Tanpa terasa dihari itu, Juni tetap berada dikamarnnya hingga malam tiba.
Karena keadaan rumahnnya saat ini kurang baik dia memutuskan untuk tidak keluyuran seperti malam-malam sebelumnya.
Tetap berada didalam kamar dengan pikiran yang juga runyam memikirkan hal yang sama dengan pikran ayahnya yaitu solusi tentang usaha yang dibangun ayahnya agar tidak mengalami kebangkrutan namun tidak ada satupun ide dalam benaknnya.
Ayah bram yang tadinya ada diruang kerjannya sekarang sudah berada dilantai bawah tepat dibawah kamar Juni.
Beberapa kali Juni mendengar dari lantai atas kamarnya, ayahnya sedang berbicara ditelepon. Ayahnya yang sedang menghubungi semua relasi yang pernah menjadi rekan kerjannya dulu untuk membantunya dalam menyelesaikan masalah perusahaannya.
Tapi dari pendengaran Juni tidak ada satupun yang mau membantu dengan berbagai macam alasan ada yang bilang perusahaan mereka juga mengalami kesulitan, ada yang bilang kondisi pasaran lagi tidak kondusif dan ada yang terang-terangan bilang uang yang akan dipinjam sangat besar jumlahnya dan tidak sesuai dengan jaminan yang akan diberikan Ayah bram.
Juni yang mendengar itupun segera menutup telinganya dengan bantal berusaha untuk tidak mendengar pembicaraan ayahnya.
"Cling" bunyi nada pesan dari ponsel Juni terdengar. Juni membuka pesan yang dikirim oleh Trala. Pesan itu dibaca Juni
( Isi pesan Trala untuk Juni )
Jun...
Kapan sekolah?
Aku dah kangen gak bisa main lagi sama kamu.
ping
ping
Juni yang membaca itu merasa senang masih ada seorang teman yang memperhatikannnya. Dengan cepat jarinya sudah berusaha untuk menghubungi Trala disambungan telepon.
"Hallo say " jawab Trala yang sudah berbicara disambungan telepon.
"Besok aku masuk kok Trala, kenapa udah kangen ya!" kata Juni yang masih berbaring diranjangnya.
" Ya iyalah, kangen banget. Aku gak ada temen buat nongkrong malam-malam. Sekolah tu masih ramai sich karena ada aku, tapi berasa tetep kurang gak ada kamu" Trala mengutarakan kehampaan hatinya tanpa sehari bersama Juni.
"Kamu dimana? " tanya Juni kepada Trala.
"Di hatimu" jawab Trala sambil bercanda dengan sahabatnya.
"Seriusan oncom" balas Juni yang bertanya serius malah dijawab candaan oleh Trala.
"Ya mau dimana lagi, ya dirumah lah. Aku bosen dirumah ada mami sama papi" Trala yang juga sedang terbaring didalam kamarnya berguling-guling tanpa ada sesuatu yang dilakukannya.
"Gimana sich sama orang tua kok gak nyaman" jawab juni.
"Gimana mau nyaman coba! yang satu mau aku begini yang satu mau aku begitu berasa pingin belah badan ini jadi dua biar mereka bisa ngatur anaknya sesuai keinginannya masing-masing" jawab Trala yang sudah merasa agak kesal dengan kelakuan orang tuanya yang kalau sudah kumpul dan ada dirinya dirumah pasti tidak lain dan tidak bukan mempermasalahkan jati diri Trala.
"Ya udah sabar cinta, namanya juga orang tua mau yang terbaik buat anaknya" jawab Juni yang masih mendengar Trala mengeluh dengan sikap orang tuanya.
"Eh say, gimana trus masalah Ayah Bram. Udah selesai? " tanya Trala yang sudah duduk dipinggir ranjang melihat boneka pandanya yang ada dimeja rias sedang melihat dirinya.
"Gak tahu trala. Bingung aku. Ayah dari tadi neleponin rekan kerjanya tapi belum ada aku dengar kabar bagus. Semua menjawab dengan jawaban tidak bisa dengan berbagai alasan" kata Juni
"Aduhhh, kasihan aku sama Ayah Bram" Trala yang sudah berdiri mendekati boneka pandanya dan mengambil boneka itu.
