Stage 18 Nafsu

Perihal luka yang telah ada

Perihal luka yang baru saja

Persetan dengan itu semua

Nyatanya nafsu berkuasa diatas segalanya

Hati yang berkecambuk dalam gelora

Kini penuh dengan nestapa

Selesai sudah tentang hati yang pernah tertata rapi

Semua menghancurkan dalam sesaat

Tanpa sisa dan tanpa rasa iba

Hanya untuk sebersit kenanganpun tak tersisa

Ruang itu telah penuh

Raga itu telah rapuh

Waktu pun telah lumpuh

Seakan semua berhenti disini

Aku memilih sendiri

Benar-benar ingin sendiri

Kumohon,

Tolonglah kamu pergi

Jangan pernah kembali

Bawa serta kenangan pahit ini

Tanpa rasa

Aku merasakannya

Hambar ditengah hati yang tak lagi tegar

Kecewa di atas sesuatu bernama luka

Hati

Hanya sampai sinikah kemampuanmu

Aku membutuhkanmu dalam setiap hariku

Aku lelah sendiri

Aku hanya bersamamu

Tempatku tuk mengadu

Disaat aku terlena akan indahnya cinta

Disitu pula duniaku terasa hampa

Aku tergoda akan indahnya paras rupawan

Namun aku lupa menjaga hal terindah untuk kuperjuangkan

Aku tlah lengah

Disaat iman mulai lemah

Jika indahnya dunia mampu membuatku terlena

Lantas bagaimana dengan nafsu angkara

Aku begitu ternoda hingga lupa akan indahnya senja

Aku dengan penuh akal sehat

Melupakan dinginnya malam yang pekat

Dibawah gemerlap bintang

Ditengah hamparan Padang

Disitulah semua terbuang

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

POV Krisna

Sia-sia semua yang sudah kuharapkan. Aku ingin kembali kesana memulainya dari awal. Namun lagi-lagi tidak bisa. Semua terjadi karena mereka yang tidak pernah berhenti memaksaku, atau aku yang tidak pernah mengikuti kemauan mereka. Semua salahku atau salah mereka. Ya Tuhan, maafkan diri ini yang selalu menyesali hidup. Segampang inikah mereka memporak-porandakan harapanku? Aku tidak pernah sekalipun merusak hidup mereka. Bahkan hanya sekedar menyapa saja aku enggan. Aku tidak pernah menduakan cinta. Apalagi melakukan pengkhianatan, tapi kenapa hidup begitu tidak adil.

Berkali-kali hadir, berkali-kali menulis takdir. Aku hanya menyambutnya dengan getir. Seperti inikah hidupku. Aku lelah ingin menyerah, aku lelah mengalah. Namun hati ini belum mampu untuk melakukannya. Terlampau kecil untuk pribadi yang labil. Terlalu takut untuk jiwa pengecut.

Dan mulai hari ini aku ditetapkan sebagai seorang pacar namun tidak untuk perasaan sayang. Ya, aku hanya berstatus pasangan secara lisan, namun hanya sebagai pemuas secara batin. Mulai hari inipun aku yakin, aku resmi dikeluarkan dari tempatku bekerja. Tuhan, aku menerima takdirmu. Aku yakin Kau mempunyai rencana yang lebih indah.

**********************************************

Dua jam berlalu, Krisna tidak menunjukan tanda-tanda bersahabat. Poda akhirnya memutuskan menemaninya di kamar. Menutup pintu lalu menguncinya. Mendekat dimana Krisna menatap jendela dengan lesu. Memeluknya dari belakang. Kali ini tidak untuk sebuah nafsu. Poda tulus memeluknya karena sadar akan luka yang dipendam sang pacar. Tanpa sepatah katapun dan membiarkan waktu berjalan lambat. Menikmati kesunyian yang tercipta antara keduanya. Terkadang mereka melakukan sesuatu yang monoton. Sering mengulang berkali-kali di situasi yang sama. Namun mereka tetap menikmatinya meski te kadang Krisna jengah dibuatnya. Kini mereka benar-benar terlalu meresapi kesunyian yang ada di antara denting waktu berputar. Lima belas menit mereka menciptakan keheningan. Akankah kelak Poda tergoda untuk memulai pembicaraan. Dia terlalu sulit di tebak.

