Bab 15

David mengulum senyum melihat Zia yang panik sembari menghapus makeup di wajahnya.

Manik matanya tak pernah lepas dari wajah cantik Zia. Meski Ciara telah mengacak - acak wajah Zia dengan coretan makeup seperti badut, wanita itu tetap saja terlihat cantik.

Kecantikan Zia tidak pernah berubah, bahkan terlihat semakin cantik di mata David.

Hanya Zia yang mampu membuatnya jatuh cinta sedalam itu. Hanya Zia satu - satunya wanita yang pernah di perjuangkan olehnya. Dari banyaknya wanita - wanita cantik yang mendekat pada David karena harta dan pesonanya. Namun tidak berlaku bagi Zia, wanita itu tidak tertarik sedikitpun padanya hingga lebih memilih laki - laki yang tidak sebanding dengannya.

Pada akhirnya David mengerti, Zia bukanlah wanita yang mengutamakan harta di atas segalanya.

"Maaf Zi,,, Ciara memang suka seperti itu,," Pada akhirnya David bersuara setelah cukup lama memandang Zia. Laki - laki tampan itu mengucapkan permintaan maaf tulus atas ulah jahil anaknya.

"Tidak apa kak,," Sahut Zia lirih. Sejak tadi dia sangat risih karena terus di tatap oleh David. Terlebih saat ini mereka ada di dalam kamar dan hanya gadis kecil di gendongan David yang menjadi pembatas di antara keduanya.

"Cia,, tante pulang dulu ya,," Zia meminta ijin pada gadis kecil itu.

Berada dalam satu apartemen bersama laki - laki lain, membuat Zia merasa takut. Meski disana ada Ciara dan baby sitter, tatap saja Zia tidak berani berlama - lama di apartemen itu.

"Jangan pulang tante,,," Rengek Cia dengan raut wajah yang seketika sendu. Gadis kecil itu baru saja merasakan kebahagiaan karena bisa bermain dengan Zia yang mampu membuat Ciara seperti bermain dengan sosok seorang ibu.

"Cia mau main sama tante cantik,," Rengeknya lagi. Hal itu membuat Zia terlihat bingung. Dia tidak tega melihat kesedihan di wajah Ciara, namun Zia juga tidak ingin menciptakan kesalahpahaman dengan tetap berada di apartemen bersama David.

"Tante harus pulang dulu, lain kali kita main lagi. Tante janji,,," Seru Zia sembari mengacungkan jari kelingking pada Ciara.

Gadis kecil itu langsung membuang muka. Wajahnya cemberut karna kesal pada Zia yang akan pulang.

Zia tersenyum kikuk, semakin bingung dibuatnya.

"Apa kamu sibuk.?" Tanya David. Zia menggeleng pelan.

"Jangan pulang dulu Zi. Temani Ciara sebentar lagi," Pintanya memohon.

Zia menggeleng cepat.

"Maaf kak, aku tidak bisa," Tolak Zia lembut.

"Aku janji lain kali akan menemani Ciara lagi,,"

Zia mendekat, mengusap gemas kepala Ciara.

"Maaf yah Cia sayang, tante harus pulang dulu. Lain kali kita main lagi," Seru Zia dengan senyum yang mengembang untuk membujuk Ciara. Namun sayangnya anak itu justru mengembunyikan wajahnya di ceruk leher David.

Zia hanya bisa menghela nafas pelan.

"Maaf kak, aku pulang dulu," Pamit Zia sopan. Dia bergegas keluar dari kamar Ciara.

"Tunggu Zi,," Dengan cepat David mengejar langkah Zia dan menggenggam tangannya.

Zia reflek berhenti, ditatapnya pergelangan tangan yang sedang di genggam oleh David.

"Jangan seperti ini kak," Ujar Zia sembari menarik tangannya.

David terlihat salah tingkah, juga tidak enak hati pada Zia.

"Maaf Zi,," Ucapnya.

Zia hanya mengangguk lalu beranjak dari sana.

Suara tangisan Ciara sempat menghentikan langkah Zia, namun pada akhirnya Zia tetap keluar dari apartemen David untuk menghindari fitnah juga untuk menjaga perasaan Gavin nantinya.

"Cia mau main sama tante cantik pah,,," Rengek Cia masih dengan suara tangisnya yang nyaring.

David terlihat menghela nafas pelan. Dia mendekap Ciara dan menepuk punggungnya pelan.

"Sini biar sama saya saja Tuan,," Baby sitter itu meminta Ciara dari gendongan David.

"Tidak usah bi. Saya dan Ciara akan keluar sebentar,,"

"Tolong ambilkan sepatu Ciara,," Pintanya.

Baby sitter itu langsung bergegas mengambilkan sepatu Ciara dan memakaikannya.

"Cia jalan - jalan sama papa saja ya.?" Tawar David lembut.

"Nanti kita makan es krim dan beli barbie,," Bujuknya. Ciara hanya mengangguk, namun masih menangis pelan.

Menjadi single parent nyatanya tidak mudah untuk David. Meski dia sudah mengurus Ciara sejak gadis kecil itu terlahir ke dunia, namun bukan berarti David tidak kesulitan mengurusnya.

