"Putus kan pacar Lo!!"
Revano menatap tajam ke arah Renata, mata nya menelisik dari atas ke bawah, memperhatikan Renata dengan begitu intens.
Sementara Renata hanya diam...rasa cinta untuk pacarnya itu masih sangat dalam. Tidak mungkin kan dia begitu saja memutuskan hubungan ini, apalagi alasan karena seseorang.
"Gue kasih waktu sampai nanti malam,...kalau lo belum mutusin dia, siap siap saja....gue minta hak gue.."
"Gue makan Lo!"
Bisik Revano di telinga Renata, dengan hembusan nafas yang begitu kentara, membuat Renata seketika merinding.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulina alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Revano itu....
"Udah Re...kalau Lo mau nangis, nangis aja ... tapi cukup sekali ini gue lihat lo nangisin laki-laki brengsek macam dia."...
Nana berhasil membawa Renata untuk keluar dari hotel 21 dan posisinya saat ini berada di cafe.
Tentunya di cafe pun Nana memilih tempat yang bener-bener tidak bisa dijangkau oleh orang bukannya di sebuah privat ROM tetapi memang di pojok sana yang memang ada ruangan khusus, karena kafe ini adalah milik dari saudara Nana, jadi Nana bebas untuk memilih tempat yang diinginkan.
"Di sini amankan nggak ada yang lihat gue nangis kan?"
"Dasar goblok! lo nangis aja masih mikir-mikir. Nangis aja pakai gengsi, udah aman no lihat nggak ada orang yang berani masuk ke sini..."
Kesel sendiri dengan Renata kenapa harus nangis dan setelah nangis kenapa harus malu juga dilihatin sama orang-orang kalau tahu malu kenapa juga harus mengeluarkan air matanya apalagi air mata yang sama sekali tidak ada fungsinya menangisi laki-laki brengsek macam Radit.
Hikss....hikss...
Setelah dirasa aman Renata kembali menumpahkan air matanya. Mungkin memang benar cukup kali ini dirinya menangis sejadi-jadinya tetapi besok Renata tidak akan melakukannya lagi cukup sekali dirinya dibohongi tetapi untuk yang kedua kali ketiga kali atau berulang kali Renata tidak akan pernah bisa.
"Nah nangis juga ini anak!!"
Nana hanya bisa terdiam menunggu sampai Renata benar-benar reda bukan menenangkannya seperti kebanyakan orang tetapi memang membiarkan sahabatnya itu menangis toh juga nanti kalau air matanya sudah habis Renata juga berhenti sendiri dan menceritakan semuanya karena Nana yakin bukan hanya sekedar perselingkuhan Radit tetapi ada sesuatu yang belum diceritakan kepadanya.
"Gue mau cerita tetapi lo diam saja nggak usah teriak apalagi marah-marah, gue tahu bagaimana reaksi lo nantinya."
Nana yang asik menikmati es teh manis di malam ini langsung saja menoleh ke sahabatnya meletakkan gelas es teh itu kemudian menopang dagunya bersiap untuk mendengarkan cerita dari Renata yang sepertinya memang sudah berbau-bau sedikit menyeramkan dan juga mengharukan.
"Oke gue dengerin!!"
"Gue sebenarnya sudah nikah..."
"What? lo gila! lo nggak bercanda kan sama siapa? jangan-jangan sama Om om tua yang perutnya buncit. Karena perusahaan bokap lo itu?"
"Sialan lo .. udah diem aja dengerin dulu. Apa perlu gue sumpel mulut lo supaya lo diam dan nggak usah ngucap apa-apa. Gue mau cerita yang tuntas SE tuntas tuntasnya tetapi jangan di jeda, awas aja lo!!"
Bener-bener ya sahabat lucnat, bisa-bisanya dia mikir kalau gue kawin sama Om perut buncit dan botak, ogah!!
Hingga akhirnya tanpa lama-lama lagi Renata menceritakan semuanya dari Renata mendengar pembicaraan orang tuanya mengenai perjodohan dengan berdalih bisnis itu sampai dirinya diculik oleh Revano hingga akhirnya menikah dengan Revano dan Revano yang memberitahukan semuanya tentang apa yang selalu dilakukan oleh Radit setiap selesai balapan kalau tidak ada dirinya.
"Jadi lo kawin sama si Revano, musuh bebuyutannya Radit?"
Entah tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata lagi bagaimana syoknya Nana, ia tahu bahkan lebih tahu bagaimana si Revano itu musuhnya Radit ketimbang Renata sendiri.
"Nikah goblok bukan kawin gue belum dikawinin hanya saja dinikahin!!"
"Ckk... sama saja nanti ujung-ujungnya juga dikawinin!!"