"Aku mau tidur," kata Krisna.

"Iya, istirahatlah," ucap Poda.

Krisna berjalan menuju tempat tidur. Membaringkan tubuhnya disana. Terlentang, tengkurap, tak kunjung mendapatkan posisi yang diinginkan. Akhirnya dia membalik bantal berharap merasa nyaman. Bukan kenyamanan yang didapatkan, justru prahara baru yang dia temukan. Dia menemukan kartu perdana yang sengaja dilepas dari ponsel untuk menutupi sesuatu di dalamnya.

"Ini kartu perdana kamu?," tanya Krisna.

"Bukan," jawab Poda.

"Lalu?," pancing Krisna berharap Poda segera menjawab

"Entah," jawab Poda acuh.

Bukan Krisna jika dia tidak bisa membuktikan sesuatu. Wanita itu selalu melakukan apapun berdasarkan bukti. Mengambil ponsel, memasukkan kartunya lalu menunggu ponsel itu menyala.

"Ting.. Ting.."

"Ting..Ting..".

Begitu seterusnya nada itu berdering sekitar lima menit. Ratusan pesan masuk di aplikasi

berwarna hijau itu. Krisna membuka satu per satu. Benar saja, kartu itu penuh dengan semua kontak wanita dan orang- orang terdekat Poda. Dengan sengaja Poda menutupi itu semua. Membiarkan Krisna untuk tetap terlihat bodoh dengan tisak mengetahui apapun. Nyatanya wanita itu memang bodoh di mata Poda.

Merasa lelah dengan semua, Krisna hanya bisa pasrah. Sudah berapa kali dia tersakiti. Sudah berapa kali dia dibohongi. Namun Krisna tetap percaya, rencana Tuhan pasti lebih indah. Poda yang melihat Krisna menyelidiki kartu itu juga hanya menatap Krisna dalam diam.

"Ya Tuhan, tidak bisakah laki-laki itu menjelaskan sesuatu? Apakah dia bangga dengan segala kebohongannya? Atau, keluarga macam apa ini yang selalu saja menutupi kesalahan anaknya. Benar-benar keluarga penuh pencitraan," gerutu Krisna dalam hati.

Sepanjang hari Krisna hanya diam sambil sesekali meneteskan air mata jika mengingat semuanya.

"Terimakasih untuk kebohongan yang kesekian kalinya, semoga Tuhan lekas menyadarkanmu", tukas Krisna.

**********************************************

POV Poda

Hari ini dan sampai kapanpun tidak akan kubiarkan kamu meninggalkanku lagi. Aku hanya ingin kamu disampingku. Menemani setiap hariku selama waktu masih berpihak kepadaku. Jangan menjadi wanita bodoh terus. Aku harap kamu lekas sedikit pintar. Untuk apa kita bersama jika hanya bertemu seperlunya. Bahkan untuk menyusulmu kesana, membayangkan saja sebenarnya aku tidak suka. Lima jam perjalanan, sendiri, macet. Itu semua membosankan. Hingga akhirnya aku mulai berfikir, jika mengakhirimu berarti kamu bebas kemanapun. Namun jika bersamamu, kamu yang harus berkorban. Akhirnya aku memutuskan kamu yang harus disini. Meninggalkan kota yang jauh diutara sana.

Kamu mengurung diri di kamar. Tidak masalah setidaknya masih di rumah ini. Kamu seharian disini pun aku tidak keberatan. Aku hanya ingin menjadi manusia egois. Memintamu tetap disini. Menemaniku dan selalu ada untukku.

Sepanjang hari kamu diam. Aku memelukmu pun kamu tidak bereaksi. Semarah itukah kamu. Mungkin kamu lelah, hingga akhirnya kamu berkata akan tidur.

