18

"Jo," panggil Tuan Davin.

"Iya Tuan,"

"Kamu ikuti gadis gila itu. Aku gak mau sampai motorku lecet sedikit pun. Kamu harus pastikan motorku baik-baik saja," titah Tuan Davin.

"Baik Tuan, kalau Nona Aluna yang terluka bagaimana Tuan?" sindir Asisten Jo.

"Bukan urusanku. Biar saja itu menjadi urusan pacar jeleknya itu," kata Tuan Davin dengan nada jutek. Asisten Jo tersenyum sinis.

Cih! gengsi anda kenapa setinggi langit Tuan? bilang saja anda mengkhawatirkan Nona Aluna.

Asisten Jo pun berpamitan kepada Tuan Davin kemudian pergi membututi Aluna. Dia sengaja ganti motor untuk memudahkan dirinya dalam misi membututi Aluna. Hampir dua puluh menit dia mengekor dibelakang motor Aluna kemudian dia ikut berhenti tatkala melihat Aluna berhenti di sebuah arena balap motor. Kemudian dia melihat Aluna di hampiri oleh beberapa orang. Asisten Jo mengabadikan momen itu lewat kamera ponsel kemudian mengirimkannya ke nomer Tuan Davin. Dia pun tersenyum simpul.

sekali-kali mengerjai Tuan Muda tidak dosa kan? Aku yakin Tuan Muda pasti sekarang lagi uring-uringan di kamar. Bilang tidak suka tapi di kantor cuma mantengin CCTV doang. gusar gusar deh.

Asisten Jo kemudian menatap ke arah Aluna lagi dan alangkah terkejutnya saat melihat Aluna sudah bersiap di garis start untuk balapan.

"Astaga, apa itu benar Nona Aluna?" tanya Asisten Jo pada diri sendiri.

Tiba-tiba ponsel Asisten Jo berdering. Tuan Davin memanggil dan Asisten Jo tersenyum tipis.

"Jo, apa maksud kamu mengirim foto gadis genit itu?"

"Maaf Tuan, saya hanya mau menunjukkan kalau motor anda baik-baik saja,"

"Aku tidak bodoh Jo,"

"Saya tahu Tuan. Apa Tuan mau lihat sedang di pakai buat apa motor anda?"

Tanpa banyak bicara Tuan Davin lalu mengganti panggilan suaranya menjadi panggilan video.

"Kamu di mana Jo? Apa kamu sedang kencan di semak-semak? Kenapa remang-remang?"

Asisten Jo tidak menjawab karena dia sedang berjalan mendekat ke arena balapan.

"Permisi mas, kalau boleh tahu itu yang jadi joki balap motor hitam itu siapa ya?" Tuan Davin mengerutkan keningnya karena bingung mendengar pertanyaan Asisten Jo.

"Oh itu, Neng Salsa," Suara asing terdengar di telinga Tuan Davin dan dia pun semakin penasaran tapi dia hanya diam mendengarkan karena dia lelah memanggil Asisten Jo namun tak pernah dijawab.

"Salsa? Berarti dia cewek?"

"Iya mas, walaupun cewek tapi dia jagoannya disini mas. Dia primadona nya di sini," jelas mas-mas di samping Asisten Jo.

"Memang hadiahnya besar mas?"

"Tergantung lawannya mas, kalau lawannya bagus ya taruhannya besar,"

"Kalau sekarang ini taruhannya berapa mas?"

"Pemenangnya dapat 50 juta mas," Asisten Jo melongo mendengar jawaban mas-mas itu. Dia tidak menyangka jika hadiah balapan ini besar juga.

"Sering mas, ada balapan di sini?"

"Rutin mas, tiap tanggal 25."

"Oh pantesan," Asisten Jo pun sekarang paham kenapa Aluna mengajukan persyaratan itu.

"Halo Jo, kamu lagi ngapain sih? Percuma vidio call cuman gelap gulita saja,"

"Sebentar Tuan, jangan di matikan," Tuan Davin pun menurut dia hanya diam mendengarkan. Tapi dia sekarang tahu kalau Asisten Jo sedang di arena balap.

"Eh Mas, jangan-jangan anda intel ya? Kenapa dari tadi nanya-nanya mulu," Suara Mas itu sedikit gemetar.

"Bukan mas, saya hanya penasaran saja,"

"Oh iya mas, soalnya arena balap ini sudah berada di bawah naungan Tuan Ronal jadi aman mas,"

"Ronal?"

"Iya, Kakak angkat Neng Salsa,"

"Kakak angkat? Memang yang namanya Ronal yang mana?"

"Itu yang pake jaket hitam," Sambil menunjuk seorang lelaki tampan yang berdiri tidak jauh dari Aluna. Alangkah terkejutnya Asisten Jo, ternyata lelaki itu sama dengan lelaki yang mengantar Aluna ke kantor. Asisten Jo melihat layar ponselnya namun ternyata Video call nya sudah terputus. Dia pun menghela nafas dalam kemudian fokus menatap ke arah para joki balap.