Bab 16

Terkadang dalam menjalani suatu hubungan yang rumit, ada yang dinamakan dengan pengorbanan. Pengorbanan untuk membuat hubungan itu tetap baik atau bahkan semakin baik.

Tapi bukan berarti harus mengorbankan perasaan kita, apa lagi sampai harus merenggut kebahagiaan kita.

...***...

Siang itu setelah menyibukkan diri dengan berolahraga di balkon apartemennya, Zia bergegas untuk mandi.

Zia harus memasak makan siang untuk dirinya sendiri. Meski sebenarnya Gavin sudah menawarkan makanan dari restoran miliknya, namun Zia lebih memilih untuk memasak agar memiliki kegiatan.

Zia enggan memiliki banyak waktu kosong, takut pikirannya akan terus fokus pada masalah yang membuatnya semakin stres.

Memikirkan hinaan mama Gavin dan permintaannya yang tidak masuk akal itu, hanya membuat Zia semakin jatuh dalam keterpurukan.

Wanita cantik itu sudah selesai mandi. Rambut panjangnya yang setengah basah masih di bungkus dengan handuk kecil.

Dress polos warna navy yang sedikit longgar terlihat cantik di tubuh putih Zia.

Wanita itu langsung fokus memasak, hingga dering ponselnya di ruang keluarga tidak terdengar olehnya. Entah sudah berapa kali ponsel Zia berdering.

Sementara itu, Mitha terlihat menghela nafas kesal karena panggilan telfonnya tidak angkat oleh Zia.

Mitha sangat penasaran kenapa atasannya itu tidak pergi ke restoran, bahkan tidak akan datang selama 1 bulan ke depan.

Zia tidak memberitahu alasan apapun selain memberinya pesan untuk menghandle resto selama 1 bulan.

Mitha jadi mencemaskan Zia, takut terjadi hal buruk yang menimpa rumah tangga Zia hingga wanita itu memilih untuk tidak datang ke resto.

Tak berselang lama, Mitha mendapat panggilan telfon dari Zia. Wanita itu dengan sigap menjawabnya.

"Halo Zi,,," Seru Mitha.

"Kamu baik - baik aja kan.? Apa ada masalah lagi dengan pak Gavin.?" Tanyanya cemas.

Zia sedikit menjauhkan ponselnya karena suara Mitha terlalu nyaring.

"Aku dan mas Gavin baik - baik saja Mit."

"Aku hanya butuh waktu untuk menenangkan diri."

"Mas Gavin tidak lagi cuek seperti dulu, dia sudah siap untuk berjuang lagi. Hanya saja mama,,,

"Mama mertua kamu ikut campur lagi.? Sekarang hinaan apa lagi yang dia lontarkan sama kamu Zi.?"

Entah kenapa Mitha selalu terbawa emosi kalau sudah membicarakan tentang masalah rumah tangga Zia. Terlebih pada perlakuan Gavin dan mama mertua Zia yang tidak berhati nurani itu.

Zia menghela nafas berat.

"Bukan hanya menghina Mit, tapi mama Ambar menyuruhku untuk mengijinkan mas Gavin menikah lagi,," Tutur Zia dengan sesak di dadanya.

"Apa.?!! Mereka benar - benar sudah tidak waras Zi.!" Geram Mitha.

"Apa Pak Gavin menyetujui usulan mamanya.?" Tanya Mitha penasaran.

"Tidak. Mas Gavin justru menentangnya. Dia bahkan berjanji padaku tidak akan pernah menikah lagi dengan siapapun." Lagi - lagi Zia menghela nafas berat.

"Disaat sikap mas Gavin sudah kembali seperti dulu, mama Ambar justru mendesaknya untuk menikah lagi,," Tutur Zia sendu.

"Ya ampun Zi,, sudah berapa kali aku bilang." Keluh Mitha gemas.

"Lepaskan saja Pak Gavin Zi. Kamu bisa stres kalau lama - lama ditekan seperti itu."

"Jangan mengatasnamakan cinta kalau nyatanya kamu tidak bahagia Zi. Cinta itu kebahagiaan, bukan penderitaan,,!" Geram Mitha.

Entah harus dengan cara apa dia menyadarkan Zia.

Wanita itu terlalu mendramatisir perasaannya terhadap Gavin. Lagi - lagi dengan alasan Cinta Zia masih bertahan meski harus mendapat hinaan dan perlakuan buruk dari keluarga Gavin.

"Aku dan mas Gavin masih harus berjuang Mit. Mungkin di saat kami sudah sama - sama dalam titik terendah, saat itu aku akan mengakhirinya,,"

Mengucapkan kata perpisahan tidaklah mudah bagi Zia. Bahkan saat ini dia sampai menitikkan air matanya.

"Berjuang seperti apa lagi Zi.? Selama ini kamu sudah terlalu banyak berkorban. Sudah banyak menahan sakit, sudah banyak air mata yang terbuang sia - sia,,"

"Aku tidak tega melihat kamu seperti ini terus Zi,,"

"Kebahagiaan kamu bukan terletak pada pak Gavin saja. Mungkin saja ada kebahagiaan di luar sana yang sedang menanti kamu,"

Mitha sudah terlihat putus asa untuk menyadarkan Zia. Wanita berhati malaikat itu memiliki pendirian yang kuat, juga memiliki cinta yang besar untuk Gavin hingga sulit untuk melepaskannya.

