Cukup lama Zia menenangkan diri dalam dekapan Gavin. Entah apa jadinya jika Gavin tidak berada di pihaknya, Zia tidak bisa membayangkan seperti apa hancurnya hati yang sudah sepenuhnya di miliki oleh Gavin.
Perasaan bersyukur dan haru terus menyelimuti wanita berparas cantik itu. Meski Gavin sempat melukai hatinya dengan lisan selama berbulan - bulan, luka itu hilang saat hari ini Gavin berada di pihaknya. Tidak seperti biasanya, Gavin hanya diam saat mama Ambar beserta adik dan kakak iparnya mengomentari kondisi Zia yang tak kunjung memiliki anak dengan kata - kata yang menyakitkan.
"Mau pulang saja.?" Tawar Gavin. Dia tidak tega melihat istrinya sesedih itu. Ini pertama kalinya Zia menangis cukup lama hingga terisak. Tidak biasanya wanita tegar itu terlihat sangat lemah di hadapannya.
Biasanya Zia pandai menyembunyikan kesedihannya dengan tidak menangis.
Zia melepaskan diri dari dekapan Gavin, mengusap air matanya sampai tak berbekas di pipi putihnya.
Wanita cantik itu tersenyum lembut pada Gavin, senyum yang selalu membuat Gavin tergila - gila padanya.
"Hari minggu saja, tapi pagi ya setelah arisannya selesai,," Pinta Zia.
"Tidak enak sama lain kalau langsung pulang, kita kan baru sampai,,"
Seperti itulah Zia. Wanita berhati putih itu tidak mengenal dendam yang berlarut pada orang yang telah melukai perasaannya. Zia masih mau bersikap baik dan menghargai orang yang baru saja membuatnya terluka.
"Ya sudah, terserah kamu saja." Gavin mengusap lembut punggung istrinya berulang kali, istri yang memiliki paras cantik dan berhati lembut bak bidadari itu.
"Atau mau menginap di villa saja.? Besok pagi - pagi kita kesini lagi." Usul Gavin.
"Ada villa baru dekat rumah mama, paling 30 menit dari sini. Gimana,,?" Suara lembut Gavin seperti mengandung godaan di dalamnya. Godaan yang mengandung hal - hal berbau adegan panas.
Dengan malu - malu Zia mengangguk setuju. Wanita itu bahkan menunduk, menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah. Zia tetap saja merasa malu setiap kali membayangkan adegan panas bersama Gavin. Lain cerita kalau mereka berdua sedang bergulat dengan diselimuti gairah, Zia tidak akan merasa malu meski harus agresif dan mendominasi permainan.
"Berangkat sekarang saja. Siapin baju ganti ya, kopernya biar disini saja,,"
"Iya mas,,"
Zia beranjak dari duduknya, menghampiri koper yang ada di sisi kanan tempat tidur. Dia mengambil 1 setel baju miliknya dan milik Gavin, lalu memasukannya ke dalam tas kecil.
Sementara itu Gavin masih duduk di tempat semula, pandangan matanya menerawang jauh. Laki - laki itu kembali di landa kecemasan. Jika ibunya terus mendesaknya untuk menikah lagi, Gavin takut Zia akan menyerah dan memilih mundur untuk mengakhiri rumah tangga mereka.
Ini kali pertama ibunya meminta ijin pada Zia untuk mengijinkannya menikah lagi dengan wanita lain, dan hal itu membuat Zia hampir menyerah. Bagaimana jika setiap kali bertemu ibunya akan terus mengatakan hal yang sama. Gavin benar - benar takut tidak bisa meyakinkan Zia dan tidak bisa membuatnya bertahan.
"Mas,,," Panggil Zia lirih, dia meletakan tangan di bahu Gavin. Wanita itu bisa melihat kecemasan di raut wajah suaminya.
"Sudah.?" Tanya Gavin dengan seulas senyum. Dia berdiri untuk mensejajarkan diri dengan Zia.
Zia mengangguk pelan.
"Kamu sedang mempertimbangkan permintaan mama.?" Suara Zia tercekat, hatinya kembali teriris saat mengingat ucapan mama Ambar yang meminta Gavin untuk menikah lagi.
"Ziii,,," Tegur Gavin. Dia tidak pernah suka jika harus membahas masalah rumah tangganya yang tidak akan pernah usai sebelum masalah utama teratasi.
"Jangan membahasnya Zi,, kamu juga tidak perlu memikirkan hal itu. Aku tidak akan menikah lagi dengan siapapun,," Ucap Gavin yakin.
Tatapan Zia terlihat sendu, meski sekarang Gavin bilang tidak akan menikah lagi, tapi Zia takut Gavin akan berubah pikiran saat mama Ambar terus mendesaknya agar menikah lagi. Terlebih jika sampai saat itu di rahimnya belum juga ada buah cinta dirinya dan Gavin.
"Aku hanya takut kamu berubah pikiran dan menyetujui permintaan mama,," Zia tidak bisa menyembunyikan ketakutannya. Dia takut pada akhirnya akan kehilangan Gavin jika Gavin setuju untuk menikah lagi.
