NovelToon NovelToon
Setelah 100 Hari

Setelah 100 Hari

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Selingkuh / Penyesalan Suami / Pelakor jahat
Popularitas:262.8k
Nilai: 4.8
Nama Author: Itha Sulfiana

"Setelah aku pulang dari dinas di luar kota, kita akan langsung bercerai."

Aryan mengucapkan kata-kata itu dengan nada datar cenderung tegas. Ia meraih kopernya. Berjalan dengan langkah mantap keluar dari rumah.

"Baik, Mas," angguk Anjani dengan suara serak.

Kali ini, dia tak akan menahan langkah Aryan lagi. Kali ini, Anjani memutuskan untuk berhenti bertahan.

Jika kebahagiaan suaminya terletak pada saudari tirinya, maka Anjani akan menyerah. Demi kebahagiaan dua orang itu, dan juga demi kebahagiaan dirinya sendiri, Anjani memutuskan untuk meninggalkan segalanya.

Ya, walaupun dia tahu bahwa konsekuensi yang akan dia hadapi sangatlah berat. Terutama, dari sang Ibu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulang

[Hari ini kami akan pulang. Kata Kak Aryan, dia sudah nggak sabar untuk cerai dari kamu. Lihat! Dia semalam perkasa banget. Leherku sampai penuh bekas merah kayak gini.]

Dengan sangat bangga, Luna mengirimkan pesan provokasi kepada Anjani. Pesan itu juga disertai dengan foto Anjani yang berbaring manja di lengan kekar seorang pria.

Meski wajahnya tak terlihat, namun Anjani tahu bahwa lengan itu milik Aryan. Pasalnya, tanda lahir berbentuk lingkaran merah yang ada di lengan pria itu terekspos cukup jelas di kamera.

"Fotonya bagus," puji Anjani. Dia men-screenshot pesan itu dengan cepat. Karena, Anjani tahu jika beberapa saat lagi, pesan itu pasti akan ditarik kembali oleh Luna.

"Kamu nggak lebih pintar dariku, Luna," desis Anjani.

Ya, ini bukan pertama kalinya Luna mengirimkan pesan dan foto mesra seperti itu. Jauh sebelum hari ini, sang adik tiri memang sudah sering melakukannya.

Biasanya, hanya foto pelukan dan ciuman mesra. Tapi, kali ini levelnya sudah meningkat pesat. Luna sudah berani mengirimkan foto mereka berdua diatas ranjang kepada Anjani.

Hanya saja, Anjani memilih untuk berpura-pura tuli, buta, dan bisu selama ini. Dia sengaja memendam semuanya. Bersikap seperti orang bodoh padahal diam-diam menyimpan semuanya seperti bom waktu yang bisa diledakkan kapan saja.

Sedikit saja, keluarga kecil sang Ayah berani mengusik Ibunya, maka detik itu juga Anjani akan meledakkan segalanya hingga menjadi abu.

Ayahnya boleh mengancamnya menggunakan keselamatan sang Ibu. Namun, Anjani juga punya senjata jika Ibunya benar-benar dilukai. Tentunya, senjata ini tak hanya akan menghancurkan keluarga sang Ayah saja. Aryan pun akan ikut terseret didalamnya.

"Hari ini, Aryan pulang dari luar kota, kan?" tanya Anushka setengah berbisik.

Dia sudah berjuang dengan keras, memindahkan kursinya dengan perlahan ke dekat Anjani hanya demi bisa mengobrol dengan sang sahabat selama jam kerja.

"Iya," angguk Anjani. Dia fokus menggambar sketsa bangunan di notebook miliknya.

"Kamu nggak mau pulang buat sambut dia?" tanya Anushka lagi.

"Buat apa? Toh, dia nggak akan langsung pulang, kok. Dia pasti mengantar Luna ke kediaman keluarga Permana terlebih dulu."

"Mengantar Luna pasti nggak butuh waktu lama, Anjani."

Anjani menoleh kemudian tersenyum. "Jangan sok tahu!" balasnya. "Biasanya, Aryan akan tinggal di sana sampai malam. Luna dan Ibunya mana rela kalau Aryan pulang cepat."

"Masa'?"

"Ehm," angguk Anjani.

