Ben Wang hidup kembali setelah kematian tragis yang membuka matanya pada kebenaran pahit—kekasihnya adalah pengkhianat, sementara Moon Lee, gadis sederhana yang selalu ia abaikan, ternyata cinta sejati yang tulus mendukungnya.
Diberi kesempatan kedua, Ben bertekad melindungi Moon dari takdir kelam, membalas dendam pada sang pengkhianat, dan kali ini… mencintai Moon dengan sepenuh hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Setelah Steven dan Joe meninggalkan rumah sakit, Ben tetap tinggal menemani Moon.
“Tidak perlu menemaniku lagi, aku baik-baik saja. Aku ingin pulang,” kata Moon pelan, menunduk sambil memegang perban di lengannya.
“Lukamu masih basah, harus diperiksa lagi. Tinggallah di sini satu hari saja lagi,” ujar Ben lembut, menatapnya dengan penuh kekhawatiran.
Moon terdiam sejenak sebelum bertanya, “Kenapa Tuan Lu dan istrinya bisa datang? Sepertinya mereka agak... aneh.”
“Mungkin mereka merasa bersalah,” jawab Ben tenang. “Mereka hanya ingin mencari cara untuk meminta maaf.”
Moon menatap jauh, matanya sayu. “Mereka pasti terluka karena Viona.”
“Viona harus menerima hukumannya,” ucap Ben sambil menyentuh lembut rambut Moon. “Itu akan menjadi pelajaran baginya.”
Moon menatapnya ragu. “Ben, aku ingin tahu satu hal... kenapa tiba-tiba kau menolongku? Kenapa melawan Viona demi aku?”
Ben terdiam lama. Dalam hatinya ia bergumam, "Kalau aku ceritakan semuanya pada Moon, apakah dia akan percaya?"
Akhirnya, ia tersenyum samar. “Karena Tuhan membukakan mataku... memberiku petunjuk siapa yang harus kulindungi dan siapa yang harus kulawan.”
Ia kemudian memeluk Moon dengan hangat. Dalam hatinya, Ben berbisik, "Aku hanya ingin menggunakan sisa hidupku untuk melindungimu."
Moon memejamkan mata, air mata menetes di pipinya. "Kematian yang kami alami waktu itu... hanyalah mimpi. Mimpi yang menyadarkan kami agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dan kali ini, berkat bantuan Ben, aku dan nenek masih bisa bernapas," batin Moon.
Moon menatapnya penuh haru. “Terima kasih... karena sudah banyak membantuku,” ucapnya lirih.
“Moon, aku hanya ingin melakukan yang terbaik untukmu. Aku menyesal karena telah mengabaikanmu selama ini. Untung saja aku cepat sadar dari kesalahanku. Mulai detik ini... kita tidak akan berpisah lagi,” ucap Ben dengan nada tulus, menggenggam tangan Moon erat.
Moon menatapnya lembut. “Ben, ada sesuatu yang ingin aku beritahu padamu.”
“Katakan saja,” jawab Ben penuh perhatian.
Moon menarik napas panjang. “Sebenarnya... aku juga terlahir kembali. Aku melihat semua kejadian yang menimpa kita di kehidupan sebelumnya.”
Ben menatapnya kaget. “Apa maksudmu, Moon?”
“Iya,” jawab Moon pelan. “Kita... meninggal dengan tragis. Viona yang menyebabkan semuanya. Dia membuat kecelakaan yang menimpamu, dan aku... meninggal karena tekanan dan penyakitku. Nenekku juga menjadi korban.”
Ben terdiam lama. “Sejak kapan kau menyadari semua ini?” tanyanya akhirnya.
Moon menatap jauh, mengingat-ingat. “Pertama kali saat di restoran—ketika kau datang membelaku. Saat itu aku merasa ada sesuatu yang berbeda darimu. Aku mulai yakin bahwa mungkin... kita sama-sama diberi kesempatan hidup untuk kedua kalinya.”
