NovelToon NovelToon
Dari Putri Terbuang Jadi Permaisuri

Dari Putri Terbuang Jadi Permaisuri

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Fantasi Wanita / Ruang Ajaib / Chicklit
Popularitas:55.6k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Ketika Ling Xi menjadi putri yang tak dianggap di keluarga, lalu tersakiti dengan laki-laki yang dicintai, apalagi yang harus dia perbuat kalau bukan bangkit? Terlebih Ling mendapatkan ruang ajaib sebagai balas budi dari seekor ular yang pernah dia tolong sewaktu kecil. Dia pergunakan itu untuk membalas dan juga melindungi dirinya.

Pada suatu moment dimana Ling sudah bisa membuang rasa cintanya pada Jian Li, Ling Xi terpaksa mengikuti sayembara menikahi Kaisar kejam tidak kenal ampun. Salah sedikit, habislah nyawa. Dan ketika Ling Xi mengambil sayembara itu, justru Jian Li datang lagi kepadanya membawa segenap penyesalan.

Apakah Ling akan terus bersama Kaisar, atau malah kembali ke pelukan laki-laki yang sudah banyak menyakitinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Proyek Pemulihan

"Begitu ceritanya, Paduka."

Ling Xi telah selesai bercerita soal barang-barang milik Xiu Ying dan apa hubungannya dengan penghancuran Jian Li. Lin Feng terdiam sejenak, seperti menimbang apa yang dia putuskan pada Ling Xi.

"Bagaimana kalau aku lenyapkan saja mantan kekasihmu itu, agar kau tidak perlu bersusah payah membalasnya?" Lin Feng menawarkan, masih ragu dengan keberadaan tindakan yang akan dilakukan Ling Xi.

"Tentu saja Paduka bisa melenyapkan Jian Li dengan mudah, karena kekuatan Paduka jauh melampauinya. Namun, apakah itu tidak akan memicu Kaisar Donghai untuk membalas perbuatan Paduka? Aku tidak ingin peperangan terjadi antara kedua kerajaan hanya karena masalah pribadi. Jika perang berkobar, rakyatlah yang akan menderita. Banyak jiwa akan melayang sia-sia hanya demi urusan yang tidak menyangkut kepentingan mereka."

Apa yang dikatakan Ling Xi memang benar. Jika sampai perang pecah, sungguh akan sangat disayangkan. Akhirnya Lin Feng mengangguk setuju dengan rencana Ling Xi, meski merasa agak jengkel. Tentu saja dengan satu syarat berat.

"Baiklah, aku izinkan kau melancarkan rencanamu. Tapi dengan syarat kau tidak boleh gagal. Jika kau tidak berhasil, bukan hanya Jian Li yang akan kulenyapkan, tapi kau juga."

Syarat yang diajukan Lin Feng terasa berat, namun Ling Xi bertekad kuat. Ia yakin rencananya akan berhasil, apalagi dengan sedikit bantuan dari ruang Fengyun.

"Baik, Paduka. Terima kasih atas izinnya."

Lin Feng mengangguk tipis, lalu duduk di kursi yang telah disediakan di bawah tenda, terlindung dari terik dan hujan.

Setelah urusan paket selesai, Ling Xi teringat kembali pada pertanyaannya yang belum sempat ia lontarkan. Mengapa daerah ini begitu kelam?

"Paduka, aku ingin bertanya, mengapa tempat ini begitu hancur? Udaranya mencekam, dan tidak ada warna selain hitam dan abu-abu."

"Karena aku yang telah merusaknya. Apa kau tidak sadar, bahwa negeri Dong memang tidak memiliki warna selain kegelapan?"

Kening Ling Xi berkerut. Iya kah? Kenapa baru sekarang ia menyadarinya?

"Kau terlalu sibuk memandang wajahku, Ling Xi."

Ling Xi menggaruk-garuk keningnya, tidak bisa menyangkal perkataan Lin Feng barusan. Karena Ling Xi tak bersuara, Lin Feng kembali melanjutkan.

