Stage 9 Flashback onn 3

Aku menikmati indahnya gelap di siang hari

Aku menikmati dinginnya malam ditengah teriknya panas

Aku melakukannya untukmu

Seseorang yang tak pernah menyadari itu

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

POV Rendra

Aku seperti ingin marah saat melihat Krisna seperti itu. Sangat tidak sopan untuk kategori study tour. Mengenakan celana bokser, kaos pendek, dan sendal jepit. Astaga apa-apaan ini. Aku saja sebagai temannya malu apalagi Krisna. Apakah dia tidak merasa aneh dengan penampilannya?. Tinggiku 170cm dengan BB 55kg dengan kulit kuning langsat, mata bulat dan rambut tersentuh pomade. Bukankah itu kategori ideal? Mungkin iya bagi kebanyakan wanita, tapi tidak untuk yang satu ini. Dia wanita sederhana bahkan teramat apa adanya. Krisna bukan seorang aktivis kelas bukan juga pendiam. Semua tentangnya berada di garis rata-rata. Dia mengikuti ekskul elektro di kelas VII dan sekarang mengikuti ekskul Debat Bahasa Inggris di kelas VIII ini. Kelas VII saja aku yang selalu mengerjakan tugas elektronya. Haha aku merasa lucu melakukan sesuatu yang seperti tidak dianggap. Aku memarahinya habis-habisan saat pertama melihat penampilan Krisna. Bodohnya, dia dengan lugu mengakui kesalahannya. Bukan seperti wanita yang selalu menang sendiri. Sekarang Krisna tidak memakai jaket.

"Iya, kemarin aku buru-buru," begitu Krisna menjawabnya.

Sudah kutebak dya itu pelupa.

"Kamu pakai sendal?",aku bertanya. Dan jawabannya pun sesuai tebakanku. Aku semakin gemas melihat tingkah konyolnya.

Segera ku pakaikan jaketku. Akupun segera berlari mengambil sepatuku lalu memakaikannya. Takut Krisna sudah berjalan jauh. Krisna sedikit gugup saat aku memakaikan sepatuku untuknya. Bisa kulihat dari gerakan kakinya yang agak sungkan. Krisna celingukan. Mungkin malu atau takut ada yang melihat. Tapi tidak denganku. Justru aku sengaja berlama-lama berharap seseorang mengabadikan momen langka ini. Selesai memakaikan sepatu, aku memakaikan topiku juga. Setelah itu aku menggandeng tangannya mengajak Krisna menyusul yang lain. Krisna tidak menolak.

"Dya memang terlalu polos," pikirku.

Sampai di Planetarium hawa dingin menyambut merasuk tulang. Ya Tuhan, aku saja kedinginan apalagi Krisna. Aku yakin dya tidak bisa menahan kedinginan. Sepanjang sejarah dimulai hingga merasakan seperti roket meluncur, aku tak henti-hentinya memeluk diriku sendiri. Berharap Krisna disampingku dan aku bisa memeluknya. Sekitar dua jam aku menahan hawa dingin hingga akhirnya semua selesai dan roket kembali ke bumi. Lega rasanya. Perlahan hawa panas mulai menyentuh tubuhku lagi.

"Pertunjukan telah selesai, semua siswa boleh keluar". Begitu aba-aba yang terdengar dari ruangan.

Aku keluar mencari dimana Krisna berasa namun tak kunjung kutemukan. Aku berjalan bersama teman-temanku menghilangkan hawa dingin yang masih tersisa. Namun tiba-tiba ada yang memanggilku.

"Rendra, kamu dimana? Kamu kedinginan kan?," Krisna bertanya padaku.

Akhirnya yang diharapkan datang juga.

Aku tidak menjawab malah aku langsung memeluknya. Membawanya kedalam dekapanku. Kubiarkan Krisna menikmati dinginnya tubuhku.

"Ijinkan aku sebentar saja menikmati ini," aku berkata pelan.

Krisnapun mengangguk pelan.

