Bab 4

Gavin terlelap beberapa saat setelah mereka melakukan penyatuan panas berulang kali.

Laki - laki itu terlihat sangat kelelahan. Tenaganya di kuras habis saat merengkuh kenikmatan bersama istrinya. Baru kali ini Gavin kembali merasakan permainan yang terasa begitu nikmat, setelah beberapa bulan terakhir merasa tidak bernafsu di atas ranjang karna persoalan rumah tangga mereka.

Sementara itu, senyum kebahagiaan terus mengembang di bibir Zia. Wanita berparas cantik itu terus mengingat adegan panas yang baru saja mereka lakukan. Zia kembali merasakan semangat Gavin yang membara, begitu penuh gairah dan nafsu saat bermain dengannya.

Bahkan Gavin sedikit kasar melakukannya, menghujamkan miliknya dengan tempo cepat tanpa jeda. Membuat tubuh Zia tergoncang hebat.

Itu yang Zia rindukan selama ini, merasakan kembali permainan Gavin yang membuatnya candu.

Tak berselang lama, senyum di wajah Zia perlahan memudar. Permasalahan yang sedang dia hadapi kembali terlintas dalam benaknya, membuat moodnya seketika anjlog.

Ada ketakutan dalam diri Zia, takut jika Gavin akan kembali bersikap dingin padanya setelah ini. Takut Gavin akan kembali mengungkit permasalahan yang selama beberapa bulan ini menjadi duri dalam rumah tangganya.

Zia menyingkirkan perlahan tangan Gavin yang sejak tadi melingkar di perutnya. Untuk kali pertama Gavin tidur sambil memeluknya, sejak keduanya sering mengalami perdebatan. Biasanya Gavin akan tidur membelakangi Zia, sedikitpun tidak berniat untuk memeluk istrinya itu.

Dengan hati - hati, Zia turun dari ranjang dan bergegas ke dapur. Wanita itu berniat untuk membuatkan makan malam. Meski ada asisten rumah tangga, untuk urusan memasak Zia lebih suka melakukannya sendiri. Karena baginya menyiapkan makanan untuk suami adalah tugasnya sebagai seorang istri. Hampir semua yang berusan dengan suaminya, Zia yang akan mengerjakannya langsung. Itulah kesempurnaan Zia yang seharusnya di hargai oleh Gavin.

"Kenapa membiarkanku tidur sendiri,,"

Gavin memeluk Zia dari belakang. Membenamkan wajahnya pada ceruk leher Zia.

Wanita cantik itu sedikit tersentak, dia menghentikan aktifitasnya dan langsung berbalik badan menatap Gavin. Hatinya terasa menghangat, dia sangat bahagia melihat sikap Gavin yang kembali seperti dulu. Sikap yang terkadang manja padanya, dan tidak bisa lepas darinya.

"Maaf mas,, aku harus buat makan malam dulu untuk kita,," Zia sedikit mendorong pelan dada suaminya. Dia terlihat risih dengan apron yang masih melekat di badannya, namun Gavin memeluknya erat.

"Kenapa.?" Gavin meminta penjelasan atas penolakan yang dilakukan oleh Zia.

"Aku masih pakai apron mas. Kotor,,," Tutur Zia lembut. Perlahan pelukan Gavin mengendur, dia membiarkan Zia melepaskan apron lebih dulu.

"Sudah matang makanannya, aku tata di meja dulu ya,,"

Gavin menahan tangan Zia.

"Biar mbak Lastri saja yang menatanya,," Cegah Gavin. Setelah itu, dia langsung memanggil asisten rumah tangganya untuk menata makan malam yang baru selesai di masak oleh Zia.

Zia menurut. Dia mengikuti langkah Gavin yang menariknya ke meja makan. Keduanya duduk beriringan.

"Besok kita ke rumah mama ya. Berangkat jam 8 pagi dari sini,," Ujar Gavin. Zia terlihat mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Gavin mengajak ke rumah orang tuanya pada sabtu pagi.

Hari minggu besok, memang ada acara arisan keluarga di rumah ibu mertuanya itu. Tapi biasanya dia dan Gavin akan datang pada hari itu juga. Bukan 1 hari sebelumnya.

"Kita menginap di rumah mama. Sudah lama aku tidak bermain dengan keponakan - keponakan kita yang menggemaskan itu,," Tutur Gavin antusias.

"Bang Revan dan Airin juga akan datang besok." Jelasnya lagi.

Revan adalah kakak Gavin, dan Airin adik Gavin yang seumuran dengan Zia. Keduanya sama - sama sudah di karuniai anak.

Zia hanya mengangguk lemah. Dia sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya saat berkumpul nanti. Pasti akan ada sindiran pedas yang dia terima.

Saat ini, Zia hanya perlu membuatkan hati dan mentalnya. Untuk menghadapi omongan pedas dari ibu mertua dan iparnya.

Malam sebelum tidur, Zia menyiapkan lebih dulu keperluan yang akan dia bawa untuk bermalam di rumah mertuanya yang ada di Bandung.

Sudah 3 tahun ini mertuanya memilih untuk membeli rumah di Bandung dan menetap di sana.

Keduanya ingin menikmati hari tua dengan suasana yang asri dan jauh dari hiruk pikuk kebisingan seperti di kota Jakarta.

Gavin dan Zia akan mengunjungi mereka setiap bulannya, paling banyak 3 kali dalam sebulan.

