Karena sering dibuli teman kampus hanya karena kutu buku dan berkaca mata tebal, Shindy memilih menyendiri dan menjalin cinta Online dengan seorang pria yang bernama Ivan di Facebook.
Karena sudah saling cinta, Ivan mengajak Shindy menikah. Tentu saja Shindy menerima lamaran Ivan. Namun, tidak Shindy sangka bahwa Ivan adalah Arkana Ivander teman satu kelas yang paling sering membuli. Pria tampan teman Shindy itu putra pengusaha kaya raya yang ditakuti di kampus swasta ternama itu.
"Jadi pria itu kamu?!"
"Iya, karena orang tua saya sudah terlanjur setuju, kamu harus tetap menjadi istri saya!"
Padahal tanpa Shindy tahu, dosen yang merangkap sebagai Ceo di salah satu perusahaan terkenal yang bernama Arya Wiguna pun mencintainya.
"Apakah Shindy akan membatalkan pernikahannya dengan Ivan? Atau memilih Arya sang dosen? Kita ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Jawab Arkan, siapa wanita yang di toilet itu?" Desak Shindy ketika Arkan tidak menjawab pertanyaannya. Justru asik makan ayam dengan sambal.
"Jangan bawel, katanya disuruh makan" Arkan melempar tatapan sekilah ke arah Shindy sambil mengunyah.
Shindy diam menopang dagu, niatnya untuk memperbaiki sedikit demi sedikit hubungannya dengan Arkan, lagi-lagi gagal. Ada saja halangannya.
Sementara orang yang ia pikirkan menghabiskan paha ayam atas bawah. "Mana minum nya?" Tanya Arkan setelah paha habis.
Seperti istri pada umumnya, Shindy ambil air untuk suaminya. Ia tekan air hangat di dispenser, kemudian meletakkan di depan Arkan.
Arkan menyambar gelas karena pedas ingin segera menenggak. "Kok hangat Shy?" protesnya, karena kurang enak, lalu hanya minum sedikit.
"Untuk menetralisir lemak Ar, sebaiknya minum hangat" Shindy seperti menasehati anaknya saja.
Arkan tidak menjawab lagi, lalu menghabiskan air di gelas. Bersamaan dengan itu, Clara keluar dari toilet.
"Ar, antar aku pulang..." pinta Clara, sembari merapikan kemeja. Wanita yang belum jelas identitas nya itu tiba-tiba mencium bibir Arkan.
"Clara..." Arkan mendorong pundak Clara, lalu berdiri. Ada perasaan malu juga rupanya.
Shindy merasa jijik menatap adegan itu, kok ada wanita yang nyosor pria seperti bebek, padahal bukan suami istri tampak murahan.
"Sudah malam Ar, sebaiknya pulang saja" Shindy melarang walau tidak secara langsung. Ia berharap Arkan menolak permintaan Clara dan pulang bareng bersamanya. Lagi-lagi bukan karena cemburu, tapi Shindy khawatir jika Arkan dipengaruhi Clara yang tampak sudah paham dengan adegan orang dewasa. Apa jadinya jika mereka kebablasan dan melakukan hubungan terlarang karena bujuk rayu Clara. Shindy ingat saat mereka berciuman tadi, lebih tepatnya Clara yang ganas.
"Kamu ini art kok kepedean, Arkan tadi yang menjemput saya ke rumah, berarti harus mengantar saya sampai rumah dong" Clara memotong.
"Kamu sebaiknya pulang saja Shy, biar saya mengantar Clara" Arkan memutuskan, lalu ke toilet.
Hanya tinggal Shindy dan Clara di ruangan, suasana berubah panas.
"Mbak Clara, sebenarnya siapa yang terlalu pede di antara kita? saya atau Anda. Jika bicara itu dipikir dulu. Seharusnya Anda bisa mengait pria yang seusia, bukan merayu remaja 21 tahun. Saya kok jadi ngeri kalau Arkan hanya Anda jadikan pelampiasan!"
"Sialan!" Clara mendelik hendak mendekati Shindy.
Namun, Shindy segera beranjak. Dengan perasaan kecewa, ia menyangkutkan tas di pundak lalu ke luar ruangan. Shindy merasa dipermalukan Arkan di depan Clara kerena lebih memilih mengantar wanita yang hanya bersatus pacar.
.
Pagi harinya Shindy masih kesal hingga mendiamkan Arkan. Selama menjadi istri Arkan, ia sudah cukup sabar menghadapinya. Tetapi kejadian tadi malam membuat kesabaran Shindy habis.
"Arkan, hari ini Papa akan keluar negeri menjenguk Nenek kamu, kamu harus bekerja dengan benar" pesan Alexander ketika selesai sarapan.
"Iya Pa" jawab Arkan, lalu bertanya berapa lama mama dan papanya di rumah nenek.
"Tergantung bagaimana keadaan Nenek kamu Ar" Alexander tidak bisa memastikan kapan kembali ke Indonesia.
"Sekarang kamu sudah punya Istri Ar, jaga Shindy baik-baik" pesan mama Adisty, memberi nasehat putranya agar jangan keluyuran malam-malam seperti sebelumnya.
