Kamu?!

"Di jodohkan? M-menikah? Aku?" tanya Paris sambil menunjuk batang hidungnya sendiri. Di suatu sore yang cerah di taman belakang, Paris mendapat berita yang mengejutkan dari kedua kakaknya.

"Ya iya Paris. Aku dan Arga kan sudah menikah. Disini yang belum menikah kan kamu," ujar Asha lucu. "Mungkin bukan menikah. Hanya di jodohkan."

"Bukan soal itu, Kak. Maksud aku kenapa aku harus menikah? Kenapa aku harus di jodohkan?" Paris membeliakkan bola matanya.

"Semua perempuan atau laki-laki nantinya kan memang harus menikah." Asha memberi penjelasan umum.

"Aku tahu. Maksudku adalah ... kenapa aku harus menikah di saat aku belum lulus sekolah? Kenapa? Kenapa, Kak? Katakan kenapa?!" Paris emosional. Asha melihat ke arah lain. Tanpa di garis bawahi, Asha tahu itu. Paris masih sekolah. Masih ingin bersenang-senang sebagai remaja. Kehidupan rumah tangga terlalu dini untuknya.

Asha menepuk lengan suaminya pelan. Meminta bantuan untuk menjawab pertanyaan Paris soal itu. Dia tidak ingin membuat adik iparnya menjadi kalap karena mendengar berita itu.

"Tentu saja karena bunda menginginkannya," jawab Arga enteng. Asha melebarkan mata mendengar jawaban lugas suaminya. Namun memang itu jawaban sesungguhnya. Perempuan ini memilih bermain dengan putranya, Arash daripada mendengarkan suaminya ngomong.

"Dan kenapa Bunda memaksaku untuk menikah?" Paris masih menanyakan itu dengan emosional.

"Karena Bunda senang melakukannya." Lagi-lagi jawaban jujur dari bibir Arga. Asha menipiskan bibir melihat suaminya dengan tenang menjawab pertanyaan sensitif dari Paris. Kepala Asha sampai perlu di geleng-gelengkan beusaha mengabaikan jawaban Arga.

"Bagaimana bisa bunda senang melakukannya, kak? Lalu bagaimana denganku? Memangnya bunda tidak peduli dengan perasaanku?" Terlihat jelas gadis ini emosi.

"Soal itu tanyakan sendiri pada bunda. Aku tidak ikut campur. Aku hanya memberitahumu." Arga akhirnya terpojok.

"Lalu bagaimana dengan kak Arga?" tanya Paris menunjuk kakaknya.

"Ada apa denganku?" Di tanya begitu Arga heran.

"Bagaimana kak Arga mendengar berita ini? Apa kakak akan diam saja melihat adiknya sedang tertindas?"

"Memangnya aku harus melakukan apa, Paris?"

"Ya, kakak harusnya memberi bunda pencerahan untuk tidak melakukannya. Perjodohan? Pernikahan? Apa itu?!" teriak Paris kesal. "Kakak harus memberi bunda pengertian bahwa aku tidak seharusnya di jodohkan. Apalagi di nikahkan."

"Kenapa harus aku?" tanya Arga enggan ikut-ikutan.

"Ya kakak harus bantu aku dong! Dulu saja saat kakak di jodohkan, aku membantu kak Asha untuk tidak harus melihat kak Arga di jodohkan. Aku sengaja menyembunyikan fakta bahwa kakak sedang menjalin hubungan dengan kak Asha." Telinga aja menajam mendengarkan kalimat adik iparnya.

"Hei ... kamu sedang menghitung kebaikanmu, yah? Lagipula, sebelum kamu bantu saja, Asha sudah ku beritahu soal perjodohan itu. Tanpa bantuan kamu, Asha itu sudah siap. Soal kamu yang tidak memberitahu bunda bahwa kita pacaran, aku rasa kamu salah. Bagiku lebih baik dulu kamu bilang pada bunda bahwa aku menjalin hubungan dengan dia. Itu memudahkan aku untuk melamarnya."  balas Arga dengan kalimat panjang. Tak pelak Asha menepuk lengannya. Mendelik memprotes semua kalimat suaminya. Arga hanya tersenyum jahil.

"Jadi ... jadi ... kakak akan membiarkan aku di jodohkan?!" tanya Paris sudah frustasi. Arga hanya angkat bahu. Tidak mau ikut campur dengan kreasi bunda.

