"Kenapa kamu gak bilang Juni, mamikan bisa nyelesaiin supaya ayah gak tahu" mami Sintia berbicara sambil terus menangis.
"Kalau kayak ginikan kasihan diayah, mami jadi gak bisa lindungi ayah" lanjut mami Sintia sambil terus sesegukan menangis.
"Liat kan! gara-gara kamu mami aku nangis kayak gini" potong pembicaraan antara mami dan Juni dengan malah menyalahkan Juni atas kejadian yang terjadi.
"Diam kamu Lis, jelas-jelas ini masalah berasal dari kamu. Kenapa malah nyalahin adik kamu yang berusaha ingin melindungi mami dan ayah" teriak mami Sintia kepada anak sulungnya yang bukannya ikut merasa bersalah dan menyelesaikan masalah yang dia bikin malah terus menyalahkan adiknya.
"Mami kok belain dia sich!" tunjuk tangan Lisa kearah Juni yang juga merasa akan meneteskan air mata.
"Bukan belain, emang semua dari kamu awalnya. Jangan terus nyalahin adik kamu, Juni gak tahu apa-apa" kata mami Sintia yang menangis lebih keras lagi karena perkataan Lisa yang terus memojokkan adiknya.
"Belain aja terus biar ngelunjak ampe ubun-ubun" kata Lisa sinis kepada Juni yang masih berdiri disamping maminya sembari tetap memeluk pundak maminya.
"Kamu tuch udah umur kepala tiga, bukannya tambah dewasa malah tambah kayak anak kecil. Kamu kenapa kayak gini tambah bikin mami pusing, kasih mami satu hari aja merasa bahagia" mami Sintia bersuara parau seolah minta belas kasih dari anak paling sulungnya.
"Aukkk ahhh serah" Lisa dengan gampangnya menjawab perkataan maminya dengan kata yang terdengar kurang aja dan tak ada sopan-santunnya sebagai anak paling tua kepada maminya. Lisa membanting dirinya diatas sofa dan dengan enteng membaringkan badan diatas sofa.
"Kakak ini beneran udah kelewatan. Ihhhhh, kalau bukan kakak udah aku gampar dari tadi" kata Juni yang sontak membuat lisa berdiri dari pembaringannya dan menunjukan expresi marah "Lu mau apa? mau gampar? ini gampar" Lisa menyerahkan pipinya untuk digampar oleh Juni "Mau yang mana kiri atau kanan?" lanjut lagi Lisa yang terus mempropokasi juni agar memukul dirinya.
Juni sangat berusaha untuk mengontrol emosinya, tangannya sudah terkepal sejak Lisa memprovokasinya namun maminya yang masih berdiri disampingnya memegang tangan Juni agar tidak ikutan terpancing naik darah.
"Kok diem, takut? Lisa yang kembali duduk disofa dan meminum botol yang berisikan minuman keras.
Trala menghampiri Lisa yang meminum minumannya dan segera mengambil botol minuman yang sedang ditenggak Lisa "Ini orang udah sinting, ayah lu lagi sakit lu malah minum ginian. Otak lu dimana ****" Trala berkata kepada Lisa karena dirinya sudah tak bisa mengontrol emosinya yang melihat Lisa dari tadi bikin semua orang marah. "Bunda, maaf anaknya ini harus dikasih tahu biar gak ngelunjak" lanjut Trala yang meminta maaf kepada mami Sintia yang melihatnya memarahi Lisa.
"Diam lu be*cong! lu gak ada urusan dirumah gue. Pulang lu sana, rumah ini gak nerima be*cong kayak lu" Lisa berkata sangat kasar didepan Trala saat itu.
Kalau gak ada bunda Sintia mungkin sekarang si Lisa udah jadi pergedel jagung dibuat Trala. Mami sintia yang mendengar perkataan Lisa kepada Trala sangat terpukul dan segera menghampiri Lisa dan melayangkan tamparan keras dipipi sebelah kanannya.