"Cieee... Tempat umum Ren, nggak malu ya?," ledek teman-temanku bersamaan.

Astaga, aku lupa ini di tempat umum. Aku dan Krisna pura-pura tidak mendengar dan langsung menyusul yang lain.

"Setelah ini kita menuju Monas," tutur Bapak Wali Kelas memberi arahan.

Aku dan Krisna berpisah. Berjalan layaknya tidak terjadi apa-apa. Hingga sampai di Monas, aku melihat Krisna duduk dikursi pinggir taman.

"Kenapa Kris?," aku bertanya.

"Aku capek Ren. Kakiku nggak betah pakai sepatu. Panas juga," ucap Krisna.

"Yaudah, aku lepas ya," lirihku. Aku tidak mau Krisna malu karena orang lain mendengarnya.

"Eh tidak usah ren aku malu," ucap Krisna.

"Setelah dari tadi kita malu-maluin, baru sekarang kamu sadar?," aku mengejek sambil mencubit hidungnya.

"Heh, nggak sopan kamu ren," Krisna berteriak sambil mengangkat sepatunya.

"Yakin mau jalan pakai sepatu sebelah wkwk,"

aku menjulurkan lidah merasa menang atas semuanya.

Andai kamu tahu tentang rasa yang bersarang di hati. Tercipta tanpa ada ruang yang tersisa. Menghimpit hati yang kini semakin sesak. Penuh akan sosokmu yang bersemayam indah di sana. Luas dengan ukiran nama yang tak kalah sempurna. Aku ingin bersamamu, namun bukan sebagai sandaran untukmu. Aku ingin memilikimu, namun bukan sebagai mainan untukku. Tidak munafik dengan rasa yang mulai ada. Akupun pernah merasakannya. Jauh sebelum mengenalmu seutuhnya.

Mungkin ragamu tidak bisa bersamaku, tapi aku percaya hatimu kelak akan menjadi tempat terindahku. Akan menjadi ruang abadi dalam hidupku. Jarak diantara kita yang kini ada hanya untuk sementara. Percayalah jika kita akan disatukan oleh Sang Pencipta. Diam disitu, lalu menengoklah lihat aku yang jauh di belakangmu. Masih tersenyum untukmu. Meski tersenyum karena kepergianmu.

Terkadang aku hanya bisa memandang. Mengingat dengan jelas tentang bayang yang masih tertinggal. Melukis kenangan di tengah kaburnya bayangan. Mengukir nama di tengah luruhnya rasa. Sudah ku katakan, aku tidak mengerti dengan rasa ini. Terkadang aku merindukanmu namun sadar akan sosok yang berdiri teguh disampingmu. Mungkin dia sandaranmu. Atau mungkin dia hanya pengabdi dalam kehidupanmu. Aku tidak berani bertanya. Aku tidak berani menyela. Aku akan membiarkan sosok itu tetap ada. Bahkan aku terlalu rendah hanya untuk menengadah. Bertanya apakah saat ini Tuhan sedang menguji rasa yang ku punya.

Jiwa ini tercabik atas dusta yang tercipta. Tentang cerita yang tanpa sengaja terlontar begitu saja. Dari seseorang yang selalu berada di sampingku meski tidak pernah menganggap kehadiranku. Tidakkah kamu tahu akan rasa yang kupunya untukmu. Tidakkah kamu menyadari akan apa yang terjadi selama ini.

Oh ya, aku lupa jika hatimu masih putih belum ternoda. Bahkan jiwamu masih putih bersih belum terjamah. Aku lupa akan luka yang pernah kamu katakan. Tentang cinta yang pergi begitu saja. Tentang dunia yang berputar dengan sendirinya. Tengtangmu, tentang luka yang pernah kau genggam diatas penderitaanmu. Lalu dengan tega aku akan mengingatkan semuanya. Agar kamu teringat bagaimana sakit yang saat ini kurasa. Tapi maaf aku tidak sepicik itu hanya untuk mencari perhatianmu.