"Apalagi aku oncom, dari tadi pagi aku pusing mikirin solusi yang sudah pasti gak bisa aku selesaikan" kata Juni
"Apalagi ini menyangkut usaha ayah, kata mami ayah bisa bangkrut dan banyak karyawannya akan diPHK. Ayah berpikir lebih kepada ratusan karyawannya yang akan kena dampak makanya dia usaha terus" lanjut Juni panjang lebar dengan seorang Trala yang masih mendengar dirinya.
"Aku juga sedih atas musihab ini sayyy. Aku berharap ayah bram dapat menyelesaikannya tanpa ada yang tersakiti" Trala sudah berbaring lagi diranjang merah mudanya dengan sudah memeluk boneka pandanya didadanya.
"Makasiii Trala, aku juga lebih berharap ada keajaiban" sahut Juni.
Juni mendengar kalau ada tamu yang datang kerumahnya sedang berbicara dengan ayah dan ibu diruang tamu.
"Siapa yang sedang berbicara dengan ayah dan ibu" kata Juni yang masih menempelkan layar ponsel yang masih tersambung dengan Trala.
Mendengar gerutu Juni, Tralapun bertanya "Siapa Juni?"
"Gak tahu aku, ada tamu mami dan ayah datang kerumah. Ntar dulu ya! aku mau liat dikit aja" kata Juni
Juni bergegas turun dari ranjangnya, dan melangkah membuka pintu kamarnya. Sontak dirinya dikagetkan dengan bentakan sang ayah yang membentak tamu yang datang.
"Tidak bisa, ini tidak ada hubungannya dengan Juni. Juni masih kecil jadi karena saya kepala keluarga disini saya menolah syarat anda" bentak Ayah Bram kepada tamu yang sedang duduk didepannya.
Juni tidak bisa langsung turun karena merasa tidak akan sopan jika dirinya ikut menemui tamu orang tuannya. Juni mengintip dari atas tangga dan hanya bisa melihat dada bidang hingga sampai keujung kaki seseorang yang dibentak oleh ayah.
Mami Sintia yang ada diruang tamupun menenangkan suaminya agar mengingatkan kalau dirinya saat ini tidak terlihat sehat.
"Jangan marah sayang" kata Mami Sintia yang ngelus-elus dada suaminya.
"Hanya itu yang bisa saya tawarkan, jika anda tidak mau perusahaan anda bangkrut dan ratusan karyawan bisa kena dampaknya" kata seseorang yang saat itu terlihat menggenakan setelan jas biru hanya dengan melihat sepatu bermerek yang dikenakannya, bisa ditebak bahwa orang itu adalah rekan kerja aya.h Namun Juni berpikir rekan kerja ayah yang mana yang membuat ayah marah dan menjadikan namanya sebagai topik pembicaraannya.
Juni yang masih memegang ponselnya langsung mendekatkan lagi layar ponsel dan berkata kepada Trala yang masih menunggunya untuk berbicara "Oncom. Aku matiin dulu ponselnya ntar aku telepon lagi" kata Juni kepada Trala dan dengan gesit jempolnya sudah mematikan panggilannya untuk Trala.
Juni yang merasa sangat penasaran menuruni satu langkah lagi anak tangga dan hanya melihat dagu pria yang menghadap Ayah Bram yang sedang berdiri merasa marah dan tak terima. Ternyata Juni baru menyadari kalau tamu itu tidak datang sendirian, dia ditemani dengan dua orang dibelakangnya yang sedang berdiri seperti sedang menjaga seseorang.
Dua pria yang masih menggunakan seragam yang berbeda, yang satu menggunakan setelan jas hitam dan yang satu menggenakan seragam entah itu seragam seperti apa Juni juga tidak terlalu memperhatikan. Yang dia perhatikan adalah orang yang sedang duduk diruang tamu dan expresi ayahnya yang marah dan menyebut nama dirinya. Juni terlihat fokus mendengarkan percakapan apa yang diperbincangkan.
"Ngapain lagi dia kesini malam-malam setelah memutuskan hubungannya dan kerja samanya dengan ayah?" tanya Juni dalam hati, saat saga memutuskan pertunangan dengan Lisa mungkin masih bisa diterima karena itu memang kesalahan Lisa.
"Tapi kenapa datang kerumah lagi dan menemui ayah untuk apa orang ini melakukannya?" lanjut Juni masih seolah berbicara sendiri didalam hatinya dan pertanyaan itu sendiri tidak bisa dicerna oleh kepala dingin Juni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
niam
keren
2020-05-26
2
Jolenjojo Jjolen
mantap
2020-05-24
2
🌼 Nie-tha 🌼
seru juga ceritanys
2020-05-13
2