"Tenanglah ... Kesenangan bunda mungkin hanya sesaat. Jika kamu bisa menunjukkan kegigihanmu untuk menolak. Bunda pasti juga akan mundur." Arga mencoba menenangkan hati adiknya.

"Benarkah?" tanya Paris tertarik.

"Mungkin saja."

"Kamu terlihat tenang, Paris," ujar Asha yang sedang melihat Paris bersantai di depan tv.

"Kenapa?"

"Bunda sedang berkreasi lagi, lho." Untuk kata berkreasi. Mungkin bagi orang-orang yang mendengar, itu terdengar keren dan bagus. Namun kali ini bukan berkreasi seperti itu. Bukan membuat kue atau masakan dengan cita rasa baru dan unik, tapi menjodohkan.

Bunda Wardah punya kebiasaan mengenalkan anaknya pada anak teman-temannya. Singkatnya, perjodohan. Beliau suka menjodohkan.

"Oh, soal itu. Meskipun aku di jodohkan, tapi aku pasti akan menolak." Paris dengan yakin mengatakan itu.

"Memang aku tahu kamu pasti menolak, tapi ... apa kamu tidak tahu kalau bunda itu gigih sekali dalam menjodohkan?" Asha mengingatkan bagaimana bunda begitu antusias soal yang satu ini.

"Aku tahu. Pasti bunda akan menjodohkan dengan yang lain jika aku menolak dengan pria yang pertama. Namun aku akan menjadi seperti kak Arga, yang menunjukkan pada beliau bahwa punya pilihan sendiri."

"Memangnya kamu punya pria pilihan yang akan di sodorkan pada bunda?" tanya Asha tidak yakin. Setelah putus dari Lei, gadis ini tidak terlihat dekat dengan cowok manapun. Walaupun ada, itu bukan pendekatan yang mengarah ke sebuah pacaran. Paris hanya suka berteman dengan banyak cowok tanpa ada hubungan cinta.

"Belum sih... tapi akan aku tunjukkan pada bunda bahwa aku bisa dapatkan yang baik di hadapan bunda."

"Aku doakan saja rencanamu berjalan lancar. Bunda jera menjodohkan dan membiarkanmu mendapat pasangan sendiri." Asha memberi semangat pada adik iparnya.

"Lagi pula, aku punya alasan kuat untuk menolak rencana bunda menjodohkan." Bola mata Paris berkerling sebelah.

"Alasan kuat? Apa itu?" tanya Asha ingin tahu.

"Aku masih sekolah. Tidak mungkin bunda menyuruhku menikah di usia dini. Sekolahku bisa berantakan jika aku terpaksa di jodohkan, bahkan di suruh menikah." Paris dengan puas mengatakan itu. Wajahnya penuh dengan keyakinan akan pemikirannya.

"Itu memang benar. Tidak mungkin bunda membuat sekolah putrinya berantakan. Bahkan bisa membuatmu putus sekolah di karenakan menikah."

"Benar, kan? Hahaha ..." Paris tertawa menang. Asha ikut tersenyum melihat adik iparnya menemukan suatu alasan menolak perjodohan yang di buat oleh bunda. Namun, Asha agak ragu. Dia yang tahu bagaimana gigihnya bunda suaminya itu menjodohkan Arga, dia meragukan alasan Paris akan menang.

Asha sengaja membahas soal perjodohan ini karena dia mendapat informasi baru dari sang bunda. Tentang siapa yang akan di jodohkan dengan Paris. Karena tidak sanggup, Asha memilih menyimpan nama itu di dalam bibirnya.

Hari kencan buta tiba. Paris duduk sendirian di kursi cafe. Mulutnya mengerucut. Saat bunda mengatakan bahwa dia akan di pertemukan oleh seseorang, Paris sudah tahu bahwa dirinya akan di jodohkan. Jika dulu ia takut karena di jodohkan itu tidak menyenangkan, kali ini dia menganggap biasa saja.

Menilik pengalaman kakaknya, Arga, yang juga selalu di jodohkan. Semua perjodohan itu gagal hingga kakaknya berhasil menikahi wanita yang di cintainya. Yaitu, Asha yang tak lain adalah tukang cuci di keluarga Hendarto.