Ben tersenyum tipis. “Kalau bukan karena kejadian itu, mungkin kita takkan pernah bertemu lagi... dan menjadi korban sia-sia.”
Ia menatap dalam ke mata Moon. “Setelah aku sadar, aku baru mengerti betapa besar perasaanku padamu selama ini. Moon, kita sudah melewati kematian dan diberi kesempatan kedua. Karena itu, mari kita hargai hidup ini dan cintai satu sama lain... sampai maut memisahkan kita lagi.”
Moon mengangguk, matanya berkaca-kaca. “Iya."
Ben menarik napas lega, lalu bertanya pelan, “Dan... kau juga sudah tahu kalau Paman Lu dan Bibi Joe sebenarnya adalah...?”
Moon menunduk. “Iya, mereka orang tuaku. Aku hanya butuh waktu untuk menenangkan pikiran. Aku tahu... bukan salah mereka sepenuhnya. Sekarang aku ingin belajar menghargai apa pun yang kumiliki di kehidupan ini.”
Ben tersenyum haru. “Kau memang luar biasa, Moon.”
“Lalu, apa rencanamu setelah ini?” tanya Ben sambil menatap Moon dengan lembut.
Belum sempat Moon menjawab, suara dari luar kamar terdengar.
“Nona Lee! Nenek Anda sudah sadar!” seru seorang perawat dari koridor.
“Nenek? Akhirnya...” seru Moon dengan mata berbinar. Ia segera turun dari ranjang dengan bantuan Ben.
***
Beberapa saat kemudian, mereka masuk ke ruang perawatan lain.
Nenek Moon sudah sadar dan kini duduk bersandar di ranjang. Moon langsung memeluk dan menggenggam tangan neneknya erat-erat.
“Nenek... akhirnya nenek sadar juga. Aku sudah menunggumu begitu lama,” ucap Moon dengan suara bergetar.
Senyum lembut muncul di wajah sang nenek. “Moon, maafkan nenek, karena telah membuatmu khawatir.”
“Nenek, jangan berkata seperti itu. Nenek adalah orang paling penting dalam hidupku. Aku rela menunggu dan merawat nenek seumur hidupku,” jawab Moon sambil menahan tangis.
“Moon, jangan terlalu memikirkan nenek. Sekarang keadaan nenek sudah jauh lebih baik, semua ini juga berkat dukunganmu,” ujar neneknya dengan penuh kasih.
Moon tersenyum dan menoleh ke arah Ben. “Nenek, aku ingin memperkenalkan seseorang. Ini... Ben.”
Ben yang berdiri di ujung ranjang menunduk sopan.
“Tuan Wang?” tanya sang nenek dengan nada ragu.
“Panggil saja namaku, Nenek,” jawab Ben sambil tersenyum hangat.
“Terima kasih, Ben, karena sudah memberi kesempatan Moon bekerja di perusahaanmu,” ucap neneknya tulus.
Ben menggeleng pelan. “Moon bekerja karena kemampuannya sendiri. Semua ini adalah hasil usahanya, bukan karena aku.”
Moon tersenyum malu. “Tapi, Nenek... biaya pengobatan nenek juga dibantu oleh Ben. Tanpa bantuannya, aku tidak tahu harus bagaimana.”
Ben menatap keduanya dengan tenang. “Perusahaan kami memberikan keringanan bagi pasien yang membutuhkan. Kebetulan nenek dirawat di rumah sakit yang bekerja sama dengan kami, jadi semua biaya bisa ditanggung lewat program bantuan.”
Sang nenek menatap Ben dengan mata berkaca-kaca. “Terima kasih, Ben. Nenek tidak tahu bagaimana membalas kebaikanmu.”
“Tidak perlu membalas apa pun, Nenek. Cukup lihat Moon bahagia... itu sudah lebih dari cukup bagiku,” ucap Ben dengan senyum tulus.
giliran dibalik nnti baru nangis kejer kalo si Ben perhatian dan senyum ke cewe lain pas mereka pacaran
mending moon mati aja deh gausah jdi fl
makin seru😍..
dobel up