"Baiklah," akhirnya terpaksa aku mengiyakan mu.

Aku lupa jika dibawah bantal ada kartu perdana yang sengaja kulepas dari ponsel, tapi kamu terlanjur mengetahuinya. Aku yakin kamu pasti marah. Namun aku membiarkannya. Marahlah sepuasmu jika itu membuatmu lebih baik.

"Ini kartu kamu?," kamu mulai bertanya.

"Bukan," jawabku malas.

Mana mungkin aku mengakui kesalahanku sendiri. Ya, aku memang berbeda jauh denganmu. Untuk hal seperti ini aku terlalu pengecut. Tidak bisa berkomitmen dan selalu menyembunyikan semuanya. Tapi kamu tidak pernah melakukan apapun bahkan selalu mengatakan yang sebenarnya. Kamu selalu menjunjung tinggi komitmen. Bahkan kamu terlalu polos hingga saat ada laki-laki yang mengajakmu kencan, kamu selalu menceritakan kepadaku. Tentu saja aku menolak. Aku tidak akan membiarkan pacar kesayanganku pergi dengan laki-laki lain.

Terpopuler

Comments

Mela Rosmela

Mela Rosmela

ortu macam apa membiarkan anak mereka bersatu tanpa ikatan resmi.. foda mungkin karma yg akan menghentikan semuanya

2020-07-10

0

Sanih Saraswati

Sanih Saraswati

harusnya nikah aja,toh krisna udh gak suci lgi gara2 poda,dri pada tidur bareng terus gak ada ikatan yg sakral