Paris malas bila harus datang lebih awal dari waktu yang sudah di tetapkan. Namun karena bunda sudah terus saja mengomel dan memberi nasehat panjang padanya, Paris menuruti keinginan bundanya untuk datang ke tempat pertemuan sepuluh menit lebih awal.

Menunggu itu melelahkan, menyebalkan dan membuat marah. Apalagi yang di tunggu adalah orang yang tidak di harapkan.

Memangnya siapa yang akan di jodohkan denganku?

Karena selalu ingin marah karena memikirkan perjodohan ini, Paris belum sempat menerka siapa yang di sodorkan bunda padanya. Karena sedikit tegang, Paris ingin ke toilet.

Paris terkejut saat melihat kursi yang di pesannya sudah berisi seorang pria. Lebih terkejut lagi itu adalah Biema. Ya. Itu Biema yang itu. Biema kakaknya Sandra.

"Aku yakin kamu sedang salah tempat, Biema," tegur Paris tanpa basa-basi. Biema menoleh ke samping dimana Paris lewat. Lalu mengikuti tubuh gadis ini hingga duduk di depannya.

"Kursi nomor empat, cafe Sherlock Holmes," sebut Biema menyebut nama cafe yang di datangi Paris. Juga tak lupa menyebut nomor kursi yang sudah di pesan Paris. Bibir Paris menipis kesal. Alisnya menyatu.

"Kamu sedang bercanda denganku?"

"Soal apa?" tanya Biema.

"Aku sedang ada pertemuan dengan seseorang di sini. Jadi pergilah jangan mengganggu," usir Paris.

"Kamu tidak berpikir bahwa orang yang akan bertemu denganmu adalah aku?" tanya Biema membuat Paris yang tadinya enggan, langsung menoleh padanya.

"Kamu?!"

"Ya. Orang yang akan di jodohkan oleh orangtuamu adalah aku."

Terpopuler

Comments

Ika Ratna🌼

Ika Ratna🌼

jedar..... nah lo

2022-10-22

0

🍌 ᷢ ͩ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 ~ Ꮢнιєz ~

🍌 ᷢ ͩ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 ~ Ꮢнιєz ~

cuma disini lho Tom n Jerry bisa di jodohkan😅🤣🤣

2022-09-10

0

Riska Wulandari

Riska Wulandari

Bunda ini knp sih,,anak masih SMA kok ngebet banget d suruh nikah..
lagian Paris ini kan dari awal kenal Asha udah SMA ya,,masa sampe Asha punya anak masih SMA..kelas berapa??

