Menikah dulu... Cinta belakangan...
Apakah ini cinta? Atau hanya kebutuhan?
Rasa sakit dan kecewa yang Rea Raveena rasakan terhadap kekasihnya justru membuat ia memilih untuk menerima lamaran dari seorang pria buta yang memiliki usia jauh lebih tua darinya.
Kai Rylan. Pria buta yang menjadi target dari keserakahan Alec Maverick, pria yang menjadi kekasih Rea.
Kebenaran tanpa sengaja yang Rea dengar bahwa Kai adalah paman dari Alec, serta rencana yang Alec susun untuk Kai, membuat Rea menerima lamaran itu untuk membalik keadaan.
Disaat Rea menganggap pernikahan itu hanyalah sebuah kebutuhan hatinya untuk menyembuhkan luka, Kai justru mengikis luka itu dengan cinta yang Kai miliki, hingga rahasia di balik pernikahan itu terungkap.
Bisakah Rea mencintai Kai? Akankah pernikahan itu bertahan ketika rahasia itu terungkap? Apa yang akan terjadi jika Alec tidak melepaskan Rea begitu saja, dan ingin menarik Rea kembali?
Ikuti kisah mereka....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32.
Jim menatap serius layar laptop di depannya yang kini tengah memutar ulang rekaman cctv ketika Rea berada di ruang kerja atasannya yang belum ia lihat sampai akhir.
Dalam rekaman, Rea memang membuka brankas, mengeluarkan satu dokumen, lalu membukanya dan membaca selama beberapa saat sampai di halaman terakhir.
Namun, yang belum Jim lihat adalah detik dimana Rea menghidupkan komputer yang ada di meja kerja, mengetik selama beberapa waktu, lalu mencetak lembaran kertas dengan isi nyaris sama dengan yang wanita itu ambil, lalu menyimpan dokumen yang wanita itu ambil dari brankas ke dalam map lain yang berada di dalam brankas, lalu menutupnya. Sementara dokumen palsu yang berhasil Rea buat dia masukkan ke dalam map yang ia ambil pertama kali, lalu melangkah keluar meninggalkan ruang kerja.
"Tuan... Jadi..."
Jim menggantung kalimatnya. Melihat Kai mengangguk sudah cukup baginya untuk menjawab pertanyaan yang belum ia lontarkan. Terutama setelah melihat rekaman yang belum sempat ia lihat sampai akhir.
"Jadi... Maksud Anda... Nyonya Rea mengetik ulang isi dokumen itu, mengedit, lalu mencetaknya dan memberikan dokumen itu pada Nyonya Freya? Tanpa mengetahui bahwa dokumen yang kita letakkan di sana itu palsu?"
Kai kembali mengangguk, tidak bisa menyembunyikan senyum bangga yang kini terbentuk di bibirnya. Kai tidak sebodoh itu meletakkan dokumen penting di tempat yang mudah dijangkau siapapun. Bahkan, brankas berkode tanggal ulang tahun sang istri merupakan bagian dari rencananya hanya untuk membuat keluarganya memperlihatkan wajah asli mereka. Meski tak bisa ia pungkiri, tanggal ulang tahun sang istri menjadi angka yang sangat ia sukai sejak lama.
"Saya setuju untuk meletakkan dokumen palsu itu di dalam brankas ruang kerja Tuan, tapi saya tidak menyangka Nyonya akan membuat dokumen palsu dari dokumen palsu yang kita siapkan," ucap Jim tak habis pikir, menggeleng singkat diiringi suara kekehan pelan.
"Secara tidak langsung, Nyonya melancarkan rencana kita untuk membuat mereka malu di depan para investor sekaligus calon pembeli yang akan membeli perusahaan, Anda,"
"Aku bisa membayangkan bagaimana wajah panik Freya setelah mengetahui dokumen yang dia curi palsu," Kai tertawa singkat.
"Apakah sekarang kau masih meragukan istriku, Jim? Kuharap kau tidak lupa kau sudah berkata kasar padanya, bahkan membentaknya,"
Jim menggeleng. Yakin.
"Saya bersalah, Tuan. Saya akan menemui Nyonya Rea untuk meminta maaf," ucap Jim tulus.
