Setelah selesai makan siang, Bi tidak langsung kembali ke kantor, dia teringat perkataan Ji. Yang katanya merasa di ikuti seseorang, jadi dia menghubungi Gina untuk memastikan
Tuut tuut
setelah beberapa kali nada tersambung baru seseorang mengangkat teleponnya
" Halo,, "
Terdengar suara lembut seorang gadis dari ujung telepon
" Halo, Vio? "
Bi berkata dengan sedikit lembut kepada sang adik
" Kak Bi? Ini beneran kan kak Bi? Kak Bi apa kabar? Kenapa kak Bi tidak pernah menghubungi Vio? Kak Bi dan kak Ji lupa ya sama Vio? Bla bla bla bla... "
Vio terus bertanya tanpa membiarkan Bi bicara terlebih dahulu.
" Hei,, hei,, hei,, Sampai kapan kamu akan terus bicara? Apa tidak bisa kamu sedikit mengurangi kebiasaan mu yang banyak bicara itu? "
Bi yang mendengarnya mengernyitkan dahi dan berkata dengan nada dinginnya
" Iya, iya maaf. Vio terlalu senang karena sudah lama kakak tidak menghubungi kesini "
Vio mengeluarkan jurus manjanya saat berbicara
" Apanya yang sudah lama? Baru beberapa hari saja sejak kakak terakhir menghubungi kamu! "
" Iya maaf kakak muka es"
" Apa mami ada dirumah Vi? Kakak ingin bicara dengan mami"
Biru mengalihkan pembicaraan mereka
" Ada, sebentar, Vio berikan teleponnya ke mami! "
Bi menunggu Vio memberikan teleponnya ke Gina. Terdengar suara derap langkah Vio yang berjalan dengan cepat menuju Gina. Tak berapa lama terdengarlah suara ibunya
" Halo Bi "
" Mami, aku mau tanya satu hal sama mami? " Biru langsung berbicara ketika mendengar suara ibunya
" Hei, kamu sama saja seperti ayahmu! Apa tidak bisa menayapa mami terlebih dahulu? "
Gina berkata dengan lembut kepada putra satu - satunya ini
" Maaf mih. Mami apa kabar? "
Gina tersenyum mendengar respon anaknya itu. Dengan sifatnya yang seperti Yudha, bisa dibayangkan bagaimana ekspresi wajahnya saat ini. Dia pasti mengernyitkan dahi dan menekan sedikit pelipisnya
" Ada apa kamu menghubungi mami? Tidak mungkin kamu mengingat mami dan papi jika tidak ada sesuatu yang ingin kamu tanyakan! "
Gina hafal betul kedua anak kembarnya. Sikap dingin dan acuh tak acuh mereka bisa dibilang akut. Memang tidak heran, karena sang ayah juga memiliki sifat yang sama saja
" Apa mami dan papi mengirim orang untuk mengawasi kami disini? " Biru bertanya dengan nada dinginnya
" Kenapa kamu menanyakan hal ini sekarang?
Kamu dan Ji sudah tinggal di luar negeri hampir 3 tahun lebih. Dan kamu baru menyadarinya sekarang? "
Gina mengernyitkan dahi dan memberikan jeda saat bicara
" Dengar Bi, mami dan papi tidak meminta seseorang mengikuti kalian secara langsung. Tapi kamu tahu papi kan? Tidak akan ada sedikit pun celah yang bisa ditutup rapat jika papi ingin mengetahui sesuatu. Termasuk insiden Ji di hotel tempo hari "
" Mami tahu selama ini kalian selalu saling melindungi. Tapi jika kalian hanya saling melindungi tanpa memberi pelajaran orang yang berani mengganggu kalian. Akan ada banyak masalah yang timbul di kemudian hari, karena orang - orang yang meremehkan kalian. Apalagi jika identitas asli kalian terbongkar, akan ada banyak penjilat yang mengelilingi karena menganggap remeh kalian. Kamu mengerti kan Bi maksud mami? Jika kamu tidak bisa menanganinya, maka papi mu sudah pasti akan turun tangan. " Gina bertanya pada anaknya dengan tenang
" Bi mengerti mi. Bi dan Ji juga sudah mendapat informasi tentang pria tua itu dan sudah memegang kartu as-nya. Hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menggunakannya. Mami dan papi tidak perlu turun tangan untuk menangani secara langsung masalah kami "
" Baguslah kalau kamu sudah mengerti. Papi kan selalu mengatakan padamu. Keluarga Kusuma tidak boleh di tindas. Apalagi dengan statusmu sendiri sebagai pebisnis muda. Mami yakin akan banyak masalah yang timbul dengan berdasarkan pada itu. Kamu harus pandai mengambil sikap! " tanpa sadar Gina tersenyum saat mengatakannya
" Baik mih, Bi sudah mengerti. Bi tutup teleponnya sekarang. Sampai jumpa mami "
Bi langsung mematikan sambungan telepon, tanpa menunggu jawaban ibunya
" Huft
Jika aku tidak segera mengakhiri panggilan teleponnya. Aku yakin mami pasti akan menanyakan siapa pasanganku "
Biru menghela napas kasar begitu telepon terputus.
Dia dan Ji selalu melihat cara ayahnya menangani masalah, dan ayahnya selalu mengatakan " Kita tidak di izinkan membuat keributan, tapi kita di izinkan melakukan pembelaan dan memberikan pelajaran ".
Dengan kata lain, mereka tidak boleh menimbulkan masalah, tetapi mereka harus bersikap tegas untuk membela diri dan memberikan pelajaran kepada orang yang membuat masalah dengan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
good job Biru 👍👍👍👍
2021-04-04
0
Ulil Zamhariroh
keren filosofi nya
nggak boleh bikin ribut
2021-03-17
0
eka
🤣🤣🤣🤣
2021-03-05
0