"Zi,, sudah berapa kali aku bilang, aku tidak akan sanggup melepaskan kamu. Itu artinya aku tidak akan menikah lagi." Gavin menangkup pipi Zia dengan satu tangannya, dia menatap dalam kedua manik Zia yang sejak tadi berkaca - kaca.
"Kita fokus saja pada usaha kita, jangan memikirkan hal yang akan membuat kamu semakin stres nantinya,,"
Gavin mengecup singkat bibir Zia, setelah itu tersenyum lembut padanya.
"Lebih baik kita senang - senang saja di villa,," Ujar Gavin sembari mengedipkan sebelah matanya.
Zia mengulum senyum, mencubit malu lengan kekar suaminya.
Zia tersenyum bahagia dalam hati, laki - laki tampan itu sudah kembali agresif dan liar seperti dulu. Itu artinya hari - hari mereka akan kembali harmonis dan romantis lagi. Ini yang Zia inginkan sejak beberapa bulan yang lalu, melihat Gavin kembali bergairah setiap kali bersamanya.
Keduanya keluar dari kamar, mereka akan berpamitan pada semua orang yang masih berada di ruang keluarga. Saat Zia dan Gavin datang, suasana yang tadinya riuh berubah hening. Itu menandakan jika mereka sedang membicarakan Zia sebelumnya.
Wanita sabar itu tidak memperdulikan tatapan sinis yang di layangkan adik ipar padanya. Begitu juga mama Ambar yang menatap jengah.
"Kalian mau kemana.?" Tanya Papa yang memperhatikan tas berisi baju di tangan Gavin.
"Mama itu baru minta ijin Zi, bukan memaksa. Tapi kamu sudah meminta pergi dari sini,," Keluh mama Ambar.
"Bukan Zia mah, aku yang mengajak Zia untuk pergi ke villa baru." Sanggah Gavin.
"Kami tidak akan nyaman berada di sini kalau mama terus membahas masalah itu,," Tuturnya tegas.
"Besok pagi kita kesini lagi," Gavin menggandeng Zia untuk pergi.
"Kami pamit dulu Mah, Pah, semuanya,," Pamit Zia ramah. Mereka hanya mengangguk.
"Sekarang aku tidak ada baiknya dimata mama." Keluh Zia begitu mereka keluar dari rumah.
"Kenapa mama berubah secepat itu hanya karna aku belum punya anak sampai saat ini,,," Sesal Zia dengan sesak di dadanya.
Zia menyesali sikap mama Ambar yang berubah 180 derajat. Padahal dulu mama Ambar sangat baik dan sayang padanya. Dia tidak membedakan antara anak kandung dan menantu. Terlebih ketika Zia dengan sabar dan telaten mengurus mama Ambar saat dia sakit hingga berbulan - bulan. Hanya Zia satu - satunya orang yang sangat peduli pada mama Ambar dan mau mengurusnya tanpa rasa jijik sedikitpun.
Tapi apa balasannya, sekarang dia terus menghina Zia dengan kata - kata yang menyakitkan.
"Maafkan sikap mama Zi, dia sudah tua dan sangat ingin melihat anak kita sebelum dia pergi untuk selamanya. Mama selalu bicara seperti itu padaku,, hanya itu keinginannya saat ini."
"Kamu harus sabar menghadapi mama."
"Dan yang terpenting, kita harus usaha untuk mewujudkan keinginan mama,," Goda Gavin sembari merengkuh pinggang Zia dan membawanya mendekati mobil.
"Kita lembur sampai besok pagi,," Bisiknya sebelum membukakan pintu mobil untuk Zia.
"Aku tidak akan sanggup,," Sahut Zia malu - malu.
"Tenang, kamu terima beres saja. Biar aku yang push up,,"
Zia melotot dibuatnya, dia langsung masuk kedalam mobil dan menutup pintunya, enggan meladeni kegilaan Gavin.
Zia memegangi perutnya, andai saja dalam waktu dekat ini sudah ada janin di dalam rahimnya, pasti Zia tidak akan secemas ini, dia juga tidak akan takut rumah tangganya akan kembali goyah.
Wanita itu ingin merasakan ketenangan kembali seperti dulu.
"Jangan khawatir Zi,, kita pasti akan memiliki banyak anak,,," Ucap Gavin menguatkan, dia mengusap lembut pucuk kepala Zia. Rupanya Gavin memperhatikan Zia sejak masuk ke dalam mobil.
Zia mengangguk, kini giliran Gavin yang memberikan semangat untuknya. Setelah beberapa bulan terakhir Zia yang berjuang memberikan semangat untuk Gavin.
...***...
Bantu Vote novel ini yah, biar bisa masuk 10 besar dan makin banyak yang mampir 😊.
Pembaca setia Je-ken masih banyak yang belum mau mampir, udah takut duluan sama judulnya 🤣
Pada tega emang ama othor 🤣
Jatah Vote Jeje Kenzo buat novel ini aja yah 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Sriwati Ika Febriana
kamu pasti bisa Zi...
2021-07-28
0
Revina Imut
Gavin itu kan girang kaya,kan banyak cara yg bisa di tempuh,klo cara biasa susah,bayi tabung kek,apa yg lain,jgn kayak orang susah dong vin, pergunakan uangmu 😔😔😔😔
2021-07-16
0
Maria Goretti Kuswinarti
vote siap meluncur thor
2021-06-22
0