Aku masih punya cara yang lebih dewasa daripada mengingatkan tentang luka yang pernah ada, lalu menemaninya sepanjang masa agar kelak terlihat seperti Sang Dewa. Aku tidak serendah itu. Berkali-kali aku mencoba melupakan, namun yang kudapatkan hanya sebuah kekecewaan. Tentang sebuah kenyataan jika cintamu tak kunjung kudapatkan. Dengan disini, aku akan berusaha mengerti. Tentang hati yang tak lagi dimengerti. Tentang cinta yang tak pernah disadari. Tentang sebuah rasa yang hanya dianggap sebongkah noda.

Tuhan, aku tidak tahu kepada siapa hatiku berlabuh. Aku tidak tahu bagaimana jalan terjalku. Namun hanya satu pintaku semoga Engkau mendengarkan doaku yang terpinta di setiap sujudku.

"Hey...," kata Krisna yang berhasil membuyarkan lamunanku.

Ternyata dari tadi aku masih memandangnya. Pantas saja dia terlihat malu.

Terpopuler

Comments

wangi

wangi

ini lebih mirip seperti rangakaian sajak atau puisi, kata2nya itu lho terlalu puitis dan romantis, bikin baper....
masih dalam proses menikmati alur ceritanya
biar lebih dapat feel nya, tapi sejauh ini aku suka ko, novel nya beda, alurnya real bgt, GA ngadi2.....
sukses dech buat author nya
novel nya keren👍👍👍