"Aku tidak bisa mengendalikan amarah yang teramat sangat. Pasti berakhir pedangku ternoda, atau tidak, ya... aku merusak tempat hingga menjadi seperti ini."

Begitulah penjelasan singkat dari Lin Feng. Ia tidak melanjutkan lagi karena Ling Xi sepertinya sudah paham, ditandai dengan tidak adanya pertanyaan lebih lanjut.

Alih-alih mengomentari penjelasan Lin Feng, Ling Xi justru mengalihkan pembicaraan ke arah perbaikan.

"Kalau begitu, ide perbaikan ku bisa kita terapkan sekarang juga, Paduka. Dimulai dari tempat ini, lalu berlanjut ke tempat lainnya."

"Itulah tujuan ku membawamu kesini, Ling Xi. Kau tak perlu melihat peta negeri Dong. Dimulai dari tempat ini, selanjutnya kau akan tahu mana yang harus dibenahi juga."

"Iya, Paduka." Ling Xi mengangguk paham.

Proyek Pemulihan Dimulai.

Ling Xi dan timnya, yang ternyata sudah menyusul, mulai bekerja. Mereka memulai pembangunan dari titik awal, membersihkan kerangka menara yang sudah tidak terpakai. Sebagai simbolis, Ling Xi ikut terjun langsung, meski hanya sekadar membantu sedikit.

Namun, insiden tidak terduga terjadi. Ling Xi salah melangkah, atau terpeleset, atau entah kenapa, ia jatuh dari ketinggian.

Dari kursinya di tenda, Lin Feng yang sedang memperhatikan mereka langsung melesat. Ia terbang dan menangkap tubuh Ling Xi sebelum menyentuh tanah.

"Kau terluka?" tanya Lin Feng, tangannya melingkari pinggang Ling Xi. Mata mereka bertemu dengan jarak yang sangat dekat. Napas Ling Xi tertahan, jantungnya berdebar-debar tak karuan. Dalam pelukan Lin Feng, ia merasa aman.

"Paduka telah menolongku, jadi aku tidak terluka." Ling Xi nyengir. "Terimakasih banyak, Paduka."

"Paduka apa?"

"Paduka suami."

Ck!

Lin Feng berdecak. Jawaban Ling Xi masih ada yang kurang. Ling Xi langsung membenarkan.

"Terimakasih Paduka Suami S."

Barulah Lin Feng mengangguk, "Hm, karena kau ceroboh sekali, duduklah bersama ku. Jangan ikut bekerja bersama mereka."

"Iya, Paduka."

Kalau yang ini benar-benar Paduka Suami Sayang. Xixixixi.

...***...

Istana Nanshu

Tuan Ling Yuan melangkah santai di lorong Istana Nanshu. Malam telah larut, tapi ia enggan kembali ke Kediaman Ling. Langkahnya membawanya ke sebuah paviliun yang dihuni oleh salah satu rekan menterinya. Ling Yuan mengetuk pintu dan disambut dengan raut wajah terkejut dari sang rekan.

"Ling Yuan? Kupikir kau sudah pulang ke kediamanmu," sapanya, mempersilakan Ling Yuan masuk.

"Aku belum mau pulang. Aku berniat menginap di sini, menumpang di paviliunmu, kalau kau tidak keberatan."

Sang teman menatapnya heran. Pasalnya Ling Yuan tidak pernah menginap. "Tentu saja tidak keberatan. Tapi, tumben sekali kau ingin menginap di istana? Biasanya kau mati-matian tidak mau meninggalkan Kediaman Ling, katanya itu warisan dari orang tuamu dan kau tidak ingin jauh-jauh dari kenangan mereka."

Ling Yuan menghela napas. "Ya, dulu memang begitu. Tapi entahlah, belakangan ini aku merasa lebih nyaman berada di sini. Bahkan aku sempat berpikir untuk pindah saja ke istana, seperti kalian semua."

