Lin Yi Yue hanya punya satu keinginan, terbang bebas. Dia tidak ingin lagi terikat atau pun terkurung dalam sangkar lagi.
Bertemu Bai Ruyi membuat perasaannya campur aduk, harusnya ada rasa benci tapi mengapa juga ada harapan. Pria itu memberikannya janji yang indah, berkata akan mengubah sangkar menjadi rumahnya dan akan menemaninya terbang kemana pun.
Lin Yi Yue menginginkannya, tapi apakah itu mungkin? Beban yang dia tanggung sangat besar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velika Sastra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HAMPIR KETAHUAN
''Kakak ipar makanlah ayam, bagus untuk kesehatan mu.''
''Terima kasih.''
''Chen Lai sialan, hanya dengan lima biji permen dan kau sudah lupa apa yang kau katakan tadi.''
''Ruyi kau juga makan ayam.'' Lin Yi Yue meletakkan ayam di mangkuk Bai Ruyi.
''Ruyi kenapa kau diam saja, kakak ipar memberimu ayam.''
''Chen Lai sialan, kau lebih rendah dari lima permen itu.''
Bai Ruyi mendorong kaki teman nya lalu berbisik, ''Pikirkan cara menguji nya.''
''Benar bagaimana mengunjungi nya?''
''Dua pria bodoh ini, bisakah tidak berbisik di depanku. Sebelum kalian membuat rencana, mereka pasti akan mengambil tindakan.''
Lin Yi Yue melirik beberapa kultivator yang meliriknya.
''Ruyi, aku sudah selesai makan ayo pergi bermain.''
Tanpa menunggu mereka selesai, Lin Yi Yue berjalan keluar. Sepanjang jalan, beberapa pria akan mengikuti nya. Tersenyum Lin Yi Yue memasuki halaman kosong.
''Apa semua sudah datang?'' Lin Yi Yue berbalik, meletakkan kua tangannya di pinggang.
''Mencari berhari-hari, kau muncul sendiri, Zhu Ying.''
''Setelah berhari-hari, jika aku tidak muncul kalian akan tetap mencari ku hingga tua.''
''Dimana pelat Bai Yue?'' pria paling depan bertanya.
''Kalian mencari ku hanya untuk itu?''
''Katakan saja dimana keberadaanya.''
''Kalau kubilang sudah aku hancurkan apa kalian percaya?''
''Omong kosong, pelat Bai Yue sebagai tanda mengendalikan tiga alam, kau tidak mungkin menghancurkannya.''
''Mengendalikan tiga alam? Orang bodoh mana yang mengatakan itu... Apa dia pemimpin mu.'' Lin Yi Yue berseru kaget.
''Zhu Ying berani kau!''
''Aku hanya mengucapkan kebenaran, kenapa kalian marah?''
''Zhu Ying saat ini kau berada dalam tubuh fana, apa kau tidak takut kami akan mencabik-cabik tubuhmu ini.''
''Kurasa kalian yang takut, saat ini aku berada di tubuh manusia fana yang lemah. Tapi kalian segerombolan pria jelek hanya bisa main mulut, bahkan tidak berani mengacungkan pedang kalian.''
''Berhenti bicara dengannya, cari keberadaan pelat Bai Yue.''
Salah satu pria maju, melayangkan pukulan. Lin Yi Yue dengan lugas menghindar. Namun berada di tubuh fana membuat gerakannya lebih lambat. Begitu pukulan lainnya datang ia tidak bisa menghindar.
Suara dentuman terdengar, Lin Yi Yue memuntahkan seteguk darah, nafasnya tidak beraturan. Tak jauh darinya kantong uangnya jatuh, potongan pelat Bai Yue terlihat.
''Pelat Bai Yue, ternyata benar. Cepat ambil pelat itu.''
Tangan terulur, mengambilnya. Sekian detik akar menjalar, mematahkan lengan itu. Teriakan kesakitan terdengar, pelat Bai Yue terjatuh.
Angin berdesir ribuan daun menyatu, bersinar. Hingga kemudian sepasang kaki jenjang menapakkan kakinya di tanah.
''Yi Yue kau baik-baik saja?'' sepasang kaki jenjang itu mendekat, membantu Lin Yi Yue duduk bersandar.
''Hua Hua akhirnya kau datang, lihat mereka semua menindasku!'' Lin Yi Yue dengan cepat memeluk erat wanita itu.
''Nona Zhao cepat juga kau datang.''
''Kalian sungguh berani!''
''Kau hanya sendiri, mungkinkah dengan jumlah kami yang puluhan ini tidak bisa mengalahkanmu seorang.''
Akar pohon melesat, menembus pria yang baru selesai bicara. ''Memang tidak bisa.''
''Serang bersama!''
Lin Yi Yue menguap lebar, dengan santai memakan kuaci. ''Hua Hua sisakan satu yang terlemah.''
Puluhan pedang melayang, melesat menuju Zhao Hua. Tak tinggal diam sulur-sulur tanaman menjalar, membentuk perisai. Semua pedang terpental, patah.
Tanah bergetar, puluhan akar menjulang. Melesat menembus tubuh mereka, tanpa ada percikan darah, menyisakan satu pria di barisan belakang.