2022-09-08

0

lihat semua
Episodes
1 Apartemen
2 Malaikat pelindung?
3 Bunda mulai lagi
4 Menemani Bunda
5 Sendirian
6 Debat
7 Paris ngambek
8 Kamu?!
9 Melarikan diri
10 Aku mau ... Menikah
11 Berbagi kamar tidur
12 Pindah rumah
13 Tidak setuju
14 Pergi ke mebel
15 Kini berbeda
16 Menghilang
17 Sarapan pagi
18 Terpaksa
19 Tamu untuk Biema
20 Masa kecil
21 Perkelahian
22 Paris dan Sandra
23 Kakak ipar
24 Perkataan adalah doa
25 Kekanak-kanakan
26 Buah tangan dari bunda
27 Mantan
28 Ponsel
29 Permintaan Biema
30 Menghilang
31 Status Paris
32 Saudara
33 Mencari Paris
34 Kamu marah?
35 Suasana hati Biema
36 Keluarga Mertua
37 Permintaan Bu de
38 Kita
39 Jika aku serius
40 Pembelaan Biema
41 Mela berkunjung
42 Kata kunci
43 Merasa tersisih
44 Suasana di ruang baca
45 Soal Paris
46 Warung tenda
47 Membuka mata
48 Aku butuh Paris
49 Pesan dari Paris
50 Tuduhan yang salah
51 Biema muncul
52 Ancaman
53 Berdamai
54 Film favorit
55 Paris sebenarnya
56 Awasi dia
57 Kemeja
58 Acara makan
59 Dia adalah ...
60 Biema tahu
61 Pengakuan
62 Populer
63 Gosip
64 Airmata Paris
65 Lunglai
66 Pulang ke rumah Bunda
67 Sebuah jawaban
68 Tekad Paris
69 Menunggu
70 Maju ke arahnya
71 Tidak terduga
72 Terungkap
73 Hati yang pasti
74 Biema frustasi
75 Masuklah
76 Dahaga-ku
77 Ngambek
78 Plester menyebalkan
79 Chat
80 Hotel
81 Musuh lama
82 Belajar
83 Masih belajar
84 Ujian
85 Serangan
86 Pesan mama
87 Buah stroberi
88 Pai buatan mama
89 Was-was
90 Bertemu lagi
91 D.O
92 Menyimpan cerita
93 Sakit
94 Bimbang
95 Usul Asha
96 Makan malam
97 Batal
98 Arga siap membantu
99 Hari tenang bagi Paris
100 Mengunjungi Paris
101 Menemani Paris
102 Sarapan
103 Tidak pasti
104 Cek data online
105 Pelukan
106 Ruang kepala sekolah
107 Ada yang datang
108 Kalah
109 Kehebohan tidak terduga
110 Pulang
111 Tiba di apartemen
112 Firasat bunda
113 Lapar
114 Makan
115 Sarapan bersama
116 Ayah bangun
117 Mempesona
118 Gawat
119 Ayah sakit
120 Tidak mengapa
121 Memori Asha dan Arga
122 Pria yang berdebar
123 Kalah
124 Seusai ingkar
125 Noda
126 Bosan
127 Dia datang
128 Bermesraan
129 Antara dua pria
130 Tawaran
131 Ingin pulang
132 Maaf ya ....
133 Gila
134 Jejak kemesraan
135 Terguncang
136 Lelah
137 Masih mengantuk
138 Mengancam
139 Satu figuran lagi
140 Rencana dia
141 Juna benar
142 Paris tahu
143 Percaya
144 Waktu itu
145 Di dalam mobil
146 Telepon Arga
147 Sekotak brownies
148 Pendamping untuk Paris
149 Panggilan
150 Bagi Paris dan Biema
151 Kita bertemu
152 Kopi pagi
153 Pesta
154 Kaca toilet
155 Area Parkir
156 Ini dia Sebenarnya
157 Telepon
158 Mendamba
159 Sakit
160 Nafsu makan
161 Bangun tidur
162 Aroma wangi
163 Kata Mama
164 Mencari apotek
165 Tujuan Paris
166 Tempat itu
167 Mereka berdua
168 Asha heran
169 Indikator
170 Masih sama
171 Semoga
172 Masalah ibu hamil
173 Biema cemas
174 Telepon Biema
175 Dia sedang hamil
176 Kelakuan Biema
177 Nasehat dokter Ciara
178 Tentang mereka
179 Berpeluh-peluh
180 Kabar untuk bunda
181 Selamat ya ...
182 Muram
183 Baby shop
184 Melindungi suami
185 Kekurangan istriku
186 Godaan Biema
187 Hari kelulusan
188 Akhirnya
189 Rencana Sandra
190 Melihat Sandra
191 Pantai
192 Itu aku dan Paris
193 Persiapan
194 Pulang
195 Bulan Juni
196 [ Extra part ] Erangan tengah malam
197 [ Extra part ] Sakit yang sama
198 [ Extra part ] Cerita si ibu hamil
199 [ Extra Part ] Ingin makan
200 [ Extra Part ] Biema tidak setuju
201 [ Extra Part ] Ide Paris
202 [ Extra Part ] Tidak bisa bertahan
203 [ Extra part ] Pose ajaib dengan pasangan
204 [ Extra part ] Terpesona
Episodes

