13

Asisten Jo tersenyum puas. Dia yakin Aluna pasti memilih pilihan kedua karena dia sengaja membuat pilihan pertama begitu berat. Baru tadi malam Tuan Doni memerintah dia bagaimanapun caranya agar Tuan Davin dan Aluna bisa menikah dan sepertinya dewi fortuna sedang memihak padanya.

Aluna berulang kali menghela nafas panjangnya.

"Tuan," panggil Aluna pelan. Tuan Davin dan Asisten Jo hanya diam menunggu jawaban dari Aluna.

"Saya memilih pilihan yang pertama,"

Sontak Tuan Davin dan Asisten Jo kaget mendengar jawaban Aluna. Mereka tidak menyangka jika Aluna akan memilih membayar ganti rugi yang begitu besar daripada menikah dengan Tuan Davin.

Tuan Davin meremas pulpen yang dia pegang. Dia tidak menyangka jika ada wanita yang berani menolaknya mentah-mentah.

"Anda yakin, Nona?" Asisten Jo memastikan bahwa dia tidak salah dengar.

"Saya yakin seratus persen Tuan. Silahkan Tuan mengambil motor saya tapi saya punya syaratnya,"

"Berani kamu memberi syarat kepadaku? Kamu pikir kamu siapa?!" bentak Tuan Davin. Entah mengapa, suasana hati Tuan Davin mendadak buruk setelah mendengar penolakan dari Aluna.

"Maaf Tuan, Setuju atau tidak setuju saya tetap akan mengajukan persyaratan Tuan,"

"Apa persyaratannya Nona?" tanya Asisten Jo mencegah Tuan Davin yang hendak protes lagi.

"Setiap tanggal 25 saya mau meminjam motor saya semalam saja dan juga karena anda yang menyimpan motor saya maka anda pula yang berkewajiban membayar cicilan motor saya,"

"Ohh My God!" Tuan Davin mengusap wajahnya kasar. Dia seperti kehabisan kesabaran menghadapi Aluna.

"Nona," panggil Asisten Jo pelan.

"Sudahlah Jo, terima saja. Segera saja lunasi cicilan motornya. Sungguh memalukan! Keren-keren tapi motor masih kredit," cela Tuan Davin. Aluna tersenyum bahagia.

Yes! Akhirnya motor gue lunas juga. Batin Aluna girang.

"Terima kasih atas pujiannya Tuan, ternyata anda mengakui kalau saya keren," Aluna menyengir sedangkan Tuan Davin hanya berdecih sebal.

"Jangan kepedean!"

"Saya tidak kepedean Tuan. Saya hanya berterima kasih karena anda sudah memuji saya. Apa ada lagi Tuan?" tanya Aluna.

"Tidak Nona. Hanya saja mulai hari ini motor Nona akan kami sita," Jelas Asisten Jo.

"Oke deh. Kalau begitu saya pamit Tuan. Jangan lupa dua hari lagi saya pinjam motornya semalam saja " kata Aluna sambil berlalu pergi. Ketika pintu ruangan Tuan Davin sudah tertutup rapat dia lalu melempar pulpen yang sedari tadi di pegangnya.

" SIALAN !! Dasar tidak tahu sopan santun. Dia cuma bawahan disini tapi kenapa dia begitu berani?! seolah ini perusahaan miliknya saja!" omel Tuan Davin.

Dan anda hanya diam tidak melawan Tuan. Biasanya saat ada yang berani menatap tajam anda sebentar saja kuku taring anda langsung keluar tapi di depan Nona Aluna anda seolah mengalah. Asisten Jo memandang Tuannya yang sedang emosi sambil menghela nafas kasar.

"Tanggal 25 nanti ikuti dia Jo. Kita cari kelemahannya agar dia tidak berani angkuh lagi," Asisten Jo hanya mengangguk mendengar perintah Tuannya. Akhirnya, hari ini Tuan Davin hanya duduk gusar di kursi kebesarannya tanpa melakukan apapun bahkan Asisten Jo harus mengatur ulang jadwal rapat yang harusnya dilakukan hari ini.

-------@@@@@---------

Aluna berjalan gontai menuju rumah sakit. Malam ini dia akan tidur dirumah sakit untuk menemani ibunya. Beruntung jarak kantor ke rumah sakit tidak begitu jauh jadi dia bisa jalan kaki untuk mengirit ongkos. Saat sedang berjalan tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti disampingnya, Aluna pun menoleh dan alangkah terkejutnya saat melihat siapa yang duduk dibalik kursi kemudi.

" Kak Ronal " Panggil Aluna girang. Ronal tersenyum lebar kemudian turun dari mobil menghampiri Aluna dan memeluknya.

" Aku merindukanmu kelinci kecilku " Kata Ronal sambil mempererat pelukannya. Aluna hanya menikmati pelukan Ronal. Pelukan yang selama ini sangat ia rindukan.