NovelToon NovelToon
THE BROTHER'S SECRET DESIRE

THE BROTHER'S SECRET DESIRE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Obsesi / Keluarga / Romansa / Pembantu / Bercocok tanam
Popularitas:863.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mae_jer

Area khusus Dewasa

Di mansion kediaman keluarga Corris terdapat peraturan yang melarang para pelayan bertatapan mata dengan anak majikan, tiga kakak beradik berwajah tampan.

Ansel adalah anak sulung yang mengelola perusahaan fashion terbesar di Paris, terkenal paling menakutkan di antara kedua saudaranya. Basten, putra kedua yang merupakan jaksa terkenal. Memiliki sifat pendiam dan susah di tebak. Dan Pierre, putra bungsu yang sekarang masih berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir. Sifatnya sombong dan suka main perempuan.

Edelleanor yang tahun ini akan memasuki usia dua puluh tahun memasuki mansion itu sebagai pelayan. Sebenarnya Edel adalah seorang gadis keturunan Indonesia yang diculik dan di jual menjadi wanita penghibur.

Beruntung Edel berhasil kabur namun ia malah kecelakaan dan hilang ingatan, lalu berakhir sebagai pembantu di rumah keluarga Corris.

Saat Edell bertatapan dengan ketiga kakak beradik tersebut, permainan terlarang pun di mulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kau dilarang mendekatinya

Pierre memutar tubuh Edel dengan satu tangan, tidak kasar tapi juga tidak sopan menurut Edel, karena lelaki itu membuatnya nyaris kehilangan keseimbangan. Edel menahan napas, menunduk lebih dalam, tak berani menatap wajah pria muda di hadapannya. Ia tidak mengenali suara itu, tapi sepertinya sudah bisa menduga siapa dia. Wangi parfumnya cukup tajam.

Berbeda dengan tuan muda Basten dan Ansel yang wangi mereka jauh lebih kalem. Tapi bisa dipastikan kalau tuan muda kedua si Basten, kelihatan dari luarnya saja yang kalem, aslinya brutal. Buktinya dia telah... Ah, Edel tak mau mengingat itu.

Sementara itu, laki-laki yang berdiri di depannya terdiam sejenak. Begitu membalikkan tubuh si gadis berseragam pembantu tersebut, Pierre mematung di tempatnya. Pandangannya tak lepas dari Edel, bahkan tak berkedip sedikitpun. Yang ada di dalam pikirannya sekarang ini adalah, gadis muda yang sedang berdiri sambil menundukkan wajah ke lantai tersebut memiliki wajah dan aura yang ...

Cantik, manis, menawan, Cantik, manis, menawan, dan … memabukkan.

Ya, itu kata yang paling tepat di kepala Pierre saat ini. Aura Edel bukan hanya menarik, tapi juga mengusik. Ada sesuatu dari gadis itu yang mengundang, bukan hanya mata, tapi juga pikiran, dan hati.

Lugu, tapi bukan tanpa daya.

Lemah lembut, tapi menyimpan bara. Diam-diam menyilaukan, seperti cahaya lilin di ruangan gelap.

Pierre menelan ludah. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasa kehilangan kata-kata saat melihat perempuan. Sorot matanya menyusuri rambut hitam legam Edel yang terikat sederhana, leher jenjangnya yang terbuka karena kerah seragam pembantu yang sedikit melonggar, hingga tangan kecil yang mengepal gugup di sisi tubuh.

Gadis di depannya ini memiliki kecantikan dan daya tarik yang sangat berbeda dengan semua perempuan yang pernah dia temui, yang bahkan hampir setengah dari mereka sudah dia tiduri karena dirinya memang doyan meniduri wanita.

Itu adalah bagian dari kenakalan seorang Pierre yang selalu membuat kepala orang tuanya sakit. Ansel yang melihat cara Pierre menatapi Edel sudah seperti menemukan mangsa barunya bergerak mendekat, berniat menarik Edel menjauh dari adiknya yang sangat berbahaya itu. Tetapi sebelum dia berhasil, Pierre sudah lebih dulu menarik Edel kuat, duduk di kasur besar milik Ansel, dan membuat gadis itu duduk di pangkuannya. Tangannya berada di pinggang ramping Edel.

