"Di jodohkan? M-menikah? Aku?" tanya Paris sambil menunjuk batang hidungnya sendiri. Di suatu sore yang cerah di taman belakang, Paris mendapat berita yang mengejutkan dari kedua kakaknya.
"Ya iya Paris. Aku dan Arga kan sudah menikah. Disini yang belum menikah kan kamu," ujar Asha lucu. "Mungkin bukan menikah. Hanya di jodohkan."
"Bukan soal itu, Kak. Maksud aku kenapa aku harus menikah? Kenapa aku harus di jodohkan?" Paris membeliakkan bola matanya.
"Semua perempuan atau laki-laki nantinya kan memang harus menikah." Asha memberi penjelasan umum.
"Aku tahu. Maksudku adalah ... kenapa aku harus menikah di saat aku belum lulus sekolah? Kenapa? Kenapa, Kak? Katakan kenapa?!" Paris emosional. Asha melihat ke arah lain. Tanpa di garis bawahi, Asha tahu itu. Paris masih sekolah. Masih ingin bersenang-senang sebagai remaja. Kehidupan rumah tangga terlalu dini untuknya.
Asha menepuk lengan suaminya pelan. Meminta bantuan untuk menjawab pertanyaan Paris soal itu. Dia tidak ingin membuat adik iparnya menjadi kalap karena mendengar berita itu.
"Tentu saja karena bunda menginginkannya," jawab Arga enteng. Asha melebarkan mata mendengar jawaban lugas suaminya. Namun memang itu jawaban sesungguhnya. Perempuan ini memilih bermain dengan putranya, Arash daripada mendengarkan suaminya ngomong.
"Dan kenapa Bunda memaksaku untuk menikah?" Paris masih menanyakan itu dengan emosional.
"Karena Bunda senang melakukannya." Lagi-lagi jawaban jujur dari bibir Arga. Asha menipiskan bibir melihat suaminya dengan tenang menjawab pertanyaan sensitif dari Paris. Kepala Asha sampai perlu di geleng-gelengkan beusaha mengabaikan jawaban Arga.
"Bagaimana bisa bunda senang melakukannya, kak? Lalu bagaimana denganku? Memangnya bunda tidak peduli dengan perasaanku?" Terlihat jelas gadis ini emosi.
"Soal itu tanyakan sendiri pada bunda. Aku tidak ikut campur. Aku hanya memberitahumu." Arga akhirnya terpojok.
"Lalu bagaimana dengan kak Arga?" tanya Paris menunjuk kakaknya.
"Ada apa denganku?" Di tanya begitu Arga heran.
"Bagaimana kak Arga mendengar berita ini? Apa kakak akan diam saja melihat adiknya sedang tertindas?"
"Memangnya aku harus melakukan apa, Paris?"
"Ya, kakak harusnya memberi bunda pencerahan untuk tidak melakukannya. Perjodohan? Pernikahan? Apa itu?!" teriak Paris kesal. "Kakak harus memberi bunda pengertian bahwa aku tidak seharusnya di jodohkan. Apalagi di nikahkan."
"Kenapa harus aku?" tanya Arga enggan ikut-ikutan.
"Ya kakak harus bantu aku dong! Dulu saja saat kakak di jodohkan, aku membantu kak Asha untuk tidak harus melihat kak Arga di jodohkan. Aku sengaja menyembunyikan fakta bahwa kakak sedang menjalin hubungan dengan kak Asha." Telinga aja menajam mendengarkan kalimat adik iparnya.
"Hei ... kamu sedang menghitung kebaikanmu, yah? Lagipula, sebelum kamu bantu saja, Asha sudah ku beritahu soal perjodohan itu. Tanpa bantuan kamu, Asha itu sudah siap. Soal kamu yang tidak memberitahu bunda bahwa kita pacaran, aku rasa kamu salah. Bagiku lebih baik dulu kamu bilang pada bunda bahwa aku menjalin hubungan dengan dia. Itu memudahkan aku untuk melamarnya." balas Arga dengan kalimat panjang. Tak pelak Asha menepuk lengannya. Mendelik memprotes semua kalimat suaminya. Arga hanya tersenyum jahil.
"Jadi ... jadi ... kakak akan membiarkan aku di jodohkan?!" tanya Paris sudah frustasi. Arga hanya angkat bahu. Tidak mau ikut campur dengan kreasi bunda.
"Tenanglah ... Kesenangan bunda mungkin hanya sesaat. Jika kamu bisa menunjukkan kegigihanmu untuk menolak. Bunda pasti juga akan mundur." Arga mencoba menenangkan hati adiknya.
"Benarkah?" tanya Paris tertarik.
"Mungkin saja."
"Kamu terlihat tenang, Paris," ujar Asha yang sedang melihat Paris bersantai di depan tv.
"Kenapa?"
"Bunda sedang berkreasi lagi, lho." Untuk kata berkreasi. Mungkin bagi orang-orang yang mendengar, itu terdengar keren dan bagus. Namun kali ini bukan berkreasi seperti itu. Bukan membuat kue atau masakan dengan cita rasa baru dan unik, tapi menjodohkan.
Bunda Wardah punya kebiasaan mengenalkan anaknya pada anak teman-temannya. Singkatnya, perjodohan. Beliau suka menjodohkan.
"Oh, soal itu. Meskipun aku di jodohkan, tapi aku pasti akan menolak." Paris dengan yakin mengatakan itu.