"Pernikahan itu tidak bisa di akhiri semudah ini Mit. Aku yakin kami masih bisa berjuang bersama untuk mendapatkan kebahagiaan yang kami inginkan suatu saat nanti."

"Selama mas Gavin masih mau berjuang bersama, aku siap untuk bertahan,,," Ucap Zia tegas.

Dia tidak mau rumah tangganya gagal. Di dunia ini tidak ada satu orang pun yang mau mengalami kegagalan dalam menjalani rumah tangganya.

Terlebih bagi Zia yang hanya ingin menikah 1 kali seumur hidup.

"Ya ampun Zi,," Desah Mitha kesal.

"Kamu itu keras kepala sekali." Keluhnya.

"Pak Gavin ada kunjungan mendadak di resto ini, sebentar lagi mungkin sampai." Tuturnya.

"Sudah dulu ya, aku cuma mau memastikan kondisi kamu saja. Aku pikir terjadi sesuatu sama kamu."

"Do'a terbaik untuk rumah tangga kamu dan Pak Gavin,,"

"Makasih banyak Mit,,,"

Keduanya mengakhiri sambungan telfon mereka.

Zia duduk melamun setelahnya.

Membicarakan perihal masalah rumah tangganya tidak akan pernah ada akhirnya. Sejujurnya Zia sudah bosan membahas masalah ini, dia hanya ingin fokus pada ketenangan hati dan pikirannya.

...***...

Gavin memarkirkan mobilnya di depan restoran. Laki - laki itu langsung melepas seatbelt dan bergegas turun. Tapi sebelum menurunkan kedua kakinya, dia sempat melirik Nindy yang diam melamun. Wanita itu tidak sadar kalau sudah sampai di tempat tujuannya.

Dilihatnya Gavin yang menghela nafas kesal. Laki - kaki itu paling tidak suka melihat pekerjanya yang tidak fokus, terlebih saat masih dalam jam kerja.

"Apa masalah kamu sangat berat.?" Tegur Gavin.

"Seperti waktu 30 menit masih kurang untuk melamun,," Sambungnya lagi.

Saat itu juga Nindy menoleh padanya. Tanpa menunggu jawaban dari Nindy, Gavin sudah keluar dari mobil lebih dulu.

Hal itu membuat Nindy bergerak cepat untuk menyusul Gavin. Saat Nindy menutup pintu, saat itu juga Gavin mengunci pintu dan bergegas masuk kedalam resto.

"Ya,,! Sangat berat sampai aku ingin berlari sejauh mungkin untuk menghindar,," Gumam Nindy pelan, sembari mengejar langkah Gavin yang lebar itu.

"Maafkan saya Pak,,," Ucap Nindy setelah berhasil mengembangkan langkahnya di samping Gavin.

Wanita itu membungkuk hormat untuk meminta maaf atas kesalahannya karena terus melamun.

"Hemm,,," Hanya deheman yang keluar dari mulut Gavin. Laki - laki itu bahkan tidak melirik nya sedikitpun, fokus melangkah menuju ruang kerja Mitha.

Saat Gavin masuk, Mitha langsung berdiri dari duduknya.

"Siang Pak,,," Sapanya ramah sembari membungkukkan badan. Mitha memaksakan untuk senyum pada Gavin.

Gavin hanya mengangguk. Dia duduk di meja kerja yang biasa di tempati oleh Zia.

Mitha menghampiri Gavin sembari membawa laporan yang diminta oleh Gavin.

Sementara itu Nindy tersenyum ramah pada Mitha, yang di balas senyum ramah juga oleh Mitha.

Kedua wanita itu duduk di sofa yang terletak di sisi kanan meja Gavin. Mereka tidak berani bersuara karena Gavin terlihat sedang serius membaca laporan di tangannya.

Sesekali Nindy melirik Gavin dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Nindy,,,!" Tegur Mitha pelan.

Nindy tersentak kaget, dia terlihat salah tingkah dengan tatapan tajam Mitha yang seakan ingin mengintimidasinya.

"Kenapa melihat Pak Gavin seperti itu.?" Tanya Mitha masih dengan suaranya yang pelan. Wanita itu takut obrolannya di dengar oleh Gavin.

"Sa,,saya,,

"Jangan bilang kamu suka dengan Pak Gavin.?!" Seru Mitha penuh penekanan. Dia langsung memotong ucapan Nindy karena wanita itu terlihat kesulitan untuk menjawab.

Nindy menggeleng cepat.

"Tidak Bu. Sayang tidak mungkin menyukai Pak Gavin,," Sahut Nindy capat.

"Kamu harus sadar posisi kamu.! Juga status Pak Gavin." Tutur Mitha dengan sorot mata yang tajam.

"Jangan jadi wanita murahan yang menaruh hati pada suami orang lain,!" Tegas Mitha.

"Apa kalian tidak bisa diam.?!" Tegur Gavin.

Baik Mitha maupun Nindy, keduanya seketika terdiam.

Rupanya sejak tadi Gavin mendengar kebisingan di antara kedua wanita itu meski tidak mendengar apa yang mereka bicarakan.

...***...

Jempolnya wajib di tinggalin ya 😁

Terpopuler

Comments

Endang Purwati

Endang Purwati

good mitha, i like👍👍👍🍎

2021-09-19

0

Sriwati Ika Febriana

Sriwati Ika Febriana

males banget Ama si Nindy ini😒😒😒

2021-07-29

0

Maria Goretti Kuswinarti

Maria Goretti Kuswinarti

ini jempol q thor 👍👍👍👍😂

2021-06-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!