"Sialan mulut lo itu.. nggak lah dia aja nggak cinta sama gue dia nikahin gue satu karena perusahaan bokap gue yang minta bantuan dia otomatis sebagai jaminanan nya gue, kedua ya gue pacarnya Radit masih pacarnya ya sebentar lagi gue jadi mantannya Radit dan Radit itu adalah musuhnya salah satu cara paling halus untuk melumpuhkan lawan."
Nana terdiam mencerna setiap kata yang diucapkan oleh sahabatnya itu ya setelah berpikir-pikir ke sana dan kemari sepertinya ada yang janggal walaupun apa yang diucapkan Renata itu memang ada benarnya.
"Gue nggak yakin?"
"Kenapa lo nggak yakin bisa jelaskan? Revano itu orangnya seperti apa brengseknya b@jingannya seperti apa? dia bisa melakukan segala macam cara untuk bisa melumpuhkan lawannya, mungkin lelah balapan lelah tawuran, makanya dia menjadikan gue umpan untuk bisa mengalahkan Radit!!"
"No bukan itu Rere sayang... coba deh lo pikir-pikir jika Revano itu hanya ingin membuat Radit tumbang ingin membuat Radit tunduk padanya kenapa pas dia nyulik lo, lo nggak diperkosa saja sekalian lalu ditinggalkan sudah kan.. kalau sudah begitu lo hancur sudah pasti Radit juga ikutan hancur otomatis dia kalah... dan ngapain juga Revano repot-repot nikahin Lo pakai mahar 10 miliar lagi, ingat Renata 10 miliar!! itu bukan uang yang sedikit Itu banyak banget bahkan sekarang di ATM lo sendiri sudah ngendap uang 5 miliar yang entah lo bisa ngabisin atau enggak..."
Renata terdiam menimbang-nimbang ucapan dari Nana barusan dan ia mencoba untuk menepis semua yang dipikirkan oleh Nana, ya Renata paham maksud dari ucapan Nana itu apa.
"Lagian kalau dia cuma sekedar main-main dan melumpuhkan Radit kenapa juga dia ngasih tahu ke elo kalau Radit selama ini ada main sama mantannya... biarkan saja kan Radit berbuat sesukanya toh dia nggak ada urusan sama sekali. Dan itu tandanya dia peduli sama lo, dia mau kalau lo sama si Radit itu putus dan nantinya dia yang akan memiliki lo, Lo akan menjadi milik nya satu-satunya tanpa harus berbagi dengan laki-laki lain."
Seketika tangan Renata terkepal, bukan marah tetapi ia mencoba untuk mencerna lagi menetralisir apa yang ada di dalam dirinya....
Apakah mungkin?
Ah sepertinya tidak! seorang Revano kan tidak pernah jatuh cinta tidak pernah mengenal perempuan, deket-deket dengan perempuan saja rasa-rasanya jijik...
"Kenapa? lo mikir atau lo malah tiba-tiba bayangin malam pertama sama si Revano?"
Nana terkekeh geli ketika melihat sorot wajah Renata yang masam apalagi saat ini matanya melotot ke arahnya.
"Ogah! gue nggak cinta, gue akan berikan perawan gue hanya untuk suami gue nantinya!!"
"Lah goblok! Apa lo amnesia? sekarang lo kan sudah punya suami, Revano tampan sih memang tampan.. coba aja kalau dia nggak suka balapan nggak suka tawuran dan rambutnya dirapiin. Gue jamin lo bakal klepek-klepek, kaya raya sudah nggak bisa diragukan lagi, mahar lo aja sudah gede seperti itu gue yakin uang bulanan lo aja pasti banyak."
Banyak apanya.. bahkan dua hari menjadi istri Revano gue belum dikasih apa-apa...
Sementara Revano di markas senyum-senyum sendiri. Memang ia sudah memasang alat perekam yang ditempatkan di tas yang biasanya dipakai oleh Renata bukan hanya sekedar bisa merekam saja tetapi alat itu juga bisa memvideo dan juga mendengar semuanya, jadi Revano bisa tahu bisa melihat dan mendengarkan semua yang terjadi dengan Renata kapanpun juga.
"Gue cabut dulu!!"
"Lah mau ke mana? ini baru aja pukul sepuluh, biasanya lo pulangnya subuh.."
Tanya salah satu anggota geng Revano yang saat ini berada di markas merasa lucu kenapa Revano tiba-tiba malahan cabut biasanya dia paling betah berada di sini bahkan sampai pagi pun masih betah melek.
"Udah biarin aja, dia mau ketemu sama Ayangnya...udah kangen!!"
Jawab Mahesa dengan menaik turunkan alisnya menatap ke arah Revano yang sedari senyum-senyum sendiri tetapi Mahesa hanya diam, ia sedikit melirik ke arah ponsel milik Revano sudah tahu jika revano itu sedang memperhatikan Renata dari kejauhan.
"Asyu Lo!!"