2020-06-06

4

Deti Anggraini

Deti Anggraini

Aku lanjut mampir

2020-06-04

0

lihat semua
Episodes
1 Stage 1 Prolog
2 Stage 2 Lapar
3 Stage 3 Cinta
4 Stage 4 Tidak di Restui
5 Stage 5 Sibuk
6 Stage 6 Sumpah
7 Stage 7 Flashback Onn 1
8 Stage 8 Flashback onn 2
9 Stage 9 Flashback onn 3
10 Stage 10 Flashback onn 4
11 stage 11 Flashback onn 5
12 Stage 12 Flashback off
13 Stage 13 Kecelakaan
14 Stage 14 Ranjang
15 Stage 15 Malam Pertama
16 Stage 16 Hangatnya Malam
17 Stage 17 Aku Lelah
18 Stage 18 Nafsu
19 Stage 19 Kembali Bekerja
20 Stage 20 New Partner
21 Stage 21 Raka Rahardian
22 Stage 22 Sosok Sederhana
23 Stage 23 POV Raka
24 Stage 24 Aku Mencintai Kekasihmu
25 Stage 25 Pasar Malam
26 Stage 26 Tentang Hati yang Tak kan Mengerti
27 Stage 27 Bertahan
28 Stage 28 Resta
29 Stage 29 Merasa Nyaman
30 Stage 30 Zonk
31 Stage 31 Menahan
32 Stage 32 Luka Perih
33 Stage 33 Gagal Move On
34 Stage 34 Gagal
35 Stage 35 Luka
36 Stage 36 Sadar
37 Stage 37 Remember of
38 Stage 38 Keringat
39 Stage 39 Ada yang Beda
40 Stage 40 Pendekatan yang Sia-sia
41 Stage 41 Visitor
42 Stage 42 Negoisasi Jabatan
43 Stage 43 Pengen Tahu
44 Stage 44 Terakhir
45 Stage 45 Di Mobil
46 Stage 46 Peluk
47 Stage 47 Kaliurang
48 Stage 48 Menggelikan
49 Stage 49 Denada
50 Stage 50 Bukan
51 Stage 51 Luka
52 Stage 52 Tertangkap Basah
53 53 Kekasih Gelapku
54 Stage 54 Panggilan
55 Stage 55 Surat Cinta untuk Dia
56 Stage 56 Kemunculan Denada
57 Stage 57 Licik
58 Stage 58 Kata-kata di Tengah Kepanikan
59 Stage 59 Diusir
60 Stage 60 Jemuran
61 Stage 61 Tiga Puluh Menit
62 Stage 62 Cara Pulang
63 Stage 63 Ssstt Diam
64 Stage 64 Gila
65 Stage 65 Surprise
66 Stage 66 Kotak kecil
67 Stage 67 Pacar Pertama
68 Stage 68 Tabir Surya
69 Stage 69 Starbuck
70 Stage 70 Kursi Taman
71 Stage 71 Pergi
72 Stage 72 Tentang Cinta
73 Stage 73 Aneh
74 Stage 74 Cikhen Katsu
75 Stage 75 Menemukanmu
76 Stage 76 Membaik
77 Stage 77 Berbicara kepada Angin
78 Stage 78 Menghancurkan Reputasi
79 Stage 79 Sendu
80 Stage 80 Kesal
81 Stage 81 Mata Elang VS Mata Belok
82 Stage 82 Quotes Cinta
83 Stage 83 Seafood
84 Stage 84 Bioskop
85 Stage 85 Pomade
86 Stage 86 Larut Malam
87 Stage 87 Drama Live
88 Stage 88 Gengsi
89 Stage 89 Pembuat Onar
90 Stage 90 Bisikan Setan
91 Stage 91 Cayangku
92 Stage 92 Ibadah
93 Stage 93 Kecupan
94 Stage 94 Perang Dingin
95 Stage 95 Aroma Maskulin
96 Stage 96 Stalker
97 Stage 97 Terry
98 Stage 98 Jin Penunggu
99 Stage 99 Kehilangan
100 Stage 100 Tanah Kelahiran
101 Stage 101 Berakhir
102 Stage 102 Coklat
103 Akhir dari Sebuah Kekhilafan
104 Stage 104 Aksi Gila
105 Puas
106 Stage 106 Pencitraan
107 Stage 107 Melindungi
108 Stage 108 Nafasmu
109 Stage 109 Mabuk
110 Stage 110 Dosa Terindah
111 Satage 111 Kehadiran
112 Stage 112 Hujan Ciuman
113 Stage 113 I Can't
114 Stage 114 Khilaf
115 Stage 115 Rayuan
116 Stage 116 Roti Sobek
117 Stage 117 Failed Engangement
118 Stage 118 Jadi ke Dua
119 Stage 119 Merelakan Hidupnya
120 Stage 120 Malam Terakhir
121 Stage 121 Pernikahan Paksa
122 Stage 122 Mengalah Adalah Kewajiban
123 Stage 123 Beach
124 Stage 124 AWAL (Terry dan Krisna)
125 Stage 125 Baby
126 Stage 126 Hambar
127 Stage 127 Ikatan Batin
128 Akhir
129 Pengumuman
