Lian shen ,seorang pemuda yatim yang mendapat kn sebuah pedang naga kuno
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kota Bayangan Abadi
Setelah menuruni Puncak Matahari Hitam, jalan di hadapan Shen dan Lin Feng membawa mereka ke sebuah dataran luas. Udara terasa berat, seolah penuh dengan roh-roh yang tak terlihat. Perlahan kabut hitam tipis menyelimuti langkah mereka, dan ketika kabut itu menyingkir, terbentanglah sebuah kota kuno yang megah sekaligus menyeramkan.
Gerbang raksasa menjulang, dihiasi ukiran naga dan manusia yang terikat rantai. Pintu gerbang terbuka tanpa suara, seakan menyambut mereka. Di baliknya, jalan utama kota dipenuhi bangunan batu tinggi, namun semuanya sunyi. Tidak ada penduduk, hanya bayangan samar yang berjalan hilir mudik, menirukan kehidupan yang sudah lama hilang.
Lin Feng merinding. “Kota ini... seolah masih hidup, tapi tanpa jiwa.”
Shen mengangguk pelan. “Kota Bayangan Abadi. Aku pernah mendengar legenda tentang tempat ini. Dahulu, kota ini adalah pusat kerajaan besar, tapi karena keserakahan, seluruh penduduknya terperangkap dalam bayangan mereka sendiri. Kini mereka hanya roh tanpa tubuh, selamanya mengulang kehidupan yang sudah mati.”
Saat mereka melangkah lebih jauh, bayangan-bayangan itu mulai memperhatikan mereka. Tatapan kosong dan wajah tanpa detail menoleh bersamaan, membuat bulu kuduk berdiri. Salah satu bayangan mendekat, tangan hitam transparan terulur seolah ingin menyentuh Lin Feng.
Lin Feng mundur cepat. “Jangan sentuh aku!”
Namun bayangan itu tetap melayang mendekat. Shen segera menghunus pedangnya, cahaya emas memancar dan memotong makhluk itu. Bayangan itu mengeluarkan jeritan hampa sebelum pecah menjadi kabut hitam. Tetapi suara jeritan itu memicu reaksi berantai.
Tiba-tiba seluruh kota dipenuhi raungan, dan ratusan bayangan mulai bergerak, berlari ke arah mereka dari setiap jalan dan atap.
“Feng, kita harus lari ke pusat kota! Hanya di sana kita mungkin menemukan kunci keluar!” seru Shen.
Mereka berdua berlari melalui jalan-jalan yang berliku, diikuti oleh gelombang bayangan yang mengejar. Bayangan-bayangan itu tak bisa dihancurkan begitu saja; meski ditebas berkali-kali, mereka kembali menyatu. Satu-satunya cara hanyalah terus bergerak.
Setelah berlari sekian lama, mereka tiba di alun-alun besar. Di tengahnya berdiri istana batu hitam menjulang, dengan patung naga raksasa yang mengawasi dari atas gerbang. Namun anehnya, di tangga istana duduk seorang pria berpakaian jubah putih panjang, wajahnya pucat, matanya kosong namun tenang.
“Selamat datang, pengembara...” suaranya terdengar lembut namun bergema di seluruh alun-alun. “Aku adalah Raja Bayangan. Dahulu aku memerintah kota ini, kini aku hanya penguasa dari kegelapan abadi.”
Shen menatapnya dengan waspada. “Kalau kau memang raja, bebaskan pendudukmu dari kutukan ini!”
Raja Bayangan tersenyum getir. “Jika aku bisa, sudah kulakukan sejak ribuan tahun lalu. Tetapi kutukan ini lebih tua dari dunia. Satu-satunya jalan keluar bagi kalian hanyalah mengalahkanku... dan mengambil inti bayangan yang mengikat kota ini.”
Lin Feng maju selangkah, mengangkat pedangnya. “Kalau begitu, kami tidak punya pilihan.”
Begitu kata-kata itu terucap, bayangan seluruh kota menggeliat, berkumpul menjadi arus hitam yang menyelimuti tubuh Raja Bayangan. Dalam sekejap ia berubah menjadi sosok raksasa dengan tubuh setengah manusia setengah bayangan, tinggi menjulang, matanya merah menyala.
Pertarungan pun dimulai.
Raja Bayangan mengibaskan tangannya, dan gelombang bayangan menyapu alun-alun, menelan bangunan di sekitarnya. Shen melompat, menebas gelombang itu dengan cahaya naga, sementara Lin Feng memutar pedangnya, membentuk pusaran biru yang menahan bayangan.
“Dia menyerap energi dari seluruh kota!” teriak Shen. “Kita harus menyerangnya langsung, jangan beri waktu untuk memulihkan diri!”
Mereka berdua menyerbu bersamaan, pedang Shen menghantam tubuh raksasa bayangan, sementara jurus Lin Feng membelah udara dengan pusaran yang menghantam dada sang raja. Teriakan menggema, tubuh bayangan itu retak, namun segera menyatu kembali.
“Tidak ada yang bisa menghancurkan bayangan...” suara sang raja bergema, semakin kuat.
Namun Shen tiba-tiba teringat sesuatu. “Feng! Bayangan tidak bisa ada tanpa cahaya! Kita harus menciptakan cahaya yang lebih terang dari kegelapannya!”
Lin Feng menatapnya, lalu tersenyum tipis meski napasnya terengah. “Kalau begitu, kita bertaruh dengan semua yang kita punya!”
Keduanya berdiri berdampingan, pedang emas Shen dan pedang biru Lin Feng terangkat tinggi. Mereka menyalurkan seluruh energi, hingga cahaya keduanya menyatu, membentuk pusaran cahaya emas-biru yang menyilaukan.
Dengan teriakan serentak, mereka menebas ke arah Raja Bayangan. Pusaran cahaya itu menembus tubuh raksasa bayangan, memecahnya dari dalam. Suara jeritan ribuan roh menggema, dan seketika seluruh kota bergetar.
Tubuh Raja Bayangan runtuh menjadi debu cahaya, dan dari reruntuhan itu muncul sebuah kristal hitam berkilau, berdenyut seperti jantung. Shen mengambilnya, merasakan hawa dingin bercampur dengan kekuatan luar biasa.
Bayangan-bayangan yang memenuhi kota perlahan menghilang, berubah menjadi cahaya tipis yang terbang ke langit, bebas dari kutukan. Kota itu kini benar-benar sunyi, tanpa roh, hanya meninggalkan bangunan batu kosong.
Lin Feng menatap sekeliling dengan wajah lega. “Mereka... akhirnya bebas.”
Shen menggenggam kristal bayangan erat-erat. “Ya. Tapi ini baru permulaan. Semakin dalam kita melangkah, semakin berat ujian yang menanti.”
Mereka berdua meninggalkan Kota Bayangan Abadi, cahaya tipis bulan mulai menyinari jalan mereka menuju misteri berikutnya.