NovelToon NovelToon
Pembalasan Rania

Pembalasan Rania

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Pelakor / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: sweetiemiliky

Calon suami Rania direbut oleh adik kandungnya sendiri. Apa Rania akan diam saja dan merelakan calon suaminya? Tentu saja tidak! Rania membalaskan dendamnya dengan cara yang lebih sakit, meski harus merelakan dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetiemiliky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 : Obat untukmu

Kemarin setelah pulang dari rumah sakit, Bumi dan Ambar langsung pulang ke rumah Anton karena mereka memang berniat tinggal disana mulai saat ini. Tentu atas permintaan Ambar yang tidak bisa Bumi tolak kali ini.

Karena belum sempat mengambil barang-barang dirumah, jadi lah Bumi yang harus pergi mengambil sendirian. Ada untungnya juga karena Bumi bisa mampir ke apotek dan membeli obat untuk Rania.

Sebenarnya sih, Bumi tidak tahu obat apa yang dibutuhkan oleh Rania saa ini. Ia hanya membeli obat yang biasa dibeli untuk Rania dulu, dengan keluhan sakit kepala.

Terdengar konyol, tapi ini adalah salah satu cara agar Bumi bisa bertemu Rania.

''Plastik putih yang kamu bawa itu apa?'' Ambar mengamati plastik putih disisi kanan Bumi dengan heran. Seingatnya, ia tidak menitip sesuatu pada suaminya sebelum pergi.

''Obat.''

''Untuk siapa? Kamu sakit?''

Ambar bergerak mendekat dan berniat menyentuh pipi Bumi untuk memastikan suhu tubuh. Tapi saat tangannya hampir menyentuhnya permukaan kulit pipi, sang empu malah menjauhkan diri dan berakhir tangan Ambar terhenti diudara tanpa menyentuh apapun.

''Aku baik-baik saja,'' Katanya tanpa menatap wajah lawan bicara.

Dengan gerakan pelan, tangan Ambar kembali terkulai disisi tubuh. Ini bukan kali pertama Bumi menolak sentuhan darinya secara terang-terangan.

Bahkan sampai saat ini mereka masih menempati tempat tidur yang berbeda meski dalam satu kamar yang sama.

Biasanya Bumi akan memilih tidur disofa atau menggelar kasur kecil disisi ranjang. Padahal Ambar sudah mencoba memakai alasan kalau bayi mereka ingin dekat dengan ayahnya, tapi Bumi tetap menolak dan memilih tidur ditempat yang berbeda.

''Apa kamu sudah makan?'' Tanya Bumi pada Ambar. Walau terlihat cuek, Bumi selalu memastikan Ambar makan dengan baik.

Yang ditanya menggeleng ringan. ''Aku menunggumu.''

''Bukankah aku sudah bilang sebelum aku pergi untuk tidak menungguku? Kamu bisa makan tanpa aku.''

''Tapi aku ingin kita makan bersama.''

''Makan dulu saja, aku akan menyusul nanti.''

Ambar memberengut tak terima. ''Aku sudah menunggumu lama sampai menahan lapar hanya karena ingin makan bersama, tapi kamu menolak?''

''Tidak ada yang memintamu untuk menunggu. Lebih baik kamu pergi ke ruang makan dan makan apapun yang ada disana, aku akan menyusul jika urusanku sudah selesai.''

''Memangnya kamu ingin pergi kemana lagi?''

''Tidak usah banyak bertanya, turuti saja perintahku.''

Sebelum Ambar kembali bersuara dan merengek lebih banyak, Bumi segera membawa langkahnya menjauhi Ambar. Tujuannya saat ini adlah menemui Rania dan memberikan obat ini.

Kalau tidak salah dengar, tadi Anton memberitahu Mina kalau Rania sudah keluar kamar dan sedang melukis dihalaman belakang. Tanpa berpikir panjang, Bumi segera menyusul ke halaman belakang untuk menemui Rania.

Dan benar saja, sosok yang dia cari ada disana. Sedang melamun dengan tatapan kosong mengarah pada kanvas. Sepertinya sedang mencari ide baru setelah menyelesaikan lukisan sebelumnya.

''Aku baru tahu kalau tanganmu bisa membuat lukisan secantik itu.''