Edel kaget. Ia sempat menatap sebentar ke Pierre lalu cepat-cepat menunduk lagi.

"Pierre, apa yang kau lakukan? Lepaskan dia." Ansel menatap laki-laki itu tajam.

Tapi Pierre tidak mendengarkannya sama sekali. Tangannya yang satu menangkup wajah Edel, membuat gadis itu menatap matanya.

"Aku tidak menyangka, ternyata di rumah kita ada pelayan secantik ini. Namamu siapa, manis?" Edel tidak menjawab, ia berusaha berpaling ke arah lain tapi tangan Pierre terus menahannya, tidak membiarkan dia menatap ke arah lain.

"Aku tanya padamu, jawab aku." ucap Pierre lagi menatap ke dalam mata Edel.

"E ... Edel." akhirnya Edel menjawab.

"Edel," Pierre mengulangi menyebut nama itu. Nama yang bagus. Dan tangannya mulai mengelus wajah Edel. Membelai dengan cara yang dia inginkan. Edel menahan nafas, tatapannya berpindah ke Ansel seolah meminta bantuan laki-laki itu.

Tentu Ansel tanpa di minta pun dia mendekati mereka dan segera menarik Edel dari pangkuan Pierre. Saat pria itu berhasil menarik tubuh Edel menjauh dari Pierre, Pierre terkekeh. Apalagi melihat kemarahan di mata Ansel.

"Kau di larang mendekatinya, Pierre." kata Ansel tegas. Edel bersembunyi di belakang pria itu.

Ketika mendengar tuan muda pertamanya menyebut nama Pierre, ia langsung ingat nama tersebut pernah disebutkan Alice. Si tuan muda ketiga yang memiliki sifat playboy kelas kakap.

Oh jadi dia tuan muda ketiga? Wajahnya memang tidak kalah tampan dari kedua kakaknya, tetapi sifatnya jauh lebih gila. Namun, Basten juga gila. Ansel ... Edel belum tahu persis sifat aslinya, tapi dari antara ketiganya, sepertinya si tuan muda pertama yang membuatnya lebih leluasa kalau ngobrol. Basten terlalu berbahaya, Pierre ... Pasti lebih gila lagi. Hanya Ansel yang masih normal-normal saja dari ketiganya, hanya memang sifatnya dingin.

Edel menunduk semakin dalam di belakang Ansel, wajahnya terasa panas karena malu dan ketakutan bercampur aduk. Jantungnya berdetak tak karuan, seolah tak bisa membedakan lagi mana degup karena takut, mana karena ... terlalu dekat dengan Pierre barusan.

Ansel berdiri tegak, satu tangan terulur ke samping, sedikit menutupi tubuh Edel, sebagai bentuk proteksi yang sangat jelas. Ia menatap Pierre yang masih duduk santai di ranjang, kaki disilangkan dan tangan bersandar di lutut dengan tatapan penuh tantangan.

"Apa kau mulai gila, Pierre?" suara Ansel terdengar tenang, tapi mengandung tekanan dingin yang sangat kentara.

"Dia pelayan di rumah ini, bukan mainan barumu."

Pierre menyeringai.

"Bukan soal pelayan atau bukan, Ansel. Aku hanya ... menghargai keindahan. Lagipula kau sendiri yang membawanya masuk ke kamarmu. Kau tidak pernah suka ada pelayan yang masuk ke kamarmu dan bekerja saat kau ada. Katakan, kau juga pasti terpesona dengan kecantikannya yang berbeda kan?"

Pierre menatap kakaknya dengan senyum tengil. Ansel terdiam, tidak menampik kata-kata Pierre karena laki-laki itu benar. Ia tidak memungkirinya. Edel yang berdiri di belakangnya malah malu sendiri.

Memangnya dia secantik itu? Dia justru tidak pede dengan dirinya sendiri.