"Kalian mau kerja atau mau mengobrol?"

Degh!

Bolehkah Anushka meminta agar tubuhnya dijadikan transparan untuk sementara waktu? Dia berharap, tak akan dilihat oleh sang Paman kali ini saja.

"Ma-maaf, Pak Enzo!" ucap Anjani yang sontak berdiri dengan gugup sambil membungkukkan badan, meminta maaf.

Enzo langsung merasa tak enak. Melihat wajah Anjani yang sangat tegang, dia jadi merasa kasihan. Padahal, maksudnya bukan untuk benar-benar marah. Dia hanya ingin memperlihatkan pada karyawan lain jika dirinya tak akan pilih kasih.

Anushka boleh jadi adalah keponakannya. Tapi, di kantor, posisi sang keponakan tetap setara dengan karyawan lainnya. Tak ada pembeda diantara mereka kecuali perihal gaji dan jabatan.

"Kamu... Anushka!"

Tatapan tajam Enzo langsung tertuju pada Anushka yang baru setengah badan memasuki kolong meja Anjani. Niatnya sih ingin sembunyi tapi malah ketahuan.

"Hehehehe... kenapa, Om?" tanya Anushka.

"Keluar!" titah Enzo sembari melipat kedua tangannya didepan dada.

Pelan, Anushka kembali merangkak keluar kemudian berdiri dibelakang Anjani.

"Meja-mu nggak di sini, kan? Tapi, kenapa kursimu bisa sampai di sini?"

Lagi, Anushka nyengir. "Maaf, Om. Lain kali, aku nggak gitu lagi," ringisnya.

"Kamu, Anjani!" Nada suara Enzo terdengar turun beberapa oktaf. "Lain kali, jika makhluk astral ini berani mengganggu kamu saat bekerja lagi, langsung laporkan padaku! Mengerti?"

"Me-mengerti," angguk Anjani yang merasa jika dirinya diperlakukan sedikit lebih istimewa dibanding Anushka.

"Sekarang, kembali ke mejamu, Anushka! Jika dalam satu jam, kamu nggak kasih rancangan baru untuk pembangunan mall baru keluarga kita, maka kamu akan dipecat!"

Anushka langsung membeku di tempat. Bagaimana ini? Enzo tak pernah main-main dengan ancamannya.

"Aduh! Aku benar-benar bisa tamat kalau begini," keluh Anushka. "Kalau aku dipecat, nanti Mama pasti akan memukulku sampai babak belur."

"Makanya, segera kerjakan tugasmu, Anushka!"

"Iya. Baiklah!" angguk Anushka lemas.

Saat Anushka sudah pergi, Anjani kembali melanjutkan pekerjaannya dengan fokus. Tugasnya adalah merancang sebuah bangunan rumah untuk pasangan pengantin baru.

[Satu jam lagi aku sampai di rumah. Tolong buatkan lasagna untukku. Aku lapar.]

Pesan itu lagi-lagi hanya dibaca Anjani dengan ekspresi datar Kemudian, dia memutuskan untuk mematikan ponselnya agar tak menganggu lagi.

****

"Kak Aryan, kenapa nggak turun dulu? Papa dan Mama pasti ingin sekali menyapa Kakak," ucap Luna yang sudah diantar dengan selamat hingga ke depan pintu rumah keluarga Permana.

"Lain kali saja. Aku masih ada urusan," tolak Aryan.

Supir yang mengantar terlihat cukup heran dengan penolakan Aryan. Ini pertama kalinya, dia melihat Aryan menoleh permintaan dari Luna.

"Kenapa diam saja? Ayo, jalan!" titah Aryan kepada supir yang tampak melamun itu.

"Ba-baik, Tuan!"

Aryan menatap bunga matahari yang ada di tangannya dengan senyuman lebar. Bunga matahari itu adalah bunga favorit Anjani. Didalam bagasi, dia juga sudah membeli cokelat dan aneka cupcake warna-warni untuk Anjani. Semua itu sudah ia siapkan tanpa sepengetahuan Luna sedikit pun.

Didalam saku jasnya bahkan terdapat satu set perhiasan berlian asli. Sengaja Aryan persiapkan sebagai kado untuk sang istri.

