Kau akan merelakan perusahaan ini jatuh ke
tangan laki-laki itu demi aku.?"
Kiran langsung memeluk erat tubuh Agra. Air
matanya mulai berjatuhan tidak tertahan kan.
"Aku tidak bisa kehilangan mu Agra..Aku akan
merelakan semuanya untuk mempertahankan
dirimu di sisiku.!"
Deg !
Jantung Agra bergelombang hebat. Tubuhnya membeku di tempat, pelukannya di tubuh Kiran
hampir saja terlepas. Apakah dia sedang
bermimpi saat ini.?
"Kalau begitu tidak ada keraguan lagi bagiku
untuk terus memperjuangkan mu.! "
Kiran melepaskan pelukannya, Agra mengusap
pelan air mata yang meleleh di pipi istrinya itu.
"Tetaplah bersamaku.. apapun yang terjadi.!"
Ucapnya lagi seraya mengecup lembut kening
Kiran. Keduanya memejamkan mata, mencoba
untuk memantapkan hati dan jiwanya.
****** ******
Kondisi kesehatan Tuan Zein tampaknya sudah semakin membaik saat ini. Hanya tinggal proses
pemulihan saja. Sam tidak pernah lepas untuk
selalu mengontrol dan mengecek kondisi ayah
nya itu setiap dia ada waktu. Dan Nyonya Amelia
tidak pernah sekalipun meninggalkan suaminya
itu. Dia selalu setia mendampingi nya.
Saat ini Sam sedang kembali mengecek kondisi
jantung Tuan Zein ketika tiba-tiba ada kegaduhan
di luar ruangan. Ada beberapa orang yang sedang
berbicara di depan pintu. Sam saling pandang
dengan Nyonya Amelia.
"Kenapa bisa ada keributan di luar Bu.?"
Tuan Zein mengeluarkan suara nya merasa
sedikit terganggu.
"Entahlah.. ibu juga tidak mengerti."
Sahut Nyonya Amelia. Di tengah kebingungan
pintu ruangan di buka dari luar. Dan satu sosok
pria tinggi tegap muncul di ambang pintu,
menatap lurus kearah Tuan Zein yang sedang bersandar di punggung ranjang .
Sosok itu yang tiada lain adalah Agra tampak
membuka topi penutup kepala nya membuat
Sam dan Tuan Zein terkejut bukan main.
"Tuan Bimantara..."
Desis Tuan Zein yang langsung terlihat pias.
Sementara Sam dan Nyonya Amelia sontak membungkuk hormat di hadapan pemilik
rumah sakit tempatnya bekerja tersebut.
"Selamat datang Tuan Bimantara.."
Sambut Sam dengan suara sedikit bergetar
karena dirinya benar-benar tidak menyangka
akan mendapat kunjungan tidak terduga ini.
Agra mengangkat tangannya sedikit seraya
mendekat kearah Tuan Zein yang berusaha
untuk menegakkan badannya di bantu oleh
Sam. Laki-laki paruh baya itu mencoba untuk
memberi sambutan baik sebisa mungkin.
"Jangan memaksakan dirimu..!"
Cegah Agra dengan suara beratnya. Tuan Zein
menundukkan kepalanya sedikit dengan senyum
samar di telan kegugupan.Pintu ruangan kembali
di tutup dari luar, para dokter dan perawat yang
tadi datang menemani Agra yang di pimpin oleh
Dokter Rey tampak berjaga di luar ruangan.
Yang ada di ruangan itu kini hanya tinggal Agra
di dampingi oleh Bara dan dua orang bawahan
nya yang biasa menangani masalah keuangan
bersama dengan ketiga orang anggota keluarga istrinya tersebut. Agra mengamati layar monitor elektrokardiogram yang menunjukan kerja
jantungTuan Zein.
"Bagaimana keadaannya.? "
Tanya nya pada Sam yang sedikit tersentak.
"Sejauh ini sudah semakin membaik Tuan.."
Sahut Sam masih tidak berani mengangkat
kepalanya. Tatapan Agra kini mengarah pada
sosok Tuan Zein yang masih terlihat lemah.
"Kau harus memantaunya terus.!"
"Tentu Tuan.."
Agra melirik kearah Bara dan yang langsung
mengangguk dan mengangkat tangannya pada
dua orang ahli tadi. Mereka maju ke hadapan
Tuan Zein, menyerahkan satu dokumen tebal
ke pangkuannya, Tuan Zein terlihat bingung.
"Apa ini Tuan, apa kami melakukan kesalahan?
saya rasa urusan perkebunan sudah selesai."
Tuan Zein memberanikan diri untuk bertanya
dengan perasan tidak enak.
"Jadi dana hasil penjualan perkebunan tidak
cukup untuk menutup semua hutang mu
pada pihak Global Company Tuan Zein.?"
Ujar Agra seraya menatap tajam wajah pias
Tuan Zein yang langsung tersentak dan
mengangkat wajahnya melihat sekilas kearah
Agra yang terlihat begitu dingin.
"Mo-mohon maaf Tuan..tapi itu adalah urusan
internal perusahaan kami yang tidak bisa di
di buka begitu saja di luar.!"
"Aku sudah menyelidiki semua kebocoran
dana yang ada di perusahan mu.! kau sudah
membiarkan kejahatan mengakar sampai
sejauh ini.!"
Tuan Zein menganga, dia tidak mengerti dari
mana Tuan pemilik Bintang Group itu tahu
semua ini.
"Da-dari mana anda mendapat akses untuk
mengetahui semua ini.?"
"Kiran..aku adalah asisten pribadi nya saat ini.!"
"Apa.??"
Ketiga anggota keluarga Mahesa berseru kaget.
