Viora Zealodie Walker, seorang gadis cantik yang memiliki kehidupan nyaris sempurna tanpa celah, namun seseorang berhasil menghancurkan segalanya dan membuat dirinya trauma hingga dia bertekad untuk mengubur sikap lemah, lugu, dan polosnya yang dulu menjadi sosok kuat, mandiri dan sifat dingin yang mendominasi.
Bahkan dia pindah sekolah ke tempat di mana ia mulai bangkit dari semua keterpurukan nya dan bertemu dengan seseorang yang diam-diam akan mencoba merobohkan tembok pertahanan nya yang beku.
Sosok dari masa lalu yang dia sendiri tidak pernah menyadari, sosok yang diam-diam memperhatikan dan peduli pada setiap gerak dan tindakan yang di ambilnya.
Agler Emilio Kendrick ketua geng motor besar yang ada di jakarta selatan sana... Black venom.
Dia adalah bad boy, yang memiliki sikap arogan.
Dan dia adalah sosok itu...
Akankah Agler berhasil mencairkan hati beku Viora dan merobohkan dinding pertahanan nya, atau cintanya tak kunjung mendapat balasan dan bertepuk sebelah tangan??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARQ ween004, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pada akhirnya akan tetap seperti itu
Dua hari berlalu sejak insiden malam itu. Viora tetap di rumah, beristirahat penuh, memulihkan tubuh dan pikirannya. Hujan, petir, dan rasa sakit hati yang ia rasakan perlahan memudar, digantikan rasa lelah dan kesepian. Ia jarang membuka handphone, hanya sesekali melihat chat dari teman-temannya yang menanyakan kabar.
Pagi itu, Viora mengenakan seragam rapi dan berjalan menuju Satropa Academy dengan langkah hati-hati. Tubuhnya lebih sehat, kepala lebih jernih, tapi hatinya masih membawa bekas luka emosional dari Rafka.
Viora menyusuri koridor, menikmati suasana yang sudah dua hari ia tinggalkan. Senyumnya tak pernah luntur menghiasi bibir tipisnya, bahkan beberapa kali ia membalas sapaan adik kelas yang melintas.
Tepat saat ia menapakkan kaki menuju lantai dua, tatapannya tak sengaja bertemu dengan Rafka yang baru turun dari mobil. Namun, yang membuat Viora berhenti sejenak adalah Friska—sahabatnya—yang ikut turun dari kursi penumpang di mobil kekasihnya.
“Pagi, Vio… Tunggu!” teriak Friska ceria sambil berlari kecil menghampiri Viora.
Saat hampir sampai, Friska tidak sengaja tersandung pada undakan tangga. Refleks, Rafka meraih pinggangnya dari belakang, menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
Viora berdiri terpaku, hatinya tiba-tiba panas. Ia merasakan cemburu yang aneh muncul melihat interaksi itu. Tidak terlihat canggung di antara mereka; justru tatapan Rafka pada Friska terlihat lebih hangat, berbeda jauh saat biasa ia menatap nya.
Beberapa murid yang berada di dekat situ mulai berbisik-bisik, sebagian terdengar julid, ada juga yang memekik kecil karena posisi mereka terlihat intim: lengan kekar Rafka melingkar di perut ramping Friska dari belakang.
"Ih... Iri deh liat kak Friska yang bisa di peluk se intim itu sama si ice prince."
"Huhu... Keliatan romantis banget yah"
"Mana mereka cocok lagi, ya kan?"
"Sttt... Lo tuh gak boleh gitu! Ka Vio masih pacar aslinya ka Rafka tau." Tegur temannya.
"Eh, iya ya. Lupa." Katanya meringis saat melihat Viora yang hanya mengulas senyum tipis di sana.
Mendengar bisikan-bisikan dari adik kelas yang lewat membuat hati Viora kian panas bahkan rasa curiga sempat singgah di hati nya namun dengan cepat dia menepis nya. "Gak seharusnya aku berprasangka buruk pada Rriska, sahabat ku sendiri." Gumam Viora.
"Eh, Vio sorry. Itu tadi gue kesandung__" Friska meringis takut sahabat nya salah paham.
"Santai aja." Potong Viora, membuat Friska tersenyum lega. "tapi kaki lo gak papa?" Lanjutnya bertanya meski matanya sempat mencuri pandang pada Rafka yang kini berdiri dua langkah di belakang mereka.
"Hhe... Gak papa, cuma sakit dikit. By the way, gimana keadaan lo? Sorry yah kemarin gue gak sempat jenguk."
"It's ok. Udah jauh lebih baik kok sekarang." Jawab Viora tenang. Lalu pandangan nya kembali pada Rafka yang masih menatap nya. "Pagi kak?" Sapanya kemudian.
"Pagi." Balas nya singkat sambil berjalan mendekat dan tersenyum hangat___ senyum yang sangat Viora rindukan. Lalu mengusap pelan puncak kepalanya, "Semangat belajarnya!" Ucapnya. kemudian berlalu meninggalkan keduanya.