Arkan hanya diam karena tengah menyeruput susu coklat hangat.
Shindy melirik Arkan, rupanya pria itu suka keluyuran malam, pantas saja sering kali tidak mengerjakan tugas yang diberikan pak Gun.
"Siapa tahu Mama pulang nanti di perut Shindy sudah ada jabang bayi" Adisty tersenyum. Menyebabkan Arkan yang tengah minum terbatuk-batuk, sedangkan wajah Shindy memerah.
Alexander bersama Adisty pun berangkat ke bandara diantar supir.
Sementara Shindy ke kamar ambil ransel hendak berangkat kuliah. Tidak lama kemudian Arkan menyusul mengambil barang yang sama.
Shindy tidak menghiraukan Arkan, ia memilih memperhatikan penampilannya di depan kaca. Begitulah Shindy, jika sudah terlalu kecewa lebih baik diam.
"Tidak usah bercermin terlalu lama Shy, tidak ada yang berubah kok, walaupun kamu dandan menghabiskan bedak" Arkan sebenarnya ingin bercanda tapi di waktu yang tidak tepat, tentu saja memancing kemarahan Shindy. Namun, Shindy melengos hendak keluar.
"Hait" Arkan berlari lebih cepat lalu menghalangi Shindy di pintu yang masih tertutup.
"Awas Ar, sudah siang ini" Shindy yang mogok bicara sejak pagi akhirnya bicara.
"Kamu kenapa dari pagi cemberut gitu?" Arkan bersandar di pintu memperhatikan Shindy.
"Sudahlah Ar, saya malas ribut" Shindy mendorong tubuh Arkan tapi tidak bergerak.
"Saya tidak mau minggir sebelum kamu bicara" Arkan mengangkat dagu Shindy lalu membungkuk menatap matanya lekat.
"Kamu masih bertanya setelah apa yang kamu lakukan tadi malam dengan wanita itu Ar?" Shindy menyingkirkan tangan Arkan lalu menjauh. "Selama ini saya mengalah walau kamu selalu marah-marah, memaki-maki, dan semena-semena" Shindy mengerti jika sikap Arkan seperti itu karena masih terlalu dini untuk memahami arti perkawinan. Tetapi Shindy sekarang bisa menilai bahwa Arkan menikahinya hanya untuk menyakiti hatinya termasuk bermain gila dengan Clara
"Kamu itu Shy, masalah begitu saja kok dibesar-besarkan" Arkan menjawab enteng
"Bermain gila dengan wanita yang bukan istrimu, kamu bilang biasa saja Ar?" Shindy memicingkan mata. "Asal kamu tahu Ar, saya mempertahankan perkawinan ini karena berharap kita bisa menjadi teman lebih dulu sebelum diantara kita saling mengenal. Tapi setelah tahu kelakuan kamu, aku kecewa Arkan. Karena saya benci yang namanya perselingkuhan, diduakan, dan dikhianati seperti yang kamu lakukan" Shindy meneteskan air mata.
"Saya sama Clara itu tidak ada hubungan apa-apa Shy"
"Bohong!" Shindy akhirnya meninggikan suara.
"Saya ini pria normal, siapa yang tahan ketika disodorkan tubuh wanita se*si."
"Apa maksudnya?" Shindy merasa jika Arkan mengada-ngada.
"Tadi malam saya lagi kerja serius, lalu Clara datang mengganggu. Melenggak lenggok memamerkan bentuk tubuhnya. Terus di mana salahnya kalau saya mencicipi sedikit. Hahaha..." Arkan tertawa ngakak.
"Dasar pria nggak jelas" Shindy melengos lalu membuka pintu yang sudah Arkan tinggalkan.
Arkan tersenyum memandangi Shindy, lalu mengejarnya. "Tunggu Shindy" Arkan sudah berada di belakang Shindy.
"Apa lagi Ar... Sudah siang ini" Shindy kesal, menurutnya Arkan tidak disiplin padahal waktu terus berjalan, bisa-bisa terlambat masuk jam kuliah pertama.
"Sudah... jangan ngomel-ngomel terus" Arkan menarik tangan Shindy mendekati motor. "Kita berangkat bareng" ucap Arkan starter motor.
"Tapi..."
"Tidak usah tapi-tapian Shy, mau cepat tiba di kampus tidak?" Arkan memberikan helm.
"Shindy sebenarnya malas karena yakin Arkan akan ngebut, tapi tidak ada pilihan lain karena waktu sudah mepet. Ia pasang helm di kepala kemudian naik ke atas motor.
"Pegangan" Arkan menarik kedua tangan Sindy melingkarkan di perutnya.
Ngeeennng...
Shindy kaget refleks mengencangkan pegangan tangannya di perut Arkan karena motor melaju kencang.
Tiba di depan kampus, Shindy turun di pinggir jalan, karena keduanya belum siap hubungannya diketahui orang lain. Namun, tanpa mereka sadari sepasang mata memperhatikan mereka.
...~Bersambung~...
laah dia nekaad, kenapa nda di kasih KOid ajaa siiih