Agra mendengus kesal, tatapan nya semakin
menghujam wajah Tuan Zein.
"Kenapa kau harus mengorbankan putrimu
untuk menyelamatkan perusahaan mu yang
sudah kacau balau itu.!"
Wajah Tuan Zein tampak pucat pasi. Nyonya
Amelia dan Sam tidak kalah pucatnya, kenapa
Tuan yang terhormat ini tiba-tiba membahas
masalah pribadi keluarga nya.
"Tu-Tuan..itu adalah masalah keluarga kami.
Jadi saya rasa anda tidak ada hubungan nya
dengan semua ini."
"Tentu saja itu semua menjadi urusanku.!"
Tuan Zein dan kedua keluarganya bertambah
bingung, bagaimana bisa semua ini menjadi
urusan Tuan Bimantara.? asisten pribadi Kiran,
ini pasti hanya omong kosong saja kan.?
"Mohon maaf Tuan.. tapi saya tidak mengerti
maksud anda, bagaimana bisa semua ini
menjadi urusan anda, bukankah urusan
perkebunan sudah selesai ?"
Bara maju mendekat kearah Tuan Zein, dia
menyerahkan buku nikah Agra dan Kiran ke
hadapan Tuan Zein tepat di atas dokumen tadi.
"Karena aku adalah suami putrimu..!"
Tegas Agra dengan nada penuh penekanan
setengah menahan emosi. Ketiga anggota
keluarga Mahesa tersebut terlihat bengong,
tidak mampu mengeluarkan suara sedikitpun.
Terkejut tak terkira, Tuan Bimantara suaminya
Kiran, bagaimana bisa.?
Dengan bergetar dan wajah yang pucat pasi
Tuan Zein membuka buku nikah di tangannya.
Matanya melebar mendapati fakta yang sangat
mengejutkan ini. Sam dan Nyonya Amelia
mendekat, ikut melihat semua bukti itu.
Ketiganya kini hanya bisa melongo saja.
"Ja-jadi..pengawal yang menikah dengan putri
saya di desa adalah anda..? tapi bagaimana
bisa semua ini terjadi Tuan..?"
"Aku pergi mengikuti putrimu ke perkebunan
itu. Menjadi pengawalnya di sana, karena tempat
itu bukanlah tempat yang cocok untuknya.!"
Tuan Zein semakin syok, menjadi pengawal
Kiran.? apa ini sebuah lelucon.?
"Apa kau tidak pernah benar-benar peduli pada
Kiran, hingga tidak ada keinginan sekalipun
untuk mengecek data pernikahan ku dengan
nya, kau hanya mempercayai informasi yang
di sampaikan oleh Badar..!"
Cecar Agra dengan wajah yang terlihat semakin
dingin. Tuan Zein menundukkan kepalanya
dalam, Sam mundur dengan tatapan yang
masih belum percaya semua kenyataan ini,
sementara Nyonya Amelia langsung terduduk
lemah di kursi nya.
"Maaf Tuan.. saya memang ayah yang tidak
bertanggung jawab.! saya bahkan meminta
Kiran untuk membatalkan pernikahan kalian.
Sekali lagi maafkan saya..!"
"Kiran belum tahu siapa aku sebenarnya..!
yang dia tahu aku adalah pengawalnya. Aku
minta tutup mulut kalian sampai aku sendiri
yang akan memberitahu semuanya.!"
Ketiga orang itu hanya bisa mengangguk di
tengah ketidakpercayaan atas apa yang mereka
dengar, jadi Kiran tidak tahu kalau orang yang
menjadi suaminya adalah sosok yang sangat
terhormat dan terpandang ?
"Selanjutnya kau pelajari dokumen itu, biarkan
Kiran yang mengurus semuanya. Dan ingat..
Semua ini aku lakukan semata-mata hanya
untuk nya, untuk Kiran.. istriku .!"
Dengus Agra sambil kemudian dia memutar
tubuhnya, melangkah dengan gagah keluar
dari ruangan itu. Ketiga anggota keluarga
Mahesa menatap kepergian Tuan Terhormat
itu masih dalam mode syok luar biasa.
"Apa kita sedang bermimpi Ayah.?"
Sam bertanya dengan pandangan kosong.
"Bagaimana bisa Tuan Bimantara yang sangat
terhormat itu menjadi pengawal pribadi nya
Kiran.? apa yang terjadi sebenarnya.?"
Gumam Tuan Zein. Dia berpaling pada dokumen
yang ada di tangannya, membuka nya dengan
perlahan. Dan setelah melihatnya secara
seksama tubuhnya kini terkulai lemas.
"Ada apa Yah..? apa yang terjadi..?"
Sam dan Nyonya Amelia tampak khawatir
dia segera menyandarkan tubuh Tuan Zein
dengan posisi senyaman mungkin. Lelaki
paruh baya itu tampak memejamkan mata,
mencoba mengatur ritme pernapasannya.
Sam segera meraih dokumen tadi kemudian
membukanya.Dia juga tidak kalah syok nya.
"Tuan Agra mengembalikan semua dana yang
telah di pinjamkan oleh pihak global company?
Apa ini tidak salah ? dan dia melakukan ini
semua hanya untuk Kiran kita.?"
Gumam Sam seraya menjatuhkan dirinya di
atas kursi.
"Ya Tuhan.. terimakasih karena Engkau telah
mengirimkan seorang penolong pada keluarga
kami..dan semua ini berkat Kiran.."
Lirih Nyonya Amelia sambil menitikkan air
mata haru. Ketiganya terdiam mencoba untuk
menenangkan diri dan berusaha mempercayai
bahwa semua ini bukanlah sekedar mimpi..
\*\*\*\*\*\*\*\*\*
TBC....