NovelToon NovelToon
Dendam Di Balik Gaun Pengantin

Dendam Di Balik Gaun Pengantin

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Balas Dendam / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: riniasyifa

Anya gadis cantik berusia 24 tahun, terpaksa harus menikahi Revan CEO muda anak dari rekan bisnis orangtuanya.

Anya tidak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan kesepakatan kedua keluarga itu demi membayar hutang keluarganya.

Awalnya ia mengira Revan mencintai tulus tapi ternyata modus, ia hanya di jadikan sebagai Aset, untuk mencapai tujuannya.

Apakah Anya bisa membebaskan diri dari jeratan Revan yang kejam?

Jika ingin tahu kisah Anya selanjutnya? Langsung kepoin aja ya kak!

Happy Reading...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Di dalam kamar, keheningan terasa begitu kental. Damian dan Anya berdiri canggung saling menatap di tengah ruangan kecil itu, setelah kakek Harjo menutup pintu kamar. Anya melirik ranjang yang hanya cukup untuk dua orang saja.

"Ehm ... kasurnya cuman satu," ucap Anya memecah keheningan yang sempat tercipta diantara mereka.

Damian ikut menatap kearah ranjang lalu tersenyum tipis," tidak masalah, kamu tidur di atas ranjang, aku bisa tidur di bawahnya," tutur Damian yang mengerti keraguan Anya.

Anya menatap Damian sekilas, kemudian menggeleng pelan. "Kamu, sedang terluka Damian, lebih baik kita bagi berdua aja tempat tidur ini," jawab Anya, ia tidak mungkin tega membiarkan Damian yang sedang terluka tidur di lantai tanpa alas.

Damian tersenyum lembut, "Jangan khawatir, aku bisa kok, tidur di bawah, yang penting kamu bisa tidur dengan nyaman, jangan lupa kamu juga lagi sakit," balas Damian dengan lembut.

Anya terdiam sejenak mendengar penuturan pria di depannya, Damian selaku bisa membuatnya aman dan nyaman, ia merasa terlindungi jika bersama Damian.

Anya menghela napas. "Udah Damian, jangan membantah kita akan tidur di atas ranjang ini," ujar Anya terlihat tegas.

"Baiklah ... kalau jika maumu begitu," pasrah Damian dengan senyum lembutnya.

"Kita tidak mungkin meminta Kakek Harjo untuk memindahkan salah satu dari kita, lagian di rumah ini cuman ada dua kamar saja," jawab Anya menyadari keengganan Damian. Mereka berdua tahu bahwa mereka sudah sangat merepotkan pasangan lansia itu.

Damian mengangguk setuju. "Tentu. Aku akan menjaga jarak," janjinya.

Mereka berdua bergegas menuju ranjang. Anya memilih sisi kanan ranjang, sementara Damian memilih sisi kiri. Dengan canggung, Anya mengambil guling dari atas ranjang dan meletakkannya di tengah-tengah sebagai pembatas.

"Semoga ini cukup," gumam Anya pelan.

Damian tersenyum tipis. "Ini lebih dari cukup," balasnya cepat.

Mereka berdua berbaring di ranjang. Rasa lelah dan sakit di yang mulai berdenyut nyeri membuat mereka ingin segera terlelap. Namun, pikiran Anya masih berkecamuk memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya. Ia melirik Damian yang juga berbaring membelakanginya. Ia tahu, Damian pasti juga sedang memikirkan hal yang sama.

"Damian?" panggil Anya pelan.

"Ya?" jawab Damian tanpa menoleh.

"Terima kasih ... sudah menyelamatkanku," ucap Anya tulus.

Damian terdiam sejenak. "Kau tidak perlu berterima kasih Anya. Aku akan selalu melindungimu, semampuku itu adalah janjiku" jawabnya dengan nada serius.

Anya tersenyum tipis, meskipun Damian tidak bisa melihat senyumnya saat ini.

Anya memejamkan matanya, mencoba menenangkan diri. Kata-kata Damian terasa begitu hangat dan menenangkan. Ia merasa aman berada di dekat Damian. Perlahan, rasa kantuk mulai menyerangnya.

"Selamat malam, Damian," bisik Anya sebelum benar-benar terlelap.

"Selamat malam, Anya," balas Damian.

Keheningan kembali menyelimuti kamar itu. Damian masih terjaga, menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai macam pertanyaan dan kekhawatiran. Ia khawatir dengan keselamatan Anya. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Revan selanjutnya saat tahu jika mereka berhasil lolos dari kecelakaan itu. Ia juga merasa bersalah karena telah melibatkan Anya dalam masalahnya.

Perlahan, Damian menoleh ke arah Anya dengan hati-hati ia mendapati Anya yang sudah tertidur pulas. Ia mengamati wajah Anya yang pucat dan lelah. Hatinya terasa sakit melihat Anya menderita. Ia berjanji pada dirinya sendiri, ia akan melakukan apapun untuk melindungi Anya dari Revan dan segala bahaya yang mengintai.

"Aku akan membantumu, Anya. Aku akan membuatmu menjadi wanita yang kuat," gumam Damian pelan sebelum akhirnya ikut terlelap menyusul Anya ke alam mimpi.

 ***

Di ruang tamu, Kakek Harjo dan Nenek Minah masih terjaga. Mereka duduk di kursi kayu sambil menikmati secangkir teh hangat.

"Kasihan sekali anak-anak itu," ucap Kakek Harjo memecah keheningan.

"Mereka pasti sedang mengalami masalah yang besar," balas Nenek Minah.

"Kita harus membantu mereka, Minah," ujar Kakek Harjo dengan nada prihatin.

"Tentu saja. Kita akan melakukan yang terbaik untuk mereka," jawab Nenek Minah.

