Suasana di ruang keluarga sudah mulai hening, dan saudara ipar Zia sibuk memainkan ponsel, setelah tadi terlibat obrolan ringan bersama.
Sepertinya adik ipar dan kakak ipar Zia sudah bosan mengomentari Zia yang sampai detik ini belum ada tanda - tanda kehamilan. Mereka terlihat acuh, lebih memilih untuk membahas hal lain tentang bisnis dan keseharian mereka.
"Aku ajak main mereka dulu ya,," Pamit Gavin pada Zia. Dia menunjuk ketiga keponakannya yang sedang asik memainkan mainan yang dibelikan oleh Zia.
Zia hanya mengangguk kecil, tak lupa dengan senyum tulusnya yang mengembang sempurna.
Saat Gavin datang, ketiga ponakannya itu langsung menyerang Gavin dengan pukulan dan pelukan. Rupanya Gavin mengagetkan ketiga anak yang sedang serius bermain itu. Hingga ketiganya menyerang Gavin.
Tawa renyah Gavin membuat hati Zia tersayat, matanya mulai berkaca - kaca menahan tangis.
Sesak sekali rasanya menjadi istri yang belum sepenuhnya memberikan kebahagiaan untuk suaminya.
"Sampai kapan kamu mau membuat Gavin kesepian Zi,," Suara mama Ambar tercekat, membuyarkan lamunan Zia yang mengiris hati. Zia menoleh lemah, takut akan semakin terluka mendengar ucapan mama mertuanya setelah ini.
"Kamu lihat, Gavin sangat merindukan seorang anak. Dia sangat bahagia bermain dengan keponakannya." Turunnya lagi. Mama Ambar menatap sendu putra keduanya yang belum di karuniai seorang anak.
"Apa kamu tidak kasian pada Gavin.? Pada mama dan papa mertuamu ini,," Tak hanya mata Zia yang berkaca - kaca, rupanya mama Ambar juga mulai berkaca - kaca.
"Semakin hari kami semakin tua Zi. Kami hanya ingin melihat Gavin memiliki anak,,," Buliran bening menetes dari pelupuk wanita paruh baya yang wajahnya sudah mulai keriput termakan usia.
Gurat kesedihan semakin jelas terlihat di wajah rentanya.
"Maafkan Zia mah, kami sudah berusaha, tapi Tuhan belum memberikan kepercayaan pada kami,,"
Zia menunduk lemah. Dia juga tidak tau harus bagaimana saat ini, mereka seolah tidak memahami perasaannya yang juga ikut hancur.
Setiap perempuan yang sudah menikah, pasti ingin memilki anak. Tapi saat kita sudah berdo'a dan berusaha namun Tuhan belum juga memberikannya, kita sebagai manusia biasa bisa apa.?
"Ijinkan Gavin untuk menikah lagi Zi. Mungkin Gavin bisa memiliki anak dengan perempuan lain,,"
Ucapan mama mertuanya bak ribuan belati yang menghujam hati Zia. Dunianya seakan gelap seketika. Mata dan telinganya seakan tidak berfungsi lagi. Zia memaku dalam keadaan yang menyedihkan, dengan sesak di dada yang mencekat.
Hati istri mana yang tidak hancur, saat mama mertuanya meminta ijin untuk menikahkan suaminya dengan wanita lain. Hanya wanita yang tidak punya hati, yang tidak merasakan kehancuran seperti yang Zia rasakan.
Sesabar - sabarnya seorang istri, sebakti - baktinya dia sebagai istri, tidak mungkin rela membiarkan suaminya menikah lagi.
"Kenapa mama tega bicara seperti itu. Mama juga seorang istri, bagaimana bisa mama tega membuatku di madu,," Suara Zia bergetar, dia sedikit mengeraskan suaranya yang sudah tercekat.
Suasana di ruang keluarga itu semakin hening, baik adik dan kakak Gavin, menatap Zia dengan tatapan heran. Pasalnya sejak tadi mereka tidak mendengar obrolan Zia dan mama Ambar. Tiba - tiba mereka melihat Zia sudah meneteskan air matanya.
"Jangan egois Zi, jangan karena mementingkan perasaan kamu, kamu jadi menutup kebahagiaan kami,,"
"Seharusnya Gavin dan kami sudah bahagia dengan hadirnya seorang anak,," Tutur mama Ambar, ucapannya pun semakin meninggi. Zia semakin hancur mendengarnya. Mama mertuanya terlalu kejam dalam menyakiti hati Zia.
"Kenapa sejak dulu hanya aku saja yang disalahkan.? Kenapa seolah - olah aku yang tidak bisa memiliki keturunan,,!"
Tangis Zia semain pecah. Hatinya sudah hancur tercabik dengan rasa sakit yang luar biasa.
Mendengar keributan dan tangis istrinya, Gavin langsung beranjak menghampiri mereka. Dia nampak bingung melihat istri dan mamanya menangis.
"Karena Gavin normal,, dan biasanya letak permasalahan ada pada rahim,,," Sahut mama Ambar tak mau kalah.
"Mama pikir aku tidak normal.? Rahim ku juga baik - baik saja mah. Aku bukan wanita mandul.!" Geram Zia. Kesabarannya sudah habis, ucapan mama mertuanya sudah kelewat batas. Dia terus saja menyalahkan Zia dalam hal ini.
"Mah, Zia.! Cukup.!" Seru Gavin.