Yang dimaksud Bumi adalah lukisan di sosial media milik Rania. Bumi tidak pernah absen melihat postingan baru kekasihnya, dan selalu menjadi orang pertama yang menekan bentuk hati. Ia bersyukur karena Rania tidak memblokir sosial media miliknya seperti nomer ponsel.

Rania menoleh singkat. Tanpa suara, ia meraih kuas dan mulai menggoreskan warna pada kanvas secara acak. Rania tidak menemukan inspirasi pada lukisannya kali ini. Namun yang pasti, ia ingin membuat lukisan dengan tujuan mengurangi isi pikiran yang berisik.

Bumi tersenyum tipis saat Rania tidak memperdulikan dirinya meski berdiri tepat disamping kiri. ''Aku mendengar dari ayah kalau kamu sedang sakit. Maka dari itu, aku datang ke sini untuk memberikan obat agar kamu merasa lebih baik.''

''Kalau tidak tahu sakit apa yang sedang aku dirasakan, lebih baik jangan sok tahu dan membawa obat yang tidak dibutuhkan ke sini,'' Melirik sekilas dan kembali fokus mencuci kuas.

Manik kembar Bumi berkedip pelan. Sorot mata tajam yang biasa dilihat oleh orang lain, kini tampak berbeda saat menatap Rania.

''Aku hanya khawatir—,''

''Tidak butuh,'' Menghentikan kegiatannya sejenak hanya untuk menatap datar sosok yang berdiri disampingnya. ''Aku tidak butuh apapun darimu. Jadi, jangan mendekatiku lagi.''

Tepat diakhir kalimat, bau wangi yang berasal dari tubuh Bumi sedikit mengusik hidung dan perut Rania. Palet dan kuas langsung terlempar ke sembarang arah dan berakhir teronggok diatas tanah. Sedangkan sang empu berlari ke arah kran air untuk memuntahkan sesuatu.

Rania mengerang frustasi saat rasa mual itu menyiksanya dengan sangat. Dan lagi-lagi yang keluar hanya cairan bening saja.

Bumi yang melihat hal tersebut tidak tinggal diam. Plastik putih berisi obat dia letakkan diatas kursi yang baru saja ditinggalkan oleh Rania, lalu bergerak mendekat dan membantu memijat tengkuk perempuan itu.

''Kamu tidak apa-apa?''

Susah payah Rania menepis tangan Bumi yang bertengger diatas tengkuknya, bau wangi yang tidak ia sukai semakin kuat tercium saat Bumi berasa didekatnya. Setelah berhasil, Rania langsung menjauhkan diri dari Bumi sambil menutup mulut dan hidung menggunakan telapak tangan.

Bumi masih menatap khawatir. ''Sebaiknya kita pergi ke dokter saja, wajahmu terlihat sangat pucat. Aku bisa mengantarmu sekarang.''

Rania mencoba menahan mual yang masih saja menyerangnya. Mencium bau wangi dari tubuh Bumi semakin memperburuk keadaannya.

''Jangan dekati aku!'' Memekik keras saat Bumi hendak bergerak mendekat. Ia benar-benar tidak tahan dengan bau wangi itu. Padahal, seingatnya ia adalah orang yang merekomendasikan parfum itu pada Bumi.

''Ra—,''

Si pemilik nama sudah lebih dulu melangkah pergi menjauhi tempat sebelum Bumi melengkapi dialognya. Bumi berdecak, kemudian mengendus ketiaknya sendiri dan hasilnya tidak ada bau lain selain wangi parfum.

Bumi bertanya-tanya dalam hati. Jadi, bau apa penyebab Rania mual parah seperti tadi.

Dibalik dinding, tanpa mereka ketahui ada sepasang mata yang melihat interaksi mereka sejak awal. Ambar, sosok itu berdecak dengan hentakan kaki. Ternyata urusan yang suaminya maksud adalah menemui Rania.

''Lihat saja! Akan aku adukan pada ibu.''

...----------------...

Sesampainya dikamar, Rania langsung melesat masuk ke dalam kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Padahal kondisinya sudah lebih baik tadi. Hanya karena mencium bau wangi Bumi, kondisi Rania kembali memburuk dan berakhir tumbang diatas tempat tidur lagi.

''Rania.''

Kepalanya menoleh lemah ke arah pintu saat mendengar suara sang ibu dari balik pintu. Kerena Rania tidak sanggup walau hanya beranjak sebentar, Rania menjawab dengan sekuat tenaga agar suaranya terdengar keras.