Kakek Harjo dan Nenek Minah saling berpandangan. Mereka tahu, mereka harus membantu Damian dan Anya

Kakek Harjo menyesap tehnya perlahan.

"Aku penasaran, masalah apa sebenarnya yang sedang mereka hadapi. Terutama anak muda yang bernama Damian itu. Tatapan matanya menyimpan kesedihan dan tekad yang kuat."

Nenek Minah mengangguk setuju. "Anya juga tampak ketakutan dan terluka. Mereka berdua seperti sedang melarikan diri dari sesuatu." tambah Nenek Minah.

Kakek Harjo meletakkan cangkirnya di atas meja.

"Kita tidak bisa memaksa mereka untuk bercerita. Tapi, kita bisa memberikan mereka tempat yang aman untuk beristirahat, sementara waktu."

Nenek Minah tersenyum lembut. "Kau benar, biarkan mereka merasa tenang dulu. Jika mereka sudah siap, mereka pasti akan bercerita." lanjut Nenek Minah.

Kakek Harjo mengangguk setuju. Mereka berdua terdiam sejenak, larut dalam pikiran masing-masing. Keheningan malam itu hanya dipecah oleh suara jangkrik dan hembusan angin yang menerpa pepohonan di sekitar rumah mereka.

"Sebaiknya kita tidur. Hari sudah semakin larut," ujar Kakek Harjo akhirnya.

Kakek Harjo dan Nenek Minah bangkit dari kursi mereka dan berjalan menuju kamar tidur mereka. Mereka berharap, Damian dan Anya bisa mendapatkan kedamaian dan ketenangan di rumah sederhana mereka.

 ***

Pagi hari menyingsing dengan cerah. Sinar matahari masuk melalui celah-celah dinding kamar Kakek Harjo dan Nenek Minah. Burung-burung berkicau riang di pepohonan, menyambut datangnya hari baru.

Kakek Harjo dan Nenek Minah sudah bangun sejak pagi. Mereka sibuk menyiapkan sarapan di dapur, aroma kopi dan masakan tradisional memenuhi seluruh ruangan, membangunkan Anya dari tidur lelapnya.

Anya mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar. Ia merasakan tubuhnya terasa lebih segar setelah beristirahat semalaman. Ia menoleh ke samping dan melihat Damian masih tertidur pulas dengan wajah yang damai. Anya tersenyum tipis melihat Damian yang tampak begitu tenang.

Anya bangkit dari ranjang dengan hati-hati agar tidak membangunkan Damian. Ia berjalan menuju pintu dan membukanya perlahan.

Ia tersenyum tipis, hatinya menghangat melihat Kakek Harjo dan Nenek Minah sedang menyiapkan sarapan di dapur dengan penuh cinta. Meskipun hidup dalam kesederhanaan mereka berdua terlihat sangat bahagia.

"Selamat pagi, Nak Anya," sapa Nenek Minah dengan senyum ramah saat menyadari seseorang sedang memperhatikan dirinya.

"Selamat pagi, Nek," balas Anya dengan senyum malu-malu.

"Sudah bangun rupanya, Bagaimana lukanya, sudah enaan?"

Anya mengangguk cepat, "Udah nek, berkat obat dari Kakek dan nenek, lukanya cepat pulih," jawab Anya tulus.

"Syukur lah, kali begitu, Nenek senang mendengarnya. Oh ya, duduk dulu ya, sebentar lagi sarapan siap," ujar Nek Minah lembut.

"Anya bantu Kakek dan nenek saja ya?" pinta Anya merasa tidak enak jika hanya duduk saja membiarkan keduanya memasak buat dirinya dan Damian.

"Tidak usah, ini hampir siap, kamu belum benar-benar pulih, tidak boleh capek dulu," tambah Kekek Harjo.

Anya tersenyum hangat lalu, "Anya tidak akan capek Kek, jika cuman bantu-bantu doang," ujar Anya menyakinkan.

Akhirnya nek Minah dan Kakek Harjo menyerah dan membiarkan Anya membantu mereka.

Anya dan nek Minah tampak akrab seperti nenek dan cucunya. Kakek Harjo juga ikut bergabung dengan mereka, membuat suasana di dapur semakin hangat dan menyenangkan.

Sementara itu, Damian baru terbangun dari tidurnya. Ia meregangkan tubuhnya dan menguap lebar. Ia merasakan tubuhnya terasa lebih segar setelah beristirahat semalaman. Ia menoleh ke samping dan tidak melihat Anya di sampingnya perasaannya langsung was-was. Ia segera bangkit dari ranjang dan mencari Anya.

"Anya?" panggil Damian dengan nada khawatir.

Bersambung ....

1
Rita
mulai penasaran yah
Rita
mengerti kekhawatiran Damian soalnya yg dihadapi berbahaya
Rita
lg bantuin nenek kakak Anya nya
Rita
untung ada yg nolong
Rita
milikmu tapi g dijaga layaknya pasangan yg disayang dicintai ini mlh bikin trauma
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Apriyanti
lanjut thor 🙏😄
Apriyanti
knp gak lgsg kamu ungkapin aja Damian KLO kamu mencintai Anya,,biar Anya gak salah paham,, lanjut thor 🙏
Rita
semoga berhasil lolos
Rita
sdh ditraining
Rita
istri atau boneka
Rita
duh Van kerjaan mu marah2 mulu awas meledak
Rita
jgn takut Anya lawan
Rita
firasat itu
Marsya
penyesalan Revan sudah terlambat
Rita
kmu sdh terlalu menyakiti
Rita
hayoloh
Marsya
semangat Thor karyanya sangat menarik,
Rita
tinggal ungkapin aja drpd salah paham lagian rumah tangga Anya sdh salah dr awal
Rita
ternyata sdh lama suka /mengagumi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!