"Sudah berapa kali aku bilang, jangan membahas masalah ini lagi.!" Bentaknya.
Gavin sudah sangat lelah membahas permasalahan yang tidak pernah selesai sampai saat ini.
"Sudahlah mah, jangan terus mendesak mereka. Kita do'akan saja agar mereka secepatnya diberi anak,," Papa Rudi menengahi, tangan keriputnya mengusap - usap punggung istrinya.
"Pernikahan mereka sudah berjalan 4 tahun pah, apa salah kalau mama mendesak mereka.?"
"Harusnya satu orang yang berkorban untuk kebahagiaan kita, bukan kita yang harus berkorban untuk kebahagiaan satu orang,,"
Mama Ambar seakan belum puas untuk menyadarkan Zia agar menantunya itu mau sedikit mengalah demi kebahagiaan mereka.
"Kita datang kesini untuk bertemu dan berkumpul bersama kalian, bukan untuk berdebat masalah ini lagi mah." Gavin terlihat sangat lelah berada dalam situasi seperti ini. Dia sudah bosan mendengar perdebatan yang tidak pernah ada titik temunya.
"Tolong jangan bahas masalah ini lagi,," Pintanya memohon.
Gavin menunduk, merangkul bahu Zia dan mengajaknya berdiri.
"Zia harus istirahat,," Kata Gavin pada semua orang yang ada di ruangan itu.
Zia terus diam dengan pandangan mata yang menunduk, dia berjalan gontai di samping suaminya.
Air matanya belum juga surut, masih terus menetes dari pelupuk matanya
Gavin membawa Zia ke kamar, mendudukkannya di sisi ranjang. Laki - laki itu ikut duduk di samping Istrinya.
"Maafkan perkataan mama Zi,," Gavin menggenggam tangan Zia, mengusapnya lembut seakan memberikan kekuatan untuk hati istrinya yang sedang terluka.
"Sudah puluhan kali aku memaafkannya mas. Tapi mama tetap saja melukai perasaanku,," Zia menarik tangannya dari genggaman Gavin, lalu menyeka kedua pipinya.
"Mama sudah keterlaluan. Bagaimana bisa mama meminta ijin padaku untuk menikahkan kamu dengan wanita lain.!" Geram Zia penuh amarah.
Zia tidak pernah menyangka jika mama mertuanya punya pikiran untuk membuat Gavin memiliki 2 istri.
"Kenapa mereka terus menyalahkan ku.?! Kenapa hanya aku yang disalahkan dalam hal ini.?!"
Ucapan Zia semakin meninggi. Ini pertama kalinya dia bicara dengan nada tinggi pada Gavin. Kesabaran Zia sudah melewati batas, dia tidak mampu lagi menahan amarahnya.
"Mereka semua sudah tau kalau tidak ada masalah dengan kita, semuanya baik dan normal, tapi kenapa mereka terus menyudutkanku.!!" Bentaknya.
Zia merasa semua ini tidak adil untuknya. Mereka selalu menganggap kalau dia yang tidak bisa memiliki keturunan.
Gavin tidak bicara apapun, dia menarik Zia dan membawanya kedalam dekapannya. Hal itu justru membuat Zia kembali terisak.
Wanita cantik itu sudah lelah di salahkan terus menerus. Dia sudah lelah bersabar, sudah lelah memberikan maaf. Dan lelah menjalani kehidupan rumah tangganya yang kini tidak sebahagia dulu.
Zia mendorong dada Gavin, melepaskan diri dari dekapannya. Zia menatap Gavin dengan kesedihan yang tidak bisa lagi di ungkapkan dengan kata - kata.
"Lebih baik kita akhiri saja pernikahan ini,," Ucap Zia tegas.
"Kamu bisa menikahi wanita lain setelah ini, karna aku tidak mau di madu,," Tutur Zia dengan menahan sesak
Gavin membulatkan matanya, laki - laki itu nampak kaget.
"Kamu bicara apa.?! Aku tidak akan pernah mengakhiri pernikahan kita Zi." Tegas Gavin.
"Kamu tau aku sangat mencintai kamu Zi, bagaimana mungkin aku bisa melepaskan kamu demi wanita lain,,"
"Aku minta maaf karna sudah menyakiti perasaan kamu. Aku tidak tau lagi harus bagaimana Zi, yang ada dalam pikiranku saat itu hanya ingin memiliki seorang anak. Tapi aku tidak pernah berfikir untuk mengakhiri pernikahan kita,,,"
Gavin kembali meraih tangan Zia, kali ini dia menggenggamnya erat. Dia menatap Zia dengan sorot mata yang dalam penuh cinta.
"Aku mohon jangan pernah berfikir untuk mengakhiri pernikahan kita. Kita akan berjuang lebih keras lagi,," Ucap Gavin tulus.
Zia langsung menghambur kepelukan suaminya dengan perasaan haru.
...***...
Sudah like.?
sudah vote.?
😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Yetti Tya
semiga gavin g goyah
2022-03-28
0
Endang Priya
kalo jadi ibu mertua dan menyuruh menantu wanitanya mengizinkan anak lelakinya menikah laki..cb fikirkan andai posisinya dibalik or anak perempuan kalian yg mengalami semua itu bisakah kalian sabar dan ikhlas anak kalian dimadu..
2022-01-07
0
Anna Malik
gakuaddddd 😭😭😭😭😭😭😭😭
2021-09-03
0