"Memang aku tahu kamu pasti menolak, tapi ... apa kamu tidak tahu kalau bunda itu gigih sekali dalam menjodohkan?" Asha mengingatkan bagaimana bunda begitu antusias soal yang satu ini.
"Aku tahu. Pasti bunda akan menjodohkan dengan yang lain jika aku menolak dengan pria yang pertama. Namun aku akan menjadi seperti kak Arga, yang menunjukkan pada beliau bahwa punya pilihan sendiri."
"Memangnya kamu punya pria pilihan yang akan di sodorkan pada bunda?" tanya Asha tidak yakin. Setelah putus dari Lei, gadis ini tidak terlihat dekat dengan cowok manapun. Walaupun ada, itu bukan pendekatan yang mengarah ke sebuah pacaran. Paris hanya suka berteman dengan banyak cowok tanpa ada hubungan cinta.
"Belum sih... tapi akan aku tunjukkan pada bunda bahwa aku bisa dapatkan yang baik di hadapan bunda."
"Aku doakan saja rencanamu berjalan lancar. Bunda jera menjodohkan dan membiarkanmu mendapat pasangan sendiri." Asha memberi semangat pada adik iparnya.
"Lagi pula, aku punya alasan kuat untuk menolak rencana bunda menjodohkan." Bola mata Paris berkerling sebelah.
"Alasan kuat? Apa itu?" tanya Asha ingin tahu.
"Aku masih sekolah. Tidak mungkin bunda menyuruhku menikah di usia dini. Sekolahku bisa berantakan jika aku terpaksa di jodohkan, bahkan di suruh menikah." Paris dengan puas mengatakan itu. Wajahnya penuh dengan keyakinan akan pemikirannya.
"Itu memang benar. Tidak mungkin bunda membuat sekolah putrinya berantakan. Bahkan bisa membuatmu putus sekolah di karenakan menikah."
"Benar, kan? Hahaha ..." Paris tertawa menang. Asha ikut tersenyum melihat adik iparnya menemukan suatu alasan menolak perjodohan yang di buat oleh bunda. Namun, Asha agak ragu. Dia yang tahu bagaimana gigihnya bunda suaminya itu menjodohkan Arga, dia meragukan alasan Paris akan menang.
Asha sengaja membahas soal perjodohan ini karena dia mendapat informasi baru dari sang bunda. Tentang siapa yang akan di jodohkan dengan Paris. Karena tidak sanggup, Asha memilih menyimpan nama itu di dalam bibirnya.
Hari kencan buta tiba. Paris duduk sendirian di kursi cafe. Mulutnya mengerucut. Saat bunda mengatakan bahwa dia akan di pertemukan oleh seseorang, Paris sudah tahu bahwa dirinya akan di jodohkan. Jika dulu ia takut karena di jodohkan itu tidak menyenangkan, kali ini dia menganggap biasa saja.
Menilik pengalaman kakaknya, Arga, yang juga selalu di jodohkan. Semua perjodohan itu gagal hingga kakaknya berhasil menikahi wanita yang di cintainya. Yaitu, Asha yang tak lain adalah tukang cuci di keluarga Hendarto.
Paris malas bila harus datang lebih awal dari waktu yang sudah di tetapkan. Namun karena bunda sudah terus saja mengomel dan memberi nasehat panjang padanya, Paris menuruti keinginan bundanya untuk datang ke tempat pertemuan sepuluh menit lebih awal.
Menunggu itu melelahkan, menyebalkan dan membuat marah. Apalagi yang di tunggu adalah orang yang tidak di harapkan.
Memangnya siapa yang akan di jodohkan denganku?
Karena selalu ingin marah karena memikirkan perjodohan ini, Paris belum sempat menerka siapa yang di sodorkan bunda padanya. Karena sedikit tegang, Paris ingin ke toilet.
Paris terkejut saat melihat kursi yang di pesannya sudah berisi seorang pria. Lebih terkejut lagi itu adalah Biema. Ya. Itu Biema yang itu. Biema kakaknya Sandra.
"Aku yakin kamu sedang salah tempat, Biema," tegur Paris tanpa basa-basi. Biema menoleh ke samping dimana Paris lewat. Lalu mengikuti tubuh gadis ini hingga duduk di depannya.
"Kursi nomor empat, cafe Sherlock Holmes," sebut Biema menyebut nama cafe yang di datangi Paris. Juga tak lupa menyebut nomor kursi yang sudah di pesan Paris. Bibir Paris menipis kesal. Alisnya menyatu.
"Kamu sedang bercanda denganku?"
"Soal apa?" tanya Biema.
"Aku sedang ada pertemuan dengan seseorang di sini. Jadi pergilah jangan mengganggu," usir Paris.
"Kamu tidak berpikir bahwa orang yang akan bertemu denganmu adalah aku?" tanya Biema membuat Paris yang tadinya enggan, langsung menoleh padanya.
"Kamu?!"
"Ya. Orang yang akan di jodohkan oleh orangtuamu adalah aku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Ika Ratna🌼
jedar..... nah lo
2022-10-22
0
🍌 ᷢ ͩ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 ~ Ꮢнιєz ~
cuma disini lho Tom n Jerry bisa di jodohkan😅🤣🤣
2022-09-10
0
Riska Wulandari
Bunda ini knp sih,,anak masih SMA kok ngebet banget d suruh nikah..
lagian Paris ini kan dari awal kenal Asha udah SMA ya,,masa sampe Asha punya anak masih SMA..kelas berapa??
2022-09-08
0