Zia sudah menyiapkan 1 koper kecil yang akan mereka bawa besok. Koper yang berisi perlengkapan dia dan Gavin.

Zia keluar dari walk in closet, dia berjalan mendekati ranjang. Dilihatnya Gavin yang sibuk dengan ponselnya, sambil bersandar pada kepala ranjang. Begitu melihat kedatangan Zia, Gavin segera mematikan ponsel dan meletakkannya di atas nakas.

"Sudah selesai.?" Tanyanya. Gavin menepuk sisi kosong di sebelahnya.

"Sudah mas." Zia naik ke atas ranjang, ikut duduk di sebelah Gavin.

"Kenapa belum tidur.?"

"Aku pikir mas sudah tidur dari tadi, aku jadi berlama - lama di dalam,," Zia sedikit tak enak hati karna membiarkan Gavin sendirian terlalu lama. Dia pikir Gavin akan langsung tidur saat dia meminta ijin untuk mengemasi baju mereka.

"Aku kangen,,," Bisik Gavin di telinga Zia. Pipi wanita cantik itu seketika merona. Begitulah sikap Gavin yang sesungguhnya. Laki - laki itu akan terus meminta haknya. Itu sebabnya Zia sangat terluka saat sikap Gavin berubah padanya. Zia merasakan kehampaan, kehilangan sesuatu yang sejak dulu melekat dalam dirinya, dia merasa di campakkan dan tidak di hargai.

Melihat sikap Gavin yang mulai kembali seperti dulu, hal itu membuat Zia sangat bersyukur.

"Mau lagi,,?" Tanya Zia tanpa malu. Jika soal memuaskan suaminya, Zia akan menyingkirkan rasa malunya hanya untuk menyenangkan hati Gavin.

Baju Gavin dan Zia berserakan di lantai. Suara desahan menggema dan saling bersautan.

Keadaan ranjang sudah berantakan, seprei yang terlepas di beberapa bagaian sisi, juga selimut yang hampir terjauh ke lantai.

Gerakan agresif Zia di atas tubuh Gavin, membuat ranjang empuk itu tergoncang.

"Lebih cepat Zi,," Pinta Gavin. Kedua tangan Gavin yang memegangi pinggang Zia ikut bergerak naik turun.

Erangan panjang keduanya terdengar penuh kepuasan. Keduanya saling memeluk erat dengan badan yang menegang. Sesaat mereka terdiam, berusaha menormalkan kembali nafasnya yang masih memburu.

"Aku mencintaimu,," Bisik Gavin. Zia semakin erat memeluknya. Wanita itu sangat bahagia, bahkan terharu. Dia yakin kalau saat ini Gavin sudah kembali seperti dulu.

Mungkin kali ini Gavin benar - benar akan menepati janjinya untuk berusaha lagi menghadirkan buah hati di tengah - tengah mereka.

"Aku lebih mencintai kamu mas,," Balas Zia dengan suara bergetar menahan tangis bahagia. Zia berharap rumah tangganya akan tetap seperti dulu, tidak hanya untuk hari ini saja.

Keduanya sudah memakai kembali baju mereka. Ranjang yang sempat tidak berbentuk itupun sudah di rapikan kembali oleh Zia. Saat ini mereka sedang berbaring si atas ranjang dan saling memeluk.

"Maafkan aku Zi." Ucap Gavin lembut.

"Selama ini aku pasti sudah menyakiti perasaan kamu. Aku sangat menyesal untuk itu,," Tutur Gavin. Dia terlihat sangat menyesali sikap buruknya terhadap Zia beberapa bulan ini.

"Aku janji akan berusaha lebih baik lagi Zi. Aku janji tidak akan menyakiti kamu lagi,," Ucapnya bersungguh - sungguh.

Zia mengangguk beberapa kali dalam dekapan Gavin. Tangisnya tidak bisa di bendung lagi, dia sangat bahagia mendengar pengakuan Gavin.

"Tidak apa mas. Aku sudah memaafkan kamu."

"Aku harap setelah ini rumah tangga kita kembali bahagia seperti dulu. Tidak ada lagi perdebatan yang akan melukai perasaan kita."

"Semoga Tuhan secepatnya menghadirkan buah hati dalam rahimku,,," Ucap Zia penuh harap.

"Makasih sayang,," Gavin mendaratkan kecupan di kening Zia.

Laki - laki itu sadar, tidak ada wanita sebaik dan sesabar Zia yang dia kenal di luar sana.

Kelembutan hati Zia dan tutur katanya, selalu menghadirkan ketenangan dalam diri Gavin.

...***...

...Hal terpenting dalam suatu hubungan adalah kepercayaan dan kesetiaan. Dan hal yang paling berharga adalah kenyamanan....

...Jika kamu menemukan ketiganya dalam diri pasanganmu, maka jangan pernah melepaskannya untuk pergi. Apalagi membuatnya pergi....

..."r. wulland"...

Terpopuler

Comments

roempoet liar soe

roempoet liar soe

ok .part selanjutnyaaa..

2022-09-03

0

Sriwati Ika Febriana

Sriwati Ika Febriana

semangat Zia

2021-07-28

0

Jeniramaini Jeni

Jeniramaini Jeni

Semoga Zia cepat mengandung,,,, ayook thir buat Zia hamil

2021-07-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!