Tok tok tok.

"Ansel, kau sudah bangun?"

Suara Lady Corris dari luar kamar lagi dan lagi membuat Edel panik. Aduh, kenapa harus seperti ini terus sih? Lama-lama dia mati karena serangan jantung.

"Tuan muda," ia berucap pelan ke Ansel, hampir seperti berbisik. Dan Ansel tahu apa maksud perkataan gadis itu. Ia pun menarik lembut tangan Edel, membawanya ke dekat lemari baju besar miliknya, membukanya dan membantu Edel masuk ke sana.

Edel menurut saja, dia kembali mengingat kemarin dirinya bersembunyi di tempat yang sama. Ya ampun, nasibnya jadi pembantu kok gini amat ya?

Sementara itu Ansel melangkah dengan tenang ke pintu kamarnya, melewati Pierre yang hanya terus menatapinya dengan senyum yang susah di tebak. Sesekali lelaki playboy itu menatap ke lemari tempat Edel berada.

Begitu pintu kamar Ansel terbuka, Lady Corris ibu kandung mereka masuk. Ia tidak pernah masuk sembarangan ke dalam kamar ketiga putranya. Harus di ketuk dulu. Hanya Pierre di mansion ini yang selalu bersikap asal-asalan masuk ke kamar semua orang tanpa ketuk, hanya Basten yang dia tidak berani. Kakak keduanya memiliki aura yang lebih menakutkan dari Ansel. Panjang ceritanya kalau Pierre sampai mengusik kakak keduanya.

"Pierre? Kenapa kamu di sini?" Lady Corris menyipitkan mata curiga, menatap Pierre yang masih duduk santai di atas ranjang Ansel.

"Aku hanya mampir, mom."

1
Miss Typo
kapok sukurin kapok sukurin tuh Lady Corris, kau selalu menghina Edel alias Putri Fiora bahkan tadi menampar nya sangat kencang, awas Raja murka Putri kesayangan nya di perlakukan kayak gitu.

aku suka, suka bgt bab ini, kalau gak malam gini baca sambil bilang yes yes yes gak ditahan bisa kenceng suara ku, sayangnya dah mlm bacanya hehe

makasih author yg baik hati dan tidak sombong 🙏🫰
werenacopuys_
gak sabar ngeliat nyaa 😼
Miss Typo
Basten pokoe love love love deh, jadi garda terdepan untuk Edel. terkejutlah semua yg ada disitu, ibunya makin murka tuh dgn Edel
Dewi kunti
tetap ap tetapi 🤭
Miss Typo
Basten istri tercinta mu di tampar okeh ibumu dan dia skrg ketakutan karna ada Lusinda si Mak Lampir
Intan Nurwulan
Hukum sajah lady corris yg sombong itu
nyaks 💜
rasain kau Lady sombong 🤣🤣
lestari saja💕
hemmmm.....pura2 kena ayan aja deh dadipada minta maaf,mana udah hina2 lagoii
nyaks 💜
kasian yg lagi layu sebelum berkembang 😂😂
nyaks 💜
ahaiii 🤣🤣
lestari saja💕
kebongkar bobrokmu lusinda
nyaks 💜
yuhuuuuuuuuu
lestari saja💕
aku berharap lady jurik kena serangan ayan🤣🤣🤣🤣biar kejang2
nonoyy
akhirnya part yg dinantikan
bayangin muka lady corris wkwkw 😆
Sleepyhead
I will sit nice and watching Lady Corris regreted.... 😂
Sleepyhead: Yeah, i totally agree, I think the appropriate punishment for Lady Corris is to have her bow down and slap her own face, because she dared to doubt a princess Fiora 😂
total 2 replies
Rara Nospan
seru pokoknya, aku suka🤩
Anonymous
edel ini sebenarnya anak kandung raja atau bukan sih? tolong bantu jawab guys😭
Daneen
Mampussss kau lady corris
Dian Rahmawati
mampos Lady corris dan lusinda
strawberry 🍓
kesiaaaan deh lu corris ..
rasain noh 💩💩💩🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!