Gavin masuk kedalam kamar. Dilihatnya Zia yang sedang mengemasi barang - barangnya.
Gavin duduk di sisi ranjang, laki - laki itu menghela nafas kesal.
Sejak dulu David terus mencoba merebut Zia darinya. David tidak pernah menyerah meski Zia berulang kali menolaknya.
"Dia datang ke apartemen, tapi kamu tidak memberitahu ku Zi,,," Terdengar nada penuh kekecewaan atas sikap Zia.
"Apa kamu tidak sadar, dia hanya menjadikan anaknya sebagai umpan untuk mendekati kamu."
Tuturnya kesal.
Zia langsung menghentikan aktifitasnya. Dihampirinya Gavin yang masih terlihat kesal.
Gavin menatap kecewa pada Zia. Wanita itu seolah tidak peduli pada perasaannya.
"Dia terlalu terobsesi sama kamu. Ada aku saja dia terang - terangan ingin merebut kamu dariku."
"Sekarang dia tau kamu tinggal disini sendirian, pasti dia akan semakin gencar untuk merebut kamu,,"
Gavin merasa perlu untuk mengutarakan semua yang dia rasakan saat ini. Gavin hanya ingin Zia tau kalau dia tidak ingin kehilangan Zia.
"Maaf mas,,," Ucap Zia lirih. Dia ikut duduk di samping Gavin dengan kepala yang tertunduk.
"Kak David dan anaknya tinggal di apartemen sebelah. Aku juga baru tau tadi pagi,," Tuturnya.
Gavin menghela nafas, dia meremas kuat rambunya dengan kedua tangan.
Belum selesai masalah rumah tangganya dan ibunya, kini hadir lagi masalah lain yang berpotensi memperburuk hubungannya dengan Zia.
"Sudah selesai.?" Tanya Gavin pelan.
"Kita pulang sekarang,,"
Zia mengangguk. Raut wajahnya masih saja di rundung sesal. Dia merasa bersalah karena sudah membuat Gavin cemburu.
Gavin meraih tangan Zia, di genggamnya lembut tangan wanita cantik itu.
"Kalau aku tidak datang dan melihatnya, kamu pasti tidak akan memberitahu ku kalau David juga tinggal disini bukan.?"
Zia mengangguk sebagai jawaban. Wanita itu memang tidak punya niatan untuk memberi tahu Gavin tentang hal ini. Karna Zia tidak mau membuat Gavin cemburu, dan pada akhirnya Gavin tidak akan mengijinkannya untuk tinggal di apartemen ini lagi.
Tapi rupanya Gavin tau lebih awal.
"Aku tidak keberatan kalau kamu ingin menenangkan diri dan menjauh dariku untuk sementata waktu, tapi tidak dengan tinggal berdampingan dengan dia Zi,,," Keluh Gavin. Rasa cemburunya setiap kali melihat David mendekati Zia, masih sama seperti dulu.
"Maaf,," Sekali lagi kata maaf penuh sesal keluar dari mulut Zia.
"Kita pulang sekarang. Aku bisa mengajak kamu untuk liburan ke luar negeri kalau kamu mau."
"Menenangkan diri tidak hanya dengan meninggalkan rumah dan meninggalkanku,,"
Gavin menarik lembut tangan Zia agar beranjak dari duduknya. Dia juga menarik koper kecil milik Zia.
Keduanya meningalkan gedung apartemen itu.
"Kamu marah padaku mas,,?" Tanya Zia lirih. Mereka sudah berada di dalam mobil. Gavin hanya diam saja sejak keluar dari apartemen, namun masih terus menggandeng Zia hingga sampai di basement.
Hal itu membuat Zia berfikir kalau Gavin marah padanya.
"Hanya kecewa." Sahut Gavin singkat.
Kekecewaan Gavin bukan tanpa alasan. Dia menyayangkan sikap Zia yang tidak memberitahukannya perihal David dan anaknya yang ada di apartemen itu.
"Kamu tau betul siapa David, dia akan melakukan apapun Zi,," Untuk kesekian kalinya Gavin mengingatkan Zia seperti apa sifat David.
"Mulai sekarang, kabari aku kalau kamu bertemu dengannya lagi."
"Dia sedang mencari celah untuk merebut kamu. Aku yakin selama ini dia masih memata - mataimu."
"Setelah menikah dan punya anak, apa dia masih tidak bisa setia dengan satu wanita.!" Geramnya penuh penekanan.
"Mamanya Ciara sudah meninggal mas,," Ucap Zia lirih.
Gavin berdecak kesal. Pantas saja laki - laki itu gencar mendekati Zia lagi setelah sekian lama.
"Dan dia terobsesi menjadikan kamu sebagai istri sekaligus ibu dari anaknya itu,," Celetuk Gavin kesal.
Zia hanya diam, tidak berani lagi memberikan komentar apapun.
...*****...