Zhao Hua melambaikan tangannya, puluhan mayat menghilang. ''Sudah, jangan berlebihan.''
Tubuh Zhao Hua membentuk ribuan daun lalu terbang dan menghilang. Menyisakan Lin Yi Yue dan satu pria di halaman kosong itu.
''Apa yang akan kau lakukan?''
''Jangan khawatir, temani aku bersandiwara.'' Lin Yi Yue berjalan mendekat.
''Temanmu sudah pergi, mengalahkanmu...''
''Jangan repot-repot, apa kau belum sadar kultivasi mu sudah... Hilang.''
''Omong kosong,'' pria itu mencoba mengeluarkan kekuatannya dan tidak terjadi perubahan apa pun.
''Tidak mungkin, tidak mungkin!'' sekuat apa pun pria itu mencoba, kultivasinya telah menghilang dan ia tak lain hanyalah manusia fana.
''Zhu Ying! Aku akan membunuhmu!''
Tangannya terangkat, Lin Yi Yue diam tidak menghindar. Pria itu mencekik lehernya, namun Lin Yi Yue tersenyum.
''Yi Yue!''
''Nona Li!''
Begitu mendobrak pintu, keduanya melihat seorang pria tengah mencekik Lin Yi Yue.
''Brengsek, lepaskan dia!''
''Kalian ternyata mengenal wanita ini? Apa kalian tahu siapa wanita ini?''
''Pria itu mengenal Nona Li?''
''S-sudah kubilang aku tidak... Mau!'' Lin Yi Yue mencengkram lengan pria itu.
Chen Lai mengambil tongkat, diam-diam berjalan ke belakang pria itu.
''Lepaskan istri ku!''
''Istri?'' pria itu tertawa, ''Kau suaminya? Apakah kau tahu siapa yang ada di dalam tubuhnya...''
Lin Yi Yue menendang membuat cekikannya terlepas, ''Sudah ku bilang aku tidak mau menjadi istri pemimpin mu!''
Tiga pria disana tercengang, namun Lin Yi Yue tidak peduli. Ia berlari, bersembunyi di belakang Bai Ruyi.
''Ruyi dia ingin menangkapku untuk dijadikan pengantin kurban!''
''Kau!'' pria itu melihat Lin Yi Yue diam-diam tersenyum, semakin marah.
''Brengsek, kupukul kau!''
Chen Lai melayangkan pukulan, ''Kakak ipar tenang saja, aku akan memberi dia pelajaran.''
''Terima kasih.'' Lin Yi Yue mengacungkan jempolnya.
''Tidak masalah, Ruyi kau temani kakak ipar aku akan membawa pria ini ke petugas,'' Chen Lai pergi menarik pria itu.
''Tadi kalimat pria itu terpotong... Apakah tebakan ku benar? Dia mencuri tubuh...''
''Ruyi, RUYI!''
''Hah, ya?''
''Ruyi kau baik-baik saja?''
''Tidak masalah, bagaimana denganmu, lehermu merah.''
''Setelah diobati akan baik-baik saja.''
''Yi Yue.''
''Ya kau ingin mengatakan sesuatu?''
''Sebenarnya aku ingin menunjukkan sesuatu.''
''Apa itu?''
Bai Ruyi mengeluarkan sesuatu yang terbungkus kain, saat kain terbuka sebongkah batu bening terlihat. Diam-diam Bai Ruyi mengamati ekspresi Lin Yi Yue.
''Batu jiwa? Hah.. Ternyata kalian masih curiga, sepertinya sudah saatnya aku pergi.''
''Apa ini?''
''Kau... tidak tahu?'' Lin Yi Yue menggeleng.
''Batu ini... Tidak sengaja aku beli. Katanya batu ini akan berubah menjadi warna merah atau biru... Lihat.''
Bai Ruyi memegangnya, batu itu perlahan bersinar biru.
''Wah sungguh menakjubkan!''
''Bagaimana jika kau coba memegang nya, kita lihat apakah warna biru atau merah yang keluar.''
''Batu ini memang bagus, kau bantu aku pegang sebentar. Kantong uangku terjatuh, aku akan pergi mengambilnya sebentar.''
Tanpa pikir panjang Lin Yi Yue kembali memasuki halaman, memunguti koin-koin uang yang berceceran.
''Hari ini juga harus pergi, tapi bagaimana?''
Melirik pintu yang tertutup dimana Bai Ruyi menunggu nya, Lin Yi Yue menghembuskan nafas, kesal. Tangannya bergerak mengambil permata.
''Sebelumnya aku yang membersihkan kekacauan, tak ku sangka juga bisa membuat kekacauan.''
Lin Yi Yue menyuntikan sedikit kekuatan jiwanya, ini bukan tubuh aslinya hal hasil ia memuntahkan seteguk darah.
''Buat kekacauan, tapi jangan sampai ada korban jiwa.''
Tak lama permata itu bersinar, kabut hitam keluar. Menyebar ke seluruh Kota, langit yang tadinya cerah gelap seketika.
Lin Yi Yue kembali memuntahkan seteguk darah, tangannya mencengkram dadanya. Bai Ruyi bergegas masuk.
''Yi Yue!