2021-02-28

0

VlcyTree

VlcyTree

kata² nya mantapp

2020-07-26

1

Mela Rosmela

Mela Rosmela

selalu suka

2020-07-09

0

lihat semua
Episodes
1 Stage 1 Prolog
2 Stage 2 Lapar
3 Stage 3 Cinta
4 Stage 4 Tidak di Restui
5 Stage 5 Sibuk
6 Stage 6 Sumpah
7 Stage 7 Flashback Onn 1
8 Stage 8 Flashback onn 2
9 Stage 9 Flashback onn 3
10 Stage 10 Flashback onn 4
11 stage 11 Flashback onn 5
12 Stage 12 Flashback off
13 Stage 13 Kecelakaan
14 Stage 14 Ranjang
15 Stage 15 Malam Pertama
16 Stage 16 Hangatnya Malam
17 Stage 17 Aku Lelah
18 Stage 18 Nafsu
19 Stage 19 Kembali Bekerja
20 Stage 20 New Partner
21 Stage 21 Raka Rahardian
22 Stage 22 Sosok Sederhana
23 Stage 23 POV Raka
24 Stage 24 Aku Mencintai Kekasihmu
25 Stage 25 Pasar Malam
26 Stage 26 Tentang Hati yang Tak kan Mengerti
27 Stage 27 Bertahan
28 Stage 28 Resta
29 Stage 29 Merasa Nyaman
30 Stage 30 Zonk
31 Stage 31 Menahan
32 Stage 32 Luka Perih
33 Stage 33 Gagal Move On
34 Stage 34 Gagal
35 Stage 35 Luka
36 Stage 36 Sadar
37 Stage 37 Remember of
38 Stage 38 Keringat
39 Stage 39 Ada yang Beda
40 Stage 40 Pendekatan yang Sia-sia
41 Stage 41 Visitor
42 Stage 42 Negoisasi Jabatan
43 Stage 43 Pengen Tahu
44 Stage 44 Terakhir
45 Stage 45 Di Mobil
46 Stage 46 Peluk
47 Stage 47 Kaliurang
48 Stage 48 Menggelikan
49 Stage 49 Denada
50 Stage 50 Bukan
51 Stage 51 Luka
52 Stage 52 Tertangkap Basah
53 53 Kekasih Gelapku
54 Stage 54 Panggilan
55 Stage 55 Surat Cinta untuk Dia
56 Stage 56 Kemunculan Denada
57 Stage 57 Licik
58 Stage 58 Kata-kata di Tengah Kepanikan
59 Stage 59 Diusir
60 Stage 60 Jemuran
61 Stage 61 Tiga Puluh Menit
62 Stage 62 Cara Pulang
63 Stage 63 Ssstt Diam
64 Stage 64 Gila
65 Stage 65 Surprise
66 Stage 66 Kotak kecil
67 Stage 67 Pacar Pertama
68 Stage 68 Tabir Surya
69 Stage 69 Starbuck
70 Stage 70 Kursi Taman
71 Stage 71 Pergi
72 Stage 72 Tentang Cinta
73 Stage 73 Aneh
74 Stage 74 Cikhen Katsu
75 Stage 75 Menemukanmu
76 Stage 76 Membaik
77 Stage 77 Berbicara kepada Angin
78 Stage 78 Menghancurkan Reputasi
79 Stage 79 Sendu
80 Stage 80 Kesal
81 Stage 81 Mata Elang VS Mata Belok
82 Stage 82 Quotes Cinta
83 Stage 83 Seafood
84 Stage 84 Bioskop
85 Stage 85 Pomade
86 Stage 86 Larut Malam
87 Stage 87 Drama Live
88 Stage 88 Gengsi
89 Stage 89 Pembuat Onar
90 Stage 90 Bisikan Setan
91 Stage 91 Cayangku
92 Stage 92 Ibadah
93 Stage 93 Kecupan
94 Stage 94 Perang Dingin
95 Stage 95 Aroma Maskulin
96 Stage 96 Stalker
97 Stage 97 Terry
98 Stage 98 Jin Penunggu
99 Stage 99 Kehilangan
100 Stage 100 Tanah Kelahiran
101 Stage 101 Berakhir
102 Stage 102 Coklat
103 Akhir dari Sebuah Kekhilafan
104 Stage 104 Aksi Gila
105 Puas
106 Stage 106 Pencitraan
107 Stage 107 Melindungi
108 Stage 108 Nafasmu
109 Stage 109 Mabuk
110 Stage 110 Dosa Terindah
111 Satage 111 Kehadiran
112 Stage 112 Hujan Ciuman
113 Stage 113 I Can't
114 Stage 114 Khilaf
115 Stage 115 Rayuan
116 Stage 116 Roti Sobek
117 Stage 117 Failed Engangement
118 Stage 118 Jadi ke Dua
119 Stage 119 Merelakan Hidupnya
120 Stage 120 Malam Terakhir
121 Stage 121 Pernikahan Paksa
122 Stage 122 Mengalah Adalah Kewajiban
123 Stage 123 Beach
124 Stage 124 AWAL (Terry dan Krisna)
125 Stage 125 Baby
126 Stage 126 Hambar
127 Stage 127 Ikatan Batin