Setelah memberikan Ciara pada baby sitternya, David masuk kedalam kamar. Dirogohnya ponsel yang ada di saku jasnya.
Wajah David terlihat kesal dan merah menahan emosi.
Dia mengotak - atik ponselnya untuk menghubungi seseorang.
"Kamu bilang hubungan mereka hampir hancur. Tapi nyatanya mereka baik - baik saja." Tuturnya tegas.
"Apa kamu yakin Zia tidak mendapatkan tekanan dari suaminya.?"
"Kabari aku lagi nanti.!"
David segera mematikan ponselnya.
Laki - laki berbadan tegap dan tinggi itu berjalan ke balkon.
Dia duduk di kursi dengan menyilangkan kakinya. Diraihnya rokok yang ada di atas meja kecil.
David mulai menghisap rokok itu dengan pikiran yang menerawang jauh.
Selama ini laki - laki itu tidak pernah berhenti memikirkan Zia. 6 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menaruh perasaan pada wanita cantik yang sulit dia dapatkan itu.
David memutuskan untuk muncul di hadapan Zia setelah mengetahui rumah tangga Zia dan Gavin mulai retak.
Tidak ada kata menyerah untuk bisa mendapatkan Zia.
Wanita yang selama ini terus menari - nari di hati dan pikirannya. Hingga David memberikan nama Ciara kepada anaknya. Nama yang hampir mirip dengan Zianka.
David tidak habis pikir. Apa yang dilihat Zia dalam diri Gavin yang tidak ada apa - apanya jika dibanding dengannya.
Jika soal cinta dan kebahagiaan, David bisa memberikan lebih dari yang diberikan pada Gavin untuk Zia.
Tapi wanita itu memilih Gavin, tanpa sedikitpun memberikan kesempatan untuk David.
Dering ponsel menyadarkan David dari lamunannya.
Laki - laki itu mematikan rokok di tangannya dengan menekan ujung rokok pada asbak.
Di ambilnya ponsel dari saku jasnya. David menghembuskan nafas kasar begitu melihat nama yang tertera di layar ponsel miliknya.
Angga pasti tidak bisa menyelesaikan masalah itu.
Wajah David memerah setelah mendengar semua yang di ucapkan Angga lewat telfon.
"Menyelesaikan masalah seperti itu saja tidak becus,," Geram David penuh amarah.
Asisten pribadinya itu terlalu lembek jika berurusan dengan wanita. Dia tidak bisa bersikap tegas. Selalu saja merasa iba dengan tangisan wanita.
"Tahan dia di ruanganku. Aku akan datang 30 menit lagi,," David segera mematikan telfonnya.
Setelah berpamitan pada Ciara, David bergegas pergi ke kantor.
Dengan langkah tegap dan aura kepemimpinan yang kuat, juga sorot mata tajamnya yang mampu membuat bulu kuduk meremang, David bejalan cepat memasuki gedung perkantoran miliknya.
Pandangan matanya fokus ke depan, tidak menghiraukan sapaan ramah dari karyawan yang berpapasan dengannya.
Dia sudah tidak sabar untuk sampai di ruang Kerjanya.
Angga yang sedang berjaga di luar pintu, hanya bisa menelan kasar ludahnya saat melihat kedatangan David. Entah apa yang akan dilakukan David padanya kali ini.
"Minggir,," David mendorong badan Angga yang menghalangi pintu. Laki - laki itu langsung bergeser menjauh. Angga bernafas lega karna bebas dari amukan David. Bosnya itu sudah masuk kedalam ruangan.
Saat David masuk, wanita di dalam ruangan itu langsung berdiri.
Wanita cantik dengan penampilan yang sederhana. Memakai kaos polos pendek berwarna putih, dan rok panjang warna navy. Tas selepang kecil bertengger di bahunya.
Rambut panjangnya di biarkan terurai.
David meliriknya sekilas. Dia berjalan ke meja kerjanya dan duduk di kursi kebesarannya.
Wanita itu langsung berjalan cepat menghampiri David. Menatap laki - laki itu dengan tatapan penuh kebencian. Dia bahkan sampai mengelakkan kedua tangannya. Mengingat kembali apa yang sudah dilakukan David padanya.
"Kamu tidak punya hati Tuan David Anderson.!!" Geramnya penuh penekanan.
David mengangkat sudut bibirnya.
"Sesuai dengan perjanjian tertulis yang kamu tandatangani.!" Ucap David tegas.
"Kamu sudah menyetujuinya.! Jadi jangan berharap apapun lagi.!"
Wanita itu hanya bisa mengepalkan tangannya. Andai saja dia punya kekuasaan, mungkin sudah dia hancurkan wajah tampan yang ada di hadapannya itu.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Devi 123
thor liat visualnya donk
2021-08-23
1
Sriwati Ika Febriana
ini siapa lagi ya
2021-07-29
1
Maria Goretti Kuswinarti
David sm Nindy aja thor biar hatiku ga dag dig dug deg dorrr 😂
2021-06-23
1