Akan tetapi, kecewa harus Aryan telan saat tiba di rumah. Tak ada Anjani di dalam sana. Rumah itu terasa sepi dan kosong. Seolah-olah, tak ada nyawanya.

"Kenapa aku merasa jika ruangan ini sangat kosong?" tanya Aryan bermonolog.

Matanya tiba-tiba tertuju pada tempat dimana foto pengantinnya bersama Ayunda biasa dipajang. Dan, Aryan langsung mematung ditempat. Kemana foto pengantin mereka? Siapa yang berani menurunkannya?

"Siapa yang sudah lancang mengutak-atik rumahku seperti ini?" teriak Aryan murka.

Kebetulan, dua orang tukang bersih-bersih masih berada di rumah. Dua wanita paruh baya itu pun langsung mendekat ketakutan.

"Maaf, Tuan! Saat kami tiba, kondisinya memang sudah seperti ini. Banyak barang dan perabotan yang menghilang."

Salah satu diantaranya berusaha menjelaskan meski ketakutan.

"Apa jangan-jangan ada perampok?" tebak Aryan. "Anjani..."

Tiba-tiba dia teringat akan sang istri yang selama ini nyaris tak pernah dia anggap keberadaannya. Dia berlari dengan cepat naik ke atas, menuju ke kamar Anjani.

Takut, jika telah terjadi sesuatu yang buruk kepada Anjani. Apalagi, akhir-akhir ini, Anjani memang tak pernah memberi kabar sedikit pun.

"Anjani!!"

Kosong.

Kamar itu tak berpenghuni. Hanya kesunyian yang menjadi teman Aryan didalam sana. Saat tak sengaja membuka lemari pakaian Anjani, dia seketika terpaku dengan tenggorokan tercekat.

"Kemana semua pakaian-pakaian Anjani?" gumamnya lirih.

1
wita salira
yess akhirnya kejahatan Sandra dan kebohongan Luna terbongkar juga..
wita salira
waw seperti nya Petra datang ke pernikahan Luna,, semangat KK up lagi..💪🙏
muznah jenong
akhirnya ....boom.....terbuka semua.. lanjut Thor 👍👍👍👍💗💗💗💗💗
Sunaryati
Bukan hanya karena Luna yang berbohong tapi karena kamu juga bodoh. Masa menikahi seseorang kok bukan karena perasaan tapi masa kecil yang bahkan telah lupa. Untuk Anton Terima karma hasil pengkhianatan kamu pada istri dan putri kandungmu. Sandra tamatlah riwayatmu akibat trik kotor untuk merebut posisimu sebagai istri Anton dan kebohongan kamu. Kutunggu kisahmu selanjutnya. 💪💪 Thoor 🙏
Sunaryati
Bravo Anjani ini kejutan yang kutunggu buat shok terapi Anton, Sandra, dan Luna
Dila Dilabeladila
wahhhhh Lagi seru ngatung. hayo lah d gaes keunnnn
Ani Basiati: lanjut thor
total 1 replies
Uthie
mau aja di bohongin para kacung 😜
muznah jenong
lanjut 👍👍👍👍💗💗💗
Ma Em
Nyonya Bella terus saja bela Luna dan setelah tau siapa Luna sebenarnya pasti nyonya Bella akan menyesal .
Naya En-lish
/Kiss//Kiss//Kiss//Kiss//Heart/
pipi tembem
suka
Sunaryati
Bella mudah ketipu padahal Anton bukan keluarga Syailendra, Anjani nanti menikah dengan Enzo maka terlambat penyesalan Aryan
Rahma Putri
cerita menarik
ayudya
aku sangat suka cerita mu Thor... tolong rutin update nya, semangat.
ayudya
ngaco si bella ini, sama gak gak waras 2 keluarga ini lah.
ayudya
mampus kau, emang enak di gituin.., aryan² lelaki bodoh.
ayudya
inilah manusia rakus akan kasta dan harta, setelah tau bagaimana muka keluarga ini tentang anjani.
ayudya
mampus lah kau, senang lihat nya mereka jd ketakutan..., semagat ya
ayudya
mamam tu saham pak anton 😛
ayudya
semangat author, cerita mu bagus soal nya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!