''Masuk saja, bu. Pintunya tidak aku kunci,'' Suaranya terdengar lemah meski Rania sudah berusaha. Tidak tahu suaranya akan terdengar sampai telinga Mina atau tidak. Tapi sepertinya terdengar karena tak lama setelahnya, suara pintu terdengar dibuka dari luar.

''Ada apa, bu?''

Mina mendudukkan diri dipinggiran kasur dengan raut juteknya. Rania menghela napas lirih sambil membatin, ada apa lagi ini.

''Ibu ingin berbicara sebentar denganmu.''

''Ya, katakan saja. Aku akan mendengarnya baik-baik.''

Mengamati putri sulungnya dari atas-bawah begitupun sebaliknya. ''Kamu akan tetap berbaring saat berbicara dengan ibu? Apakah itu sopan?''

''Sebenarnya tidak. Tapi aku benar-benar merasa lemas sekarang, aku tidak sanggup kalau harus duduk.''

Separah apa sakit anak ini sampai tidak bisa bergerak dari tempat tidur? Batinnya. Meski sedikit dilanda rasa khawatir, Mina menepis semua itu dan memilih untuk membahas yang lain. Terutama tentang alasan kenapa ia sampai datang ke sini.

''Ambar bilang pada ibu kalau kamu menemui Bumi dihalaman belakang. Apa itu benar?''

''Aku tidak menemuinya.''

''Jangan berbohong, Ambar melihatnya dengan jelas tadi.''

Mendesah lirih. Ingin marah, tapi kondisinya kurang baik. Sampai kapan Ambar akan terus mengusik hidupnya? Kalau lah ada kesempatan untuk meninggalkan rumah, pasti akan langsung Rania lakukan.

Menepuk pipi Rania. ''Jawab ibu. Kenapa malah melamun?''

''Bukankah aku baru saja menjawab tadi?''

''Tapi ibu tidak percaya.''

''Ya sudah. Jangan menuntut jawaban dariku lagi kalau ibu tidak percaya.''

Berdecak keras. ''Ibu ingatkan padamu, jangan mendekati suami adikmu lagi setelah ini. Kamu harus menghargai perasaan Ambar.''

''Kenapa ibu hanya menasehati aku saja? Harusnya orang yang ibu nasehati adalah menantu ibu sendiri, karena dia yang datang menghampiriku lebih dulu. Ya, tentu saja. 'Kan dia masih mencintaiku sampai saat ini, itu sebabnya dia masih peduli padaku.''

Sebuah boneka berbentuk kepala beruang mendarat kasar diwajah Rania. Jujur, ini sakit. Sepertinya Mina mengerahkan seluruh tenaga hanya untuk memukul wajah Rania menggunakan kepala beruang.

''Jaga ucapanmu. Kalau Ambar mendengar dia bisa sakit hati. Memiliki banyak beban pikiran tidak baik bagi ibu hamil, dia bisa pendarahan lagi.''

''Ambar terus yang ibu bahas saat bersamaku. Apa ibu lupa kalau suami Ambar saat ini adalah kekasihku? Kenapa dulu ibu tidak menasehati Ambar juga saat merebut kekasihku?'' Menarik selimut hingga kepala, lalu bergerak memunggungi Mina. ''Ibu tidak pernah memikirkan perasaanku, selalu saja Ambar. Aku sangat membencimu, ibu.''

1
sutiasih kasih
ambar... km itu jenis makhluk benalu tak tau diri....
hobi merampas yg bukan milikmu....
tunggulah azab atas smua kbusukanmu ambar...
tak kn prnah bahagia hidupmu yg sll dlm kcurangan...
sutiasih kasih
lnjut up....
👍👍
Riska Ananda
terfav🥰🥰
Riska Ananda
gk sabar nunggu kelanjutannya klo bisa up banyak2 thor
sutiasih kasih
org tua tak adil itu memang sll ada... & benar adanya....
tpi.... ank yg tak di anggp justru kelak yg sll ada untuk org tuanya di bandingkn ank ksayangan....
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya😌
total 1 replies
Shreya Das
Bagus banget, jadi mau baca ulang dari awal lagi🙂
KnuckleBreaker
Gak bisa berhenti!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!