Bab 18

Bagi Gavin, serius dan fokus dalam bekerja adalah pion utama yang harus dimiliki oleh semua karyawannya, tanpa terkecuali.

Entah kenapa akhir - akhir ini Gavin merasa jika kinerja Nindy semakin menurun. Wanita itu terlihat tidak fokus dalam bekerja, bahkan hari ini dia sudah beberapa kali kedapatan melamun.

Hal itu membuat Gavin sedikit kesal. Tidak biasanya Nindy seperti itu. Selama ini Nindy bekerja dengan sangat baik dan bisa di andalkan.

"Kalau kamu ada masalah, selesaikan lebih dulu. Ambil cuti kalau perlu,," Suara tegas Gavin memecah keheningan di dalam mobil yang melaju sedang.

Nindy mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk. Ditatapnya wajah tegas Gavin dari samping. Laki - laki itu fokus mengemudi tanpa sedikitpun melirik ke arahnya.

"Maaf Pak,, saya janji akan lebih fokus lagi,," Hanya itu yang keluar dari mulut Nindy. Suara yang lirih dan terdengar tulus.

Nindy kembali menundukkan kepalanya.

Jujur saja, dia semakin canggung dengan Gavin.

Hubungan bos dan sekretaris itu layaknya dua orang yang baru dipertemukan.

Sikap Gavin yang cuek terhadap wanita, membuat Nindy sulit untuk bersikap dan berbicara santai dengan atasannya itu.

Gavin memilih diam dan tidak menanggapinya.

Suasana canggung kembali terasa. Gavin terlalu kaku jika berhadapan dengan wanita lain selain dengan Zia. Sekalipun dengan rekan bisnis dan sekretarisnya.

Laki - laki itu bukan tipe pria yang mudah dekat dengan wanita. Bahkan saat dulu mendekati Zia untuk menjadikannya sebagai kekasih, Gavin tetap saja bersikap kaku meski disertai dengan perhatian lebih.

Jika dibandingkan dengan David, sikap Gavin jauh dari kata romantis. Bahkan pesona David dalam menaklukan hati wanita jauh di atas Gavin. Namun ketulusan Gavin yang begitu besar kala itu, pada akhirnya membuat Zia jatuh hati dengan laki - laki yang tidak pernah memiliki pacar sebelumnya.

Perasaan cinta memang tidak bisa di paksakan, meski David jauh segalanya di atas Gavin, hati Zia tetap saja berlabuh pada Gavin. Tanpa peduli kalau David juga memiliki perasaan yang besar terhadapnya.

"Saya ada urusan. Kamu boleh pulang sekarang." Ujar Gavin.

Nindy langsung menatap laki - laki itu.

"Pekerjaan kamu bisa diselesaikan di rumah,,,"

"Saya antar kamu pulang sekarang,,,"

Masih dengan fokus menatap jalanan di depannya, Gavin berbicara panjang lebar dalam memberitahu Nindy perihal jam kerjanya yang sudah berakhir siang ini.

"Maaf Pak, dompet saya tertinggal di laci kerja."

"Boleh minta tolong antar ke resto,? Saya akan pulang sendiri nanti,,," Ucap Nindy lirih. Dia menundukkan pandangan karna malu.

Nindy semakin tidak enak hati karna Gavin tidak memberikan jawaban apapun.

"Saya tidak bermaksud menyuruh Pak Gavin."

"Kalau Pak Gavin keberatan, saya bisa turun disini,,,"

"Kamu tidak liat kalau saya mengangguk.?" Tanya Gavin tegas. Kali ini laki - laki itu melirik Nindy sekilas. Bersamaan dengan itu, mata keduanya saling bertemu. Mereka saling pandang beberapa detik.

"Tidak Pak. Maaf,,," Nindy langsung mengalihkan pandangan ke arah jendela.

Nindy merasa masalah yang sedang dia hadapi tidak seberat jika dibanding dengan memiliki pasangan yang dingin dan cuek seperti Gavin.

Entah seperti apa tersiksanya dia jika suatu saat memiliki pasangan hidup seperti Gavin.

Mobil Gavin berhenti di depan gedung lantai 3, yang menjadi resto pusat sekaligus menjadi kantor Gavin dan beberapa staf di sana.

"Makasih banyak pak,," Ucap Nindy sebelum keluar dari mobil Gavin. Laki - laki tampan itu hanya mengangguk pelan sebagai tanggapan.

Begitu Nindy keluar dari mobil, Gavin langsung melajukan mobilnya.

...****...

"Pinternya Ciara cantik,,," Puji Zia setelah menyuapkan makanan terakhir ke mulut Ciara.

Ciara tersenyum senang. Gadis kecil itu sangat lahap di suapi oleh Zia.

"Makasih tante cantik,,," Ciara memeluk Zia dari samping. Makanan di dalam mulutnya sudah habis.

Memeluk Zia membuat Ciara terlihat sangat bahagia.

Selama ini Ciara memang mendambakan sosok seorang ibu yang belum pernah dia lihat.

"Sama - sama sayang,,," Zia membalas pelukan Ciara dengan penuh kehangatan. Keduanya seakan saling membutuhkan. Zia yang butuh sosok seorang anak, dan ciara yang butuh seorang ibu.

Lagi - lagi wanita itu hanya bisa menahan sesak di dadanya. Entah sampai kapan dia harus menunggu hadirnya seorang anak dalam rumah tangganya.