"Mami gak tahu hati kamu ini terbuat dari apa, salah mami apa sampai punya anak kayak kamu Lisa" kata mami Sintia setelah menampar Lisa didepan Juni dan Trala. Mami Sintia menangis lagi dengan keras merasa kalau Lisa seperti sudah bukan anak yang dia kenal dahulu anak yang ramah, baik dan penurut. Lisa yang dulu seakan sudah berubah menjadi Lisa yang tidak maminya kenal.
"Puas lu" Lisa berteriak tepat diwajah Juni yang masih terbelalak dengan sikap maminya yang sontak menampar Lisa. Jelas perkataan terakhir Lisa sebelum dirinya pergi meninggalkan ruangan ditujukan kepada Juni. Juni tambah merasa heran kenapa kakaknya itu sangat membenci dirinya padahal tidak sedikitpun Juni merasa marah atau benci dengan Lisa yang menjadi kakaknya itu.
Juni yang tersadar dari rasa kagetnya berbalik arah melangkah ingin mengejar kakaknya yang saat itu terlihat sedang mabuk, namun maminya langsung menghentikan langkah dari juni "Stop jun! jangan dikejer biarin aja kakak kamu pergi"
"Tapi mami, kak Lisa lagi mabuk nanti kalau kenapa-napa dijalan bisa bahaya" kata Juni yang setelah mendapatkan perlakuan kasar dari Lisa tetap berada khawatir kepada kakaknya itu.
"Udah biarin aja lah, mami gak tahu apa yang bakalan dia lakukan kalau kamu ngejer dia sekarang nanti kalau udah tenang mungkin dia pulang lagi. Kakak kamu kan emang kayak gitu dari dulu" mami Sintia mengingatkan Juni tentang kebiasan buruk Lisa kalau lagi mabuk dan kalau sudah sadar dari mabuknya seperti apa.
"Iya deh mami " Juni yang tidak lagi menentang perkataan maminya. Juni memeluk maminya dengan sangat erat merasa sangat kasihan dengan wanita yang sedang dipeluknya.
***
Setelah menunggu hampir setengah jam lamanya, dokter yang memeriksa keadaan ayah Bram turun dari tangga dan menghampiri orang-orang yang sudah lama menantinya.
"Gimana dok keadaan suami saya?" tanya mami Sintia.
"Iya dok, ayah saya baik-baik saja kan?" tanya lagi Juni yang juga merasa sangat khawatir dengan kondisi ayahnya.
"Begini Ibu,Dek, bapak Bram tidak apa-apa hanya sedikit pingsan karena kaget dan tentunya kelelahan. Ini saya beri resep untuk ditebus diapotik terdekat. Untuk sementara Bapak Bram jangan terlalu banyak berpikir dan rehat sejenak dari rutinitas pekerjaannya. Selebihnya Bapak Bram tidak apa-apa" dokter memberikan penjelasan tentang kondisi Bapak Bram yaitu Ayah Juni dan tak lupa dokter menyodorkan selembar resep obat untuk ditebus nanti.
"Terimaksi banyak dok" Mami Sintia menghela nafasnya seakan sudah lega mendengar kalau suaminya tidak mengalami hal yang serius.
"Oke kalau gitu saya ijin permisi dulu buk" pamit Dokter kepada semua orang yang ada diruangan terutama kepada Mami Sintia.
"Iya Dokter, makasi sekali lagi" kata Mami aintia yang sudah tidak menangis lagi.
"Aku anter dokter" kata Juni yang mengikuti langkah Dokter menuju pintu rumah. Juni mengantar Dokter sampai didepan rumah dan memastikan kalau Dokter itu memasuki mobilnya dan menghilang dibalik gerbang rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Sofi S
sy jg aneh bacanya thor sedikit pingsan berarti setengah sadar..klu menyebut bu jgn buk lah thor ga enak bacanyaa👌👌👌
2021-01-13
2
indahjazz17
thor sedikit pingsan itu Sprti apa siii.....yg aku tau sedikit syokk
2020-09-11
5