128 Akhir
129 Pengumuman
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Stage 1 Prolog
2
Stage 2 Lapar
3
Stage 3 Cinta
4
Stage 4 Tidak di Restui
5
Stage 5 Sibuk
6
Stage 6 Sumpah
7
Stage 7 Flashback Onn 1
8
Stage 8 Flashback onn 2
9
Stage 9 Flashback onn 3
10
Stage 10 Flashback onn 4
11
stage 11 Flashback onn 5
12
Stage 12 Flashback off
13
Stage 13 Kecelakaan
14
Stage 14 Ranjang
15
Stage 15 Malam Pertama
16
Stage 16 Hangatnya Malam
17
Stage 17 Aku Lelah
18
Stage 18 Nafsu
19
Stage 19 Kembali Bekerja
20
Stage 20 New Partner
21
Stage 21 Raka Rahardian
22
Stage 22 Sosok Sederhana
23
Stage 23 POV Raka
24
Stage 24 Aku Mencintai Kekasihmu
25
Stage 25 Pasar Malam
26
Stage 26 Tentang Hati yang Tak kan Mengerti
27
Stage 27 Bertahan
28
Stage 28 Resta
29
Stage 29 Merasa Nyaman
30
Stage 30 Zonk
31
Stage 31 Menahan
32
Stage 32 Luka Perih
33
Stage 33 Gagal Move On
34
Stage 34 Gagal
35
Stage 35 Luka
36
Stage 36 Sadar
37
Stage 37 Remember of
38
Stage 38 Keringat
39
Stage 39 Ada yang Beda
40
Stage 40 Pendekatan yang Sia-sia
41
Stage 41 Visitor
42
Stage 42 Negoisasi Jabatan
43
Stage 43 Pengen Tahu
44
Stage 44 Terakhir
45
Stage 45 Di Mobil
46
Stage 46 Peluk
47
Stage 47 Kaliurang
48
Stage 48 Menggelikan
49
Stage 49 Denada
50
Stage 50 Bukan
51
Stage 51 Luka
52
Stage 52 Tertangkap Basah
53
53 Kekasih Gelapku
54
Stage 54 Panggilan
55
Stage 55 Surat Cinta untuk Dia
56
Stage 56 Kemunculan Denada
57
Stage 57 Licik
58
Stage 58 Kata-kata di Tengah Kepanikan
59
Stage 59 Diusir
60
Stage 60 Jemuran
61
Stage 61 Tiga Puluh Menit
62
Stage 62 Cara Pulang
63
Stage 63 Ssstt Diam
64
Stage 64 Gila
65
Stage 65 Surprise
66
Stage 66 Kotak kecil
67
Stage 67 Pacar Pertama
68
Stage 68 Tabir Surya
69
Stage 69 Starbuck
70
Stage 70 Kursi Taman
71
Stage 71 Pergi
72
Stage 72 Tentang Cinta
73
Stage 73 Aneh
74
Stage 74 Cikhen Katsu
75
Stage 75 Menemukanmu
76
Stage 76 Membaik
77
Stage 77 Berbicara kepada Angin
78
Stage 78 Menghancurkan Reputasi
79
Stage 79 Sendu
80
Stage 80 Kesal
81
Stage 81 Mata Elang VS Mata Belok
82
Stage 82 Quotes Cinta
83
Stage 83 Seafood
84
Stage 84 Bioskop
85
Stage 85 Pomade
86
Stage 86 Larut Malam
87
Stage 87 Drama Live
88
Stage 88 Gengsi
89
Stage 89 Pembuat Onar
90
Stage 90 Bisikan Setan
91
Stage 91 Cayangku
92
Stage 92 Ibadah
93
Stage 93 Kecupan
94
Stage 94 Perang Dingin
95
Stage 95 Aroma Maskulin
96
Stage 96 Stalker
97
Stage 97 Terry
98
Stage 98 Jin Penunggu
99
Stage 99 Kehilangan
100
Stage 100 Tanah Kelahiran
101
Stage 101 Berakhir
102
Stage 102 Coklat
103
Akhir dari Sebuah Kekhilafan
104
Stage 104 Aksi Gila
105
Puas
106
Stage 106 Pencitraan
107
Stage 107 Melindungi
108
Stage 108 Nafasmu
109
Stage 109 Mabuk
110
Stage 110 Dosa Terindah
111
Satage 111 Kehadiran
112
Stage 112 Hujan Ciuman
113
Stage 113 I Can't
114
Stage 114 Khilaf
115
Stage 115 Rayuan
116
Stage 116 Roti Sobek
117
Stage 117 Failed Engangement
118
Stage 118 Jadi ke Dua
119
Stage 119 Merelakan Hidupnya
120
Stage 120 Malam Terakhir
121
Stage 121 Pernikahan Paksa
122
Stage 122 Mengalah Adalah Kewajiban
123
Stage 123 Beach
124
Stage 124 AWAL (Terry dan Krisna)
125
Stage 125 Baby
126
Stage 126 Hambar
127
Stage 127 Ikatan Batin
128
Akhir
129
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!