Si teman semakin terheran-heran. "Benarkah? Tanpa diminta kau langsung ingin pindah? Ada apa sebenarnya, Ling Yuan?"

"Tidak ada apa-apa," jawab Ling Yuan, meski ada sedikit nada rahasia di suaranya. "Hanya ingin suasana baru."

Mereka berdua duduk, dan temannya menuangkan teh. Sambil menyeruput teh, sang teman teringat sesuatu.

"Oh, ya, kemarin ada kabar dari kurir andalan kita. Katanya paket yang kau kirim ke Istana Dong, sudah diterima dengan baik."

Wajah Ling Yuan sedikit berubah. "Benarkah? Baguslah. Aku hanya ingin memastikan barang itu sampai di tangan yang tepat."

"Barang apa memangnya?"

"Bukan apa-apa, hanya barang pribadi. Jangan dipikirkan," Ling Yuan mengelak dengan cepat.

"Kau ngirim hadiah pernikahan buat Kaisar Dong, ya?"

"Ish, sudah ku bilang jangan lah dipikirkan."

Kemudian keduanya tergelak setelah pembahasan berlanjut Keduanya tidak menyangka, sesuatu yang sangat dihindari oleh Ling Yuan malah sekarang jadi dekat karena terikat dengan pernikahan.

Tanpa mereka sadari, di balik pilar dekat paviliun, seorang pejabat lain mendengarkan seluruh percakapan itu. Ia menyeringai tipis. Paket untuk Istana Dong, dan juga keinginan Ling Yuan pindah ke istana Nanshu, merupakan informasi penting.

Orang itu segera kembali ke kamarnya, mengambil pena dan kertas, lalu mulai menulis sebuah surat. Surat itu ditujukan kepada Jenderal di Istana Donghai, berisi laporan tentang percakapan yang baru saja didengarnya. Ia yakin, informasi ini akan sangat berguna untuk Kaisar Donghai, maupun untuk keuntungannya sendiri.

Seketika, setelah asyik tertawa, tengkuk Tuan Ling Yuan meremang.

"Kau kenapa?" taya temannya.

"Tiba-tiba saja aku merinding."

.

.

Bersambung.

1
Nancy Nurwezia
sombong sekali.. nggak tau dia, xiu ying hidupnya sengsara
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
manalah dia mau
Muliana
Terserah kamu /Facepalm/
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Zenun: siaaap
total 1 replies
〈⎳ FT. Zira
sekarang aku pahm.. astagaa/Facepalm//Facepalm/
Zenun: ehehehe
total 1 replies
〈⎳ FT. Zira
emang artinya sekramat itu ya..?? kok bisa/Facepalm/
Zenun: bisa bisa aja Kaisar mah
total 1 replies
Maria Lina
kok 11 ya
Zenun: apanya yang 11 kak?
total 1 replies
Dewi Payang
Ling Feng begitu menikmati. rasa tahi kuda/Facepalm/
〈⎳ FT. Zira
aku gak paham maknanya/Facepalm/
Zenun: ehehehe
total 1 replies
〈⎳ FT. Zira
baru sadar kan sekarang
Dewi Payang
Terima nasib saja.....🤭
Dewi Payang
Tak sesuai ekspektasi Gak seduai ekspektasi Xiu Ying....
Sribundanya Gifran
lanjut
aleena
cuit cutting
sweete bangeeettt/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Zenun: ciat ciat ciat
total 1 replies
Muliana
hayoo, pasti pikiran mu kemana-mana
Zenun: ehehehe
total 1 replies
Muliana
eh eh
@Resh@
cicuit😍
Zenun: uhuuuy
total 1 replies
aleena
bener bener donghai yg jaahat
Zenun: iyeees
total 1 replies
Sribundanya Gifran
lanjut
Mineaa
Gooooooolllllllll......
akhirnya........🥳
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!