Updated 204 Episodes

1
Apartemen
2
Malaikat pelindung?
3
Bunda mulai lagi
4
Menemani Bunda
5
Sendirian
6
Debat
7
Paris ngambek
8
Kamu?!
9
Melarikan diri
10
Aku mau ... Menikah
11
Berbagi kamar tidur
12
Pindah rumah
13
Tidak setuju
14
Pergi ke mebel
15
Kini berbeda
16
Menghilang
17
Sarapan pagi
18
Terpaksa
19
Tamu untuk Biema
20
Masa kecil
21
Perkelahian
22
Paris dan Sandra
23
Kakak ipar
24
Perkataan adalah doa
25
Kekanak-kanakan
26
Buah tangan dari bunda
27
Mantan
28
Ponsel
29
Permintaan Biema
30
Menghilang
31
Status Paris
32
Saudara
33
Mencari Paris
34
Kamu marah?
35
Suasana hati Biema
36
Keluarga Mertua
37
Permintaan Bu de
38
Kita
39
Jika aku serius
40
Pembelaan Biema
41
Mela berkunjung
42
Kata kunci
43
Merasa tersisih
44
Suasana di ruang baca
45
Soal Paris
46
Warung tenda
47
Membuka mata
48
Aku butuh Paris
49
Pesan dari Paris
50
Tuduhan yang salah
51
Biema muncul
52
Ancaman
53
Berdamai
54
Film favorit
55
Paris sebenarnya
56
Awasi dia
57
Kemeja
58
Acara makan
59
Dia adalah ...
60
Biema tahu
61
Pengakuan
62
Populer
63
Gosip
64
Airmata Paris
65
Lunglai
66
Pulang ke rumah Bunda
67
Sebuah jawaban
68
Tekad Paris
69
Menunggu
70
Maju ke arahnya
71
Tidak terduga
72
Terungkap
73
Hati yang pasti
74
Biema frustasi
75
Masuklah
76
Dahaga-ku
77
Ngambek
78
Plester menyebalkan
79
Chat
80
Hotel
81
Musuh lama
82
Belajar
83
Masih belajar
84
Ujian
85
Serangan
86
Pesan mama
87
Buah stroberi
88
Pai buatan mama
89
Was-was
90
Bertemu lagi
91
D.O
92
Menyimpan cerita
93
Sakit
94
Bimbang
95
Usul Asha
96
Makan malam
97
Batal
98
Arga siap membantu
99
Hari tenang bagi Paris
100
Mengunjungi Paris
101
Menemani Paris
102
Sarapan
103
Tidak pasti
104
Cek data online
105
Pelukan
106
Ruang kepala sekolah
107
Ada yang datang
108
Kalah
109
Kehebohan tidak terduga
110
Pulang
111
Tiba di apartemen
112
Firasat bunda
113
Lapar
114
Makan
115
Sarapan bersama
116
Ayah bangun
117
Mempesona
118
Gawat
119
Ayah sakit
120
Tidak mengapa
121
Memori Asha dan Arga
122
Pria yang berdebar
123
Kalah
124
Seusai ingkar
125
Noda
126
Bosan
127
Dia datang
128
Bermesraan
129
Antara dua pria
130
Tawaran
131
Ingin pulang
132
Maaf ya ....
133
Gila
134
Jejak kemesraan
135
Terguncang
136
Lelah
137
Masih mengantuk
138
Mengancam
139
Satu figuran lagi
140
Rencana dia
141
Juna benar
142
Paris tahu
143
Percaya
144
Waktu itu
145
Di dalam mobil
146
Telepon Arga
147
Sekotak brownies
148
Pendamping untuk Paris
149
Panggilan
150
Bagi Paris dan Biema
151
Kita bertemu
152
Kopi pagi
153
Pesta
154
Kaca toilet
155
Area Parkir
156
Ini dia Sebenarnya
157
Telepon
158
Mendamba
159
Sakit
160
Nafsu makan
161
Bangun tidur
162
Aroma wangi
163
Kata Mama
164
Mencari apotek
165
Tujuan Paris
166
Tempat itu
167
Mereka berdua
168
Asha heran
169
Indikator
170
Masih sama
171
Semoga
172
Masalah ibu hamil
173
Biema cemas
174
Telepon Biema
175
Dia sedang hamil
176
Kelakuan Biema
177
Nasehat dokter Ciara
178
Tentang mereka
179
Berpeluh-peluh
180
Kabar untuk bunda
181
Selamat ya ...
182
Muram
183
Baby shop
184
Melindungi suami
185
Kekurangan istriku
186
Godaan Biema
187
Hari kelulusan
188
Akhirnya
189
Rencana Sandra
190
Melihat Sandra
191
Pantai
192
Itu aku dan Paris
193
Persiapan
194
Pulang
195
Bulan Juni
196
[ Extra part ] Erangan tengah malam
197
[ Extra part ] Sakit yang sama
198
[ Extra part ] Cerita si ibu hamil
199
[ Extra Part ] Ingin makan
200
[ Extra Part ] Biema tidak setuju
201
[ Extra Part ] Ide Paris
202
[ Extra Part ] Tidak bisa bertahan
203
[ Extra part ] Pose ajaib dengan pasangan
204
[ Extra part ] Terpesona

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!