Zia bukannya tidak sabar, namun wanita itu lebih mementingkan perasaan Gavin. Dia tidak tega melihat Gavin terus menunggu sampai mereka memiliki seorang anak.

"Sekarang Ciara pulang dulu ya. Biar tante antar ke papa,,," Bujuk Zia lembut. Zia tidak ingin terlalu dekat dengan Ciara, karena Ciara berkaitan erat dengan David. Wanita itu hanya takut hubungan dia dan David akan semakin dekat, dan pada akhirnya hanya akan membuat Gavin cemburu.

"Tapi Cia mau main sama tante,,," Rengeknya manja.

Zia hanya bisa menghela nafas pelan.

"Ok, kita main di tempat Cia saja ya,," Bujuknya.

Setidaknya Cia mau untuk di ajak keluar dari apartemennya, dan memberikan Zia pada orang tuanya.

"Iya tante,,," Ciara mengangguk senang.

Digandengnya tangan ciara. Zia membawanya keluar dari apartemennya.

"Zi,,," Suara Gavin membuat Zia tersentak. laki - laki itu baru saja berhenti di depan pintu apartemennya saat Zia keluar.

Gavin bergantian menatap Zia dan Ciara dengan tatapan tajam.

"Kenapa anak itu ada disini.?!" Tanya Gavin dengan nada ketidaksukaannya. Tentu saja Gavin masih ingat dengan wajah Ciara. Anak dari rivalnya yang menyebalkan itu.

Zia terlihat kebingungan untuk menjawab. Wanita itu juga mulai ketakutan, takut kalau nantinya Gavin akan cemburu jika tau David tinggal di sebelah apartemennya.

"Jawab aku Zi.!" Mendengar bentakan Gavin, membuat Zia semakin ketakutan.

"Maaf mas, tadi Ciara minta disuapin sama aku,,," Sahutnya lirih.

"Bukan itu yang aku tanyakan. Kenapa dia bisa ada di apartemen kamu.?!" Suara Gavin semakin meninggi. Pikirannya sudah berlari entah kemana. Melihat anak itu bersama Zia, tentu saja Gavin bisa menebak kalau Zia juga bertemu dengan David. Tidak mungkin anak itu datang seorang diri tanpa orang tuanya.

"Dimana dia.?!" Gavin melangkah maju, hendak menerobos masuk ke dalam apartemen.

"Kamu mencariku.?" Seru David lantang. Laki - laki itu berjalan tegap menghampiri Ciara yang masih dalam gandengan Zia. Di raihnya tubuh Ciara kedalam gendongannya.

Gavin berdecak kesal melihat kedatangan David.

"Jangan menggunakan anak sebagai umpan untuk mendekati istriku.!" Geram David penuh emosi. Wajahnya sudah merah padam. Sejak dulu David selalu saja membuat kesal karena tidak bisa menerima kekalahannya.

"Sudah 6 tahun berlalu, kamu masih tidak terima kalah dariku.?!" Suara Gavin semakin menggema.

Zia hanya bisa memberikan tatapan teduh dan menggenggam tangan Gavin untuk membuat suaminya itu lebih tenang.

David tersenyum sinis.

Meski emosi Gavin sudah meluap - luap, David masih saja bersikap santai.

"Lepaskan Zia kalau kamu tidak bisa membuatnya bahagia.! Aku bisa memberikan kebahagiaan lebih untuknya.!" Tegas David.

Baik Zia maupun Gavin, keduanya terlihat kaget. Mereka tidak menyangka David akan terang - terangan untuk mengambil Zia dari Gavin.

"Kau.! Bajingan sialan.!" Geram Gavin. Tangannya hampir saja melayang untuk meninju David.

"Jangan mas, ada Ciara,," Cegah Zia dengan memegang erat lengan Gavin.

Diliriknya Zia dengan tatapan tajam.

"Pulang.!" Tegas Gavin.

"Ambil barang - barang kamu dan kembali ke rumah.!" Perintah Gavin tidak bisa di bantah lagi. Zia mengangguk cepat, wanita itu tidak ingin melihat Gavin semakin dibakar cemburu.

Zia segera masuk kedalam apartemen untuk mengemasi barang - barangnya.

"Sekasar itu kamu pada Zia.?" Tanya David sinis.

"Zia itu pantas bahagia.! Tidak seharusnya dia hidup dengan laki - laki sepertimu.!" Cibirnya.

Gavin mengepalkan kedua tangannya. Laki - laki di depannya itu sudah biasa merendahkannya, tapi Gavin tidak terima karena David seolah ingin berusaha untuk merebut Zia darinya.

"Lalu kamu pikir orang sepertimu bisa membuatnya bahagia.?!"

"Terima saja kekalahan kamu.! Jangan bermimpi untuk bisa merebut Zia dariku.!"

Gavin memilih pergi dari hadapan David. Laki - laki itu hanya akan membuatnya semakin emosi.

"Kita lihat saja nanti.!" Teriak David sebelum Gavin masuk kedalam apartemen.

...****...

Terpopuler

Comments

AnnaMalik🖤

AnnaMalik🖤

kalah? menang? maksudnya?....

2021-09-04

0

quinzha chindy

quinzha chindy

org ke 3 nindy, org ke 4 david, aishhhh

2021-08-15

0

Sriwati Ika Febriana

Sriwati Ika Febriana

makin rumit

2021-07-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!