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Stage 1 Prolog
2
Stage 2 Lapar
3
Stage 3 Cinta
4
Stage 4 Tidak di Restui
5
Stage 5 Sibuk
6
Stage 6 Sumpah
7
Stage 7 Flashback Onn 1
8
Stage 8 Flashback onn 2
9
Stage 9 Flashback onn 3
10
Stage 10 Flashback onn 4
11
stage 11 Flashback onn 5
12
Stage 12 Flashback off
13
Stage 13 Kecelakaan
14
Stage 14 Ranjang
15
Stage 15 Malam Pertama
16
Stage 16 Hangatnya Malam
17
Stage 17 Aku Lelah
18
Stage 18 Nafsu
19
Stage 19 Kembali Bekerja
20
Stage 20 New Partner
21
Stage 21 Raka Rahardian
22
Stage 22 Sosok Sederhana
23
Stage 23 POV Raka
24
Stage 24 Aku Mencintai Kekasihmu
25
Stage 25 Pasar Malam
26
Stage 26 Tentang Hati yang Tak kan Mengerti
27
Stage 27 Bertahan
28
Stage 28 Resta
29
Stage 29 Merasa Nyaman
30
Stage 30 Zonk
31
Stage 31 Menahan
32
Stage 32 Luka Perih
33
Stage 33 Gagal Move On
34
Stage 34 Gagal
35
Stage 35 Luka
36
Stage 36 Sadar
37
Stage 37 Remember of
38
Stage 38 Keringat
39
Stage 39 Ada yang Beda
40
Stage 40 Pendekatan yang Sia-sia
41
Stage 41 Visitor
42
Stage 42 Negoisasi Jabatan
43
Stage 43 Pengen Tahu
44
Stage 44 Terakhir
45
Stage 45 Di Mobil
46
Stage 46 Peluk
47
Stage 47 Kaliurang
48
Stage 48 Menggelikan
49
Stage 49 Denada
50
Stage 50 Bukan
51
Stage 51 Luka
52
Stage 52 Tertangkap Basah
53
53 Kekasih Gelapku
54
Stage 54 Panggilan
55
Stage 55 Surat Cinta untuk Dia
56
Stage 56 Kemunculan Denada
57
Stage 57 Licik
58
Stage 58 Kata-kata di Tengah Kepanikan
59
Stage 59 Diusir
60
Stage 60 Jemuran
61
Stage 61 Tiga Puluh Menit
62
Stage 62 Cara Pulang
63
Stage 63 Ssstt Diam
64
Stage 64 Gila
65
Stage 65 Surprise
66
Stage 66 Kotak kecil
67
Stage 67 Pacar Pertama
68
Stage 68 Tabir Surya
69
Stage 69 Starbuck
70
Stage 70 Kursi Taman
71
Stage 71 Pergi
72
Stage 72 Tentang Cinta
73
Stage 73 Aneh
74
Stage 74 Cikhen Katsu
75
Stage 75 Menemukanmu
76
Stage 76 Membaik
77
Stage 77 Berbicara kepada Angin
78
Stage 78 Menghancurkan Reputasi
79
Stage 79 Sendu
80
Stage 80 Kesal
81
Stage 81 Mata Elang VS Mata Belok
82
Stage 82 Quotes Cinta
83
Stage 83 Seafood
84
Stage 84 Bioskop
85
Stage 85 Pomade
86
Stage 86 Larut Malam
87
Stage 87 Drama Live
88
Stage 88 Gengsi
89
Stage 89 Pembuat Onar
90
Stage 90 Bisikan Setan
91
Stage 91 Cayangku
92
Stage 92 Ibadah
93
Stage 93 Kecupan
94
Stage 94 Perang Dingin
95
Stage 95 Aroma Maskulin
96
Stage 96 Stalker
97
Stage 97 Terry
98
Stage 98 Jin Penunggu
99
Stage 99 Kehilangan
100
Stage 100 Tanah Kelahiran
101
Stage 101 Berakhir
102
Stage 102 Coklat
103
Akhir dari Sebuah Kekhilafan
104
Stage 104 Aksi Gila
105
Puas
106
Stage 106 Pencitraan
107
Stage 107 Melindungi
108
Stage 108 Nafasmu
109
Stage 109 Mabuk
110
Stage 110 Dosa Terindah
111
Satage 111 Kehadiran
112
Stage 112 Hujan Ciuman
113
Stage 113 I Can't
114
Stage 114 Khilaf
115
Stage 115 Rayuan
116
Stage 116 Roti Sobek
117
Stage 117 Failed Engangement
118
Stage 118 Jadi ke Dua
119
Stage 119 Merelakan Hidupnya
120
Stage 120 Malam Terakhir
121
Stage 121 Pernikahan Paksa
122
Stage 122 Mengalah Adalah Kewajiban
123
Stage 123 Beach
124
Stage 124 AWAL (Terry dan Krisna)
125
Stage 125 Baby
126
Stage 126 Hambar
127
Stage 127 Ikatan Batin
128
Akhir
129
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!