Aluna duduk berdampingan dengan Ronal di depan ruang ICU tempat Ibu Aluna dirawat. Ronal memandang Aluna dalam. Dia melihat ada begitu beban berat yang Aluna alami namun Aluna bersikap seolah semua baik-baik saja.
"Sejak kapan Ibu mengalami koma?" tanya Ronal memecah keheningan.
"Sebulan kak. Ibu kelelahan dan terjatuh, namun ibu langsung koma sampai saat ini," jelas Aluna. Dia berusaha membendung airmatanya agar tidak terjatuh.
"Menangislah Lun. Keluarkan semua keluh kesah yang ada dihatimu karena kamu akan sakit saat memendam semuanya sendirian. Maafin kakak baru aja bisa menghubungi kamu,"
"Boleh aku memeluk kakak?" tanya Aluna pelan. Ronal tersenyum mendengar permintaan Aluna.
"Tentu saja boleh Lun. Kapan saja kamu butuh pelukan kedua tangan kakak terbuka lebar untukmu," Ronal merentangkan kedua tangannya. Aluna pun memeluk Ronal erat kemudian menangis terisak. Ronal yang mendengar isakan Aluna hanya terdiam entah mengapa hatinya merasa sakit seperti merasakan apa yang Aluna rasakan.
Hampir lima belas menit Aluna terus terisak tapi dia tidak berbicara sepatah katapun. Ronal juga ikut terdiam membiarkan Aluna menangis dalam pelukannya.
"Kadang aku lelah kak. Aku ingin menyerah dengan keadaan ini . Namun saat aku teringat Ardian aku berusaha meyakinkan hatiku bahwa belum saatnya aku mengalah. Aku hanya berusaha berdamai dengan takdir yang sudah Tuhan gariskan untukku. Aku yakin rencana Tuhan pasti indah untukku hanya saja jalannya penuh lika-liku," Aluna menjeda ucapannya. Ronal masih diam mendengarkan.
"Aku kadang ingin berbagi cerita maupun beban hidup aku namun sampai saat ini belum ada yang bisa kupercaya. Aku hanya tidak ingin orang lain kasian padaku " Lanjut Aluna. Setelah puas menangis dia merasa beban di hatinya sedikit berkurang.
"Kakak sudah kembali Lun. Kamu bisa berbagi cerita dengan kakak. Mau mengeluh pun kakak akan mendengarkan. Jadi, kalau ada masalah jangan pernah sembunyikan dari kakak," kata Ronal sambil mengusap kepala Aluna pelan. Aluna melepaskan pelukannya setelah merasa hatinya merasa lega.
Andai kamu mau menerima bantuan papa, andai kamu tidak mementingkan egomu sendiri, kamu tidak mungkin semenderita ini Lun.
"Ngomong-ngomong kamu kok jalan kaki? Kemana motor kamu?" tanya Ronal.
"Aku gadaikan kak," jawab Aluna berbohong.
"Digadaikan?" Ronal mengerutkan keningnya. Aluna mengangguk pelan.
"Terus balapan kamu gimana?"
"Aku udah minta keringanan kalau tiap tanggal 25, aku pinjam motornya setelah itu aku kembalikan,"
"Terus kapan motor kamu kembali?"
"Kalau aku bisa mengganti biaya gadainya," Aluna berkata dengan nada malas.
"Emang berapa?" Ronal terus bertanya karena dia sangat penasaran.
"40 juta dengan bunga 25% tiap bulan," Ronal tertegun mendengar jawaban Aluna.
"Kamu gadaikan dimana? Kenapa bunganya sangat besar?" Aluna hanya diam tidak berani menjawab karena dia takut kebohongannya akan terbongkar.
"Lun..." panggil Ronal namun Aluna tidak menggubrisnya.
"Biar kakak bayarkan ya. Kakak tahu itu motor kesayangan kamu kan?"
"Terima kasih kak, tapi gak usah kak. Aku mau berusaha sendiri gak mau merepotkan orang lain kak," Aluna menolak tawaran Ronal dengan halus.
"Kakak gak merasa di repotkan Lun,"
"Kak,"
"Iya iya deh Lun. Kamu masih kerja di Perusahaan Alexander kan?" Aluna mengangguk malas. Mendengar nama perusahaan Alexander Aluna merasa kesal karena teringat bos nya yang menyebalkan.
"Besok kakak anter ya, lumayan kan irit ongkos," goda Ronal. Aluna tersenyum simpul. Malam itu Ronal menemani Aluna tidur di depan ruang ICU. Aluna memaksa Ronal agar pulang saja namun Ronal tetap bersikukuh menemani Aluna dirumah sakit.
jangan lupa tinggalkan like ya gaess....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
andi hastutty
sabar Aluna akan indah pada waktunya
2022-11-28
0
Surtinah Tina
siapa Ronal
..
2022-05-31
1
Heny Ekawati
kayakx ronal suka sama luna
2021-11-05
0