"Setelah Nyonya membantu kita bisa menjalin kerjasama bersama Harvey Corp, ditambah dengan cara Nyonya melindungi Anda, sudah menghapus semua keraguan yang saya rasakan. Nyonya benar-benar berubah dan kali ini berada dipihak, Anda,"
Kai tersenyum samar. Usahanya untuk membuat asisten kepercayaannya percaya terhadap sang istri sekaligus ingin membuat istrinya memahami sesuatu berjalan lancar.
"Setelah ini, tolong belikan istriku ponsel baru! Sepertinya ponsel istriku rusak setelah dia menghempaskannya ke lantai," pinta Kai.
"Baik," Jim menunduk hormat. "Apakah saya perlu menanamkan penyadap lagi, Tuan?" sambung Jim bertanya.
Kai mengangguk. "Ya, untuk berjaga-jaga. Karena sekarang, yang akan dia hadapi adalah keluarganya sendiri,"
"Saya mengerti," sahut Jim.
Jim menekan earphone pada telinganya kala mendengar suara pelayan yang mengatakan Alec datang berkunjung, segera mengalihkan rekaman cctv yang tengah diputar pada rekaman yang sedang terjadi di dalam mansion. Hingga mereka berdua mendengar semua perdebatan yang terjadi.
"...."
"...."
Buurrrr....
"Uhuk... Uhuk..."
Kai menyemburkan kopi yang baru saja ia sesap, terbatuk sesaat kala pendengarannya menangkap apa yang baru saja istrinya ucapkan melalui earphone yang terpasang di telinganya.
"Istri Anda mendekati gila, Tuan," Jim berkomentar dengan wajah kaku, tidak pernah menduga akan mendengar kalimat yang bahkan tidak pernah ia pikirkan.
"Dia istriku, Jim!" tegur Kai seraya menyeka sisa kopi di sudut bibirnya.
Jim hanya menaikan bahu, seakan tidak peduli dengan apa yang baru saja ia ucapkan, tidak mengalihkan pandangan pada laptop di depannya yang memperlihatkan rekaman cctv di mana Rea tertangkap kamera tengah berhadapan dengan tiga orang yang selalu dekat dengan wanita itu sebelum kecelakaan beberapa bulan lalu menimpa Rea.
"Saya akui, ide Anda memakaikan kalung secara diam-diam dengan penyadap di dalamnya pada Nyonya sangat luar biasa, terutama setelah ponsel Nyonya Rea rusak. Tetapi, saya tidak pernah mengharapkan mendengar apa yang baru saja saya dengar," ujar Jim.
Kai terbatuk singkat, membenarkan posisi earphone pada telinganya dengan gerakan kikuk sebelum memberikan jawaban,
"Kami suami istri, bukankah hal sensitif seperti itu adalah hal lumrah? Lagipula, dengan cara ini kita bisa mendengar apa saja yang dia bicarakan dengan lawan bicaranya,"
"Apapun..." Jim mendesah pelan, tapi kemudian menegakkan punggung, menatap ke arah majikannya kala teringat akan sesatu.
"Tapi, Tuan... Uhm..." sedikit ragu.
"Apa?" alis Kai bertaut melihat asistennya menatap intens dirinya.
"Jika Nyonya Rea bisa mengatakan hal demikian... Uhm... Bahkan membandingkan... Bukankah itu artinya Nyonya pernah melakukan itu bersama keponakan, Anda?"
"Jaga bicaramu!" sergah Kai tidak terima.
"Saya hanya menduga karena Nyonya mengatakan hal demikian seakan pernah melihat..."
"Hentikan!" satu tangan Kai terangkat, wajahnya bersemu, sementara Jim hanya terkekeh merasa berhasil menggoda atasanya.
"Saat kami melakukannya, itu juga pertama kalinya bagi istriku," ucap Kai.
"Saya percaya," sambut Jim terkekeh pelan, kembali menatap layar laptop. Jim tidak tahu, apa yang baru saja dia ucapkan menumbuhkan pertanyaan konyol dalam benak Kai.
Bagaimana Rea bisa mengetahuinya?
. . . .
. . . .
To be continued...
mungkin aku salah ingat
gbs tidur paman kai
ayo up lagi....
😌😌😌😌😌