Aluna berlari kencang melalui koridor rumah sakit setelah mendapat panggilan kalau ibunya tiba-tiba kritis. Sesampainya di depan ruang ICU dia berhenti dan menatap Ardian yang sedang menangis.
"Dek," panggil Aluna lirih. Matanya mulai terlihat basah sejak melihat Ardian menangis.
"Kakak," Ardian langsung berlari memeluk kakaknya erat.
"Aku takut Kak, aku takut ibu kenapa-napa," kata Ardian sambil menangis.
"Ibu pasti baik-baik saja Dek," Aluna berusaha menguatkan Ardian meski hatinya mulai meragu.
"Tapi aku takut, Kak. Tadi ibu sadar sebentar terus dia nyari Kakak, aku bilang Kakak masih kerja." Mendengar perkataan Ardian, Aluna lalu melepaskan pelukannya dan memegang erat kedua bahu Ardian.
"Kenapa kamu tidak bilang sama Kakak?" tanya Aluna penuh penekanan.
"Sudah Kak, tapi Kakak tidak angkat panggilan aku karena sedang balapan kan," jawab Ardian. Aluna pun teringat kalau di layar ponselnya ada notifikasi puluhan panggilan dari Ardian.
"Maafin Kakak, Dek," ucap Aluna penuh penyesalan.
"Tidak apa-apa Kak. Semua bukan salah Kakak, Ibu cuma berpesan aku gak boleh nakal, kuliah yang serius dan harus nurut sama Kakak. Dia juga berpesan Kakak harus jagain aku, Kakak harus jadi gadis yang kuat dan ibu juga minta maaf karena ibu sudah memberi Kakak beban selama ini," Ardian berhenti bicara. Airmatanya terus mengalir di pipinya. Aluna pun tak sanggup lagi membendung airmatanya lagi.
"Aku takut Kak karena ibu bilang, apapun yang terjadi aku dan Kakak harus menerima dengan ikhlas walaupun ibu pergi menyusul ayah ke surga," Hati Aluna rasanya seperti di remas kuat mendengar ucapan Ardian. Hatinya rasanya gelisah tak karuan. Tiba-tiba seorang Dokter membuka pintu ruangan itu. Aluna dan Ardian pun berjalan menghampirinya. Dari raut muka Dokter itu Aluna tahu bahwa keadaannya tidak baik-baik saja.
"Bagaimana ibu saya, Dokter?" tanya Aluna gemetar. Dokter pun menghela nafas panjang.
"Maaf nona, Ibu anda sudah meninggal. Kami sudah berusaha sebisa mungkin namun takdir berkehendak lain," jawab Dokter itu lirih sambil matanya berkaca-kaca. Mendengar ucapan Dokter itu tulang-tulang di tubuh Aluna seketika terasa melemas. Dia jatuh terduduk di lantai rumah sakit sambil menangis terisak. Sedangkan, Ardian memukul tembok rumah sakit untuk menyalurkan rasa sakit di hatinya, dengan sekuat tenaga Aluna pun berdiri dan berjalan masuk ke ruangan itu. Dia melihat tubuh ibunya yang telah kaku namun dia seolah melihat ibunya tersenyum padanya. Kemudian dia mendekat dan memegang tangan ibunya yang telah dingin.
"Bu bangun, bu. Bangun Bu," panggil Aluna sambil menggoyangkan tubuh ibunya pelan.
"Aluna tahu ibu cuma tidur kan? Ibu tidak mungkin ninggalin Aluna dan Ardian sendirian kan bu? Bangun bu, ada banyak hal yang mau aku ceritain ke ibu. Bangun bu, aku rindu masak bareng ibu," Dokter dan perawat yang mendengar ucapan Aluna itu pun merasa tak tega. Ardian kemudian masuk dan memeluk kakaknya erat. Ardian hanya menangis sembari memeluk kakaknya.
"Dek. Sekarang kita cuma berdua Dek," kata Aluna dengan airmata yang berderai di pipinya. Aluna menghela nafasnya dalam-dalam.
"Bu, aku akan penuhi perkataan ibu. Aku akan jadi gadis yang kuat bu dan aku akan menjaga Ardian. Kalau nanti ibu sudah bertemu ayah, sampaikan salam aku untuk ayah ya bu. Semoga ayah dan ibu bahagia di surga," kata Aluna sambil menghapus airmatanya. Dan patah hati yang paling menyakitkan adalah saat orang yang kita sayang meninggalkan kita untuk selama-lamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
andi hastutty
jadi sedih yg sabar Aluna dan Adrian 😭😭😭😭🤫🤫
2022-11-28
0
Bunga Tanjung
😭
2022-07-22
0
Surtinah Tina
sabar dan ikhlas ya Aluna...😭😭😭😭
2022-05-31
0