Hal yang membuatnya pusing adalah saat Ciara sudah merengek, apa lagi meminta seorang ibu.

...*****...

"Tolong telfon Mitha, suruh dia siapkan laporan sekarang. 30 menit lagi kita kesana,,"

Titah Gavin pada Nindy. Sedikitpun Gavin tidak menatap Nindy yang duduk di seberang meja kerjanya dengan jarak 4 meter itu. Dia fokus menatap laptop di depannya.

Suara besar Gavin membuat Nindy sedikit tersentak karena sejak tadi pikiran wanita cantik itu sedang menerawang jauh.

"Baik Pak,," Nindy meraih telfon si meja kerjanya, lalu mulai menghubungi Mitha.

Diletakkannya kembali telfon itu setelah dia selesai mengabari Mitha.

Pandangan mata Nindy tak lepas dari laki - laki tampan yang sedang duduk di seberangnya. Wajahnya semakin terlihat tampan saat dalam mode serius menatap layar laptop. Wanita itu segera mengalihkan pikirannya yang mulai tidak terkontrol.

Nindy menghembuskan nafas berat. Wanita itu memijat pelipisnya yang terasa berdenyut nyeri.

Pikirannya sedang kacau saat ini.

Gavin melirik arlojinya, sudah waktunya dia pergi ke restoran cabang yang di kelola oleh Zia beberapa bulan terakhir.

"Nindy,,," Panggil Gavin lirih. Wanita itu tidak merespon, terlihat menatap berkas di depannya namun dengan sorot mata yang menerawang jauh.

Lagi - lagi wanita itu melamun.

"Nindy.!" sekali lagi Gavin memanggil sekretarisnya itu. Tapi rupa Nindy masih asik dalam lamunannya. Meski Gavin sudah mengeraskan suaranya, tetap saja Nindy tidak menoleh.

Gavin menggelengkan kepalanya saat melirik Nindy dan mendapati sekretarisnya itu sedang melamun. Gavin beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri meja kerja Nindy.

"Kalau sakit pulang saja,," Seru Gavin tegas. Lagi - lagi Nindy tersentak kaget. Di tatapnya Gavin yang sudah berdiri tegap di depan meja kerjanya.

"Eh,, Maaf Pak, ada apa.?" Rupanya pikiran Nindy melayang jauh, dia sama sekali tidak mendengar ucapan Gavin meski dalam jarak yang sangat dekat.

"Kamu boleh pulang sekarang. Sepertinya kamu sedang tidak sehat,," Ujar Gavin tegas.

Nindy terlihat melongo, dia merasa tidak enak pada Gavin karena kepergok melamun saat sedang bekerja. Sampai Gavin mengira kalau dia sedang sakit.

"Tidak Pak, saya baik - baik saja." Sahutnya setelah diam beberapa saat.

"Hanya saja ada yang sedang saya pikirkan,," Tuturnya lirih.

"Jangan membawa masalah pribadi ke tempat kerja agar kamu bisa fokus pada pekerjaan." Ucapan Gavin justru membuat Nindy semakin tidak karuan dengan segala perasaan yang bercampur aduk dalam benaknya.

"Kita berangkat ke restoran cabang sekarang,," Tegas Gavin. Dia kembali ke meja kerjanya untuk mengambil laptop dan ponselnya.

Sementara itu Nindy langsung membereskan meja kerjanya, dan bersiap untuk ikut Gavin ke restoran cabang.

Saat masuk kedalam mobil Gavin, wanita itu kembali di landa kegugupan dan canggung. Nindy bahkan tidak berani menoleh sedikitpun pada Gavin yang sudah mulai melakukan mobilnya.

Suasana seperti ini membuat Nindy tidak nyaman.

Jarak ke restoran pusat ke restoran cabang itu hanya membutuhkan waktu 30 menit saja. Selama itu keduanya tidak saling bicara. Gavin juga sibuk dengan pikirannya sendiri. Laki - laki itu terus memikirkan Zia yang nantinya tidak akan ada di rumah selama 1 bulan ke depan.

Hal itu membuat Gavin semakin dirundung penyesalan atas sikap dinginnya terhadap Zia beberapa bulan yang lalu.

Ujian rumah tangga yang menerpa, membuat Gavin sempat berubah sikap.

Sebagai seorang suami, Gavin merasa gagal menjaga dan melindungi Zia, karena pada akhirnya dia sendiri yang sudah membuat Zia terluka.

Padahal Gavin begitu mencintai dan mendambakan Zia, wanita yang selama bertahun - tahun sudah memberikan kebahagiaan dan cinta yang luar biasa untuknya.

...****...

Jangan lupa like yah🥰

Terpopuler

Comments

quinzha chindy

quinzha chindy

masuklah org ke 3....

2021-08-15

0

Sriwati Ika Febriana

Sriwati Ika Febriana

greget banget ya ampun,,,si istri begini si suami begitu...semoga ada jalan keluar buat masalah kalian

2021-07-29

0

Revina Imut

Revina Imut

sekertaris yg ingin merubah julukan nya JD pelakor tu😔😔😔😔

2021-07-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!