Ya, pada akhirnya akan tetap seperti itu — bertengkar, saling diam, dan tuntutan kata “putus” dari Viora yang tak pernah Rafka gubris, sama seperti sebelumnya. Ia akan tetap bersikap seolah semuanya baik-baik saja, seakan tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka.
"Ciee... Pagi-pagi udah dapat usapan manja aja." Goda Friska membuat Viora yang sempat mengiringi langkah Rafka tersentak sadar dan mengalihkan pandangan ke arahnya cepat.
"Ish... Apaan sih." Katanya menabok pelan lengan atas Friska sambil tersipu dengan semu merah yang tak bisa ia sembunyikan di pipinya.
Friska terkikik melihat reaksi itu, "udah ah ayo kita jalan ke kelas!?" Akhirnya Viora menarik lengan Friska yang masih saja menggereling seakan menggoda nya.
Sepanjang perjalanan menuju kelas nya Viora sempat bertanya pada Friska tentang mengapa ia bisa bareng dengan Rafka pacarnya pagi ini.
"Oh ya Fris, kok lo bisa bareng cowo gue tadi." Tanya Viora di sela langkah keduanya.
“Oh, itu. Tadi gue nggak sengaja ketemu cowok lo di perempatan depan. Taksi gue mogok, dan yah… gitu deh. Dia nawarin gue tumpangan, dan gue mau — lumayan kan, tumpangan gratis,” katanya, diakhiri dengan candaan.
°°°
Mereka akhirnya sampai di kelas 11 IPA 1. Suasana kelas cukup hidup meski masih pagi. Beberapa teman sekelas sudah mulai menata buku dan catatan di meja masing-masing, sementara beberapa murid lain terlihat asyik bercakap-cakap.
Viora dan Friska berjalan pelan menuju bangku mereka, sambil sesekali menyapa teman-teman yang mereka kenal di sepanjang barisan meja.
“Minggu depan lo jadi ikut Olimpiade ke Jepang?” tanya Friska begitu mereka sudah duduk di tempatnya masing-masing.
“Jadi dong,” jawab Viora sambil menata buku di atas mejanya. “Makanya gue lagi benar-benar nyiapin diri sebelum berangkat ke sana.”
“Wow, keren banget! Gue yakin kali ini lo bakal balik bawa medali lagi, Vi,” ujar Friska dengan nada bangga. “Kayak biasanya, lo tuh nggak pernah pulang dengan tangan kosong.”
Viora hanya tersenyum kecil menanggapi. “Bisa aja lo. Doain ya! Semoga kali ini gue menang lagi,” lanjutnya.
“Pasti dong. Tanpa lo minta pun, gue bakal doain kemenangan lo. Tapi jangan lupa oleh-olehnya buat gue!” balas Friska, mengakhiri dengan candaan.
“Dasar!” kekeh Viora.
Selama ini, nama Viora Zealodie Walker memang sudah cukup dikenal di lingkungan sekolah Satropa Academy bahkan di tingkat nasional. Ia bukan hanya terkenal karena kecantikannya, tapi juga karena prestasinya yang luar biasa.
Sejak duduk di bangku SMP, Viora sudah langganan menjuarai berbagai kompetisi sains dan matematika. Di tahun pertamanya di Satropa Academy, ia berhasil membawa pulang medali emas Olimpiade Kimia Nasional, disusul dengan perak untuk bidang Fisika di tingkat internasional setahun kemudian.
Selain itu, ia juga aktif di bidang non-akademik. Ia adalah kapten tim debat bahasa Inggris, sering diundang untuk mewakili sekolah dalam kompetisi antar-akademi bergengsi. Dalam setiap ajang, caranya berbicara tegas namun elegan membuat banyak juri kagum dan lawan bicara segan.
Viora bukan ketua OSIS, bukan pula siswi yang haus akan jabatan. Ia hanya dikenal sebagai siswi berprestasi kesayangan para guru, seseorang yang selalu menjadi contoh dalam sikap dan etika. Ia tidak pernah terlambat, selalu sopan, dan punya cara berbicara yang menenangkan.
Beberapa guru bahkan sering menyebutnya sebagai “permata Satropa” — bukan hanya karena kecerdasannya, tapi karena sikap rendah hatinya yang membuat semua orang menghormatinya.
Bagi sebagian murid, Viora adalah sosok sempurna. Tapi bagi orang yang benar-benar mengenalnya, di balik semua pencapaian dan senyum hangat itu, ada sisi rapuh yang jarang terlihat — terutama ketika menyangkut soal perasaan dan hubungannya dengan Rafka.
***
yg menatap nya secara dlm...
lanjut thor ceritanya
sosok misterius itu???
lanjut thor
love u sekebon buat para readers ku🫶🫶