Perihal luka yang telah ada
Perihal luka yang baru saja
Persetan dengan itu semua
Nyatanya nafsu berkuasa diatas segalanya
Hati yang berkecambuk dalam gelora
Kini penuh dengan nestapa
Selesai sudah tentang hati yang pernah tertata rapi
Semua menghancurkan dalam sesaat
Tanpa sisa dan tanpa rasa iba
Hanya untuk sebersit kenanganpun tak tersisa
Ruang itu telah penuh
Raga itu telah rapuh
Waktu pun telah lumpuh
Seakan semua berhenti disini
Aku memilih sendiri
Benar-benar ingin sendiri
Kumohon,
Tolonglah kamu pergi
Jangan pernah kembali
Bawa serta kenangan pahit ini
Tanpa rasa
Aku merasakannya
Hambar ditengah hati yang tak lagi tegar
Kecewa di atas sesuatu bernama luka
Hati
Hanya sampai sinikah kemampuanmu
Aku membutuhkanmu dalam setiap hariku
Aku lelah sendiri
Aku hanya bersamamu
Tempatku tuk mengadu
Disaat aku terlena akan indahnya cinta
Disitu pula duniaku terasa hampa
Aku tergoda akan indahnya paras rupawan
Namun aku lupa menjaga hal terindah untuk kuperjuangkan
Aku tlah lengah
Disaat iman mulai lemah
Jika indahnya dunia mampu membuatku terlena
Lantas bagaimana dengan nafsu angkara
Aku begitu ternoda hingga lupa akan indahnya senja
Aku dengan penuh akal sehat
Melupakan dinginnya malam yang pekat
Dibawah gemerlap bintang
Ditengah hamparan Padang
Disitulah semua terbuang
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
POV Krisna
Sia-sia semua yang sudah kuharapkan. Aku ingin kembali kesana memulainya dari awal. Namun lagi-lagi tidak bisa. Semua terjadi karena mereka yang tidak pernah berhenti memaksaku, atau aku yang tidak pernah mengikuti kemauan mereka. Semua salahku atau salah mereka. Ya Tuhan, maafkan diri ini yang selalu menyesali hidup. Segampang inikah mereka memporak-porandakan harapanku? Aku tidak pernah sekalipun merusak hidup mereka. Bahkan hanya sekedar menyapa saja aku enggan. Aku tidak pernah menduakan cinta. Apalagi melakukan pengkhianatan, tapi kenapa hidup begitu tidak adil.
Berkali-kali hadir, berkali-kali menulis takdir. Aku hanya menyambutnya dengan getir. Seperti inikah hidupku. Aku lelah ingin menyerah, aku lelah mengalah. Namun hati ini belum mampu untuk melakukannya. Terlampau kecil untuk pribadi yang labil. Terlalu takut untuk jiwa pengecut.
Dan mulai hari ini aku ditetapkan sebagai seorang pacar namun tidak untuk perasaan sayang. Ya, aku hanya berstatus pasangan secara lisan, namun hanya sebagai pemuas secara batin. Mulai hari inipun aku yakin, aku resmi dikeluarkan dari tempatku bekerja. Tuhan, aku menerima takdirmu. Aku yakin Kau mempunyai rencana yang lebih indah.
**********************************************
Dua jam berlalu, Krisna tidak menunjukan tanda-tanda bersahabat. Poda akhirnya memutuskan menemaninya di kamar. Menutup pintu lalu menguncinya. Mendekat dimana Krisna menatap jendela dengan lesu. Memeluknya dari belakang. Kali ini tidak untuk sebuah nafsu. Poda tulus memeluknya karena sadar akan luka yang dipendam sang pacar. Tanpa sepatah katapun dan membiarkan waktu berjalan lambat. Menikmati kesunyian yang tercipta antara keduanya. Terkadang mereka melakukan sesuatu yang monoton. Sering mengulang berkali-kali di situasi yang sama. Namun mereka tetap menikmatinya meski te kadang Krisna jengah dibuatnya. Kini mereka benar-benar terlalu meresapi kesunyian yang ada di antara denting waktu berputar. Lima belas menit mereka menciptakan keheningan. Akankah kelak Poda tergoda untuk memulai pembicaraan. Dia terlalu sulit di tebak.
"Aku mau tidur," kata Krisna.
"Iya, istirahatlah," ucap Poda.
Krisna berjalan menuju tempat tidur. Membaringkan tubuhnya disana. Terlentang, tengkurap, tak kunjung mendapatkan posisi yang diinginkan. Akhirnya dia membalik bantal berharap merasa nyaman. Bukan kenyamanan yang didapatkan, justru prahara baru yang dia temukan. Dia menemukan kartu perdana yang sengaja dilepas dari ponsel untuk menutupi sesuatu di dalamnya.
"Ini kartu perdana kamu?," tanya Krisna.
"Bukan," jawab Poda.
"Lalu?," pancing Krisna berharap Poda segera menjawab
"Entah," jawab Poda acuh.
Bukan Krisna jika dia tidak bisa membuktikan sesuatu. Wanita itu selalu melakukan apapun berdasarkan bukti. Mengambil ponsel, memasukkan kartunya lalu menunggu ponsel itu menyala.
"Ting.. Ting.."
"Ting..Ting..".
Begitu seterusnya nada itu berdering sekitar lima menit. Ratusan pesan masuk di aplikasi
berwarna hijau itu. Krisna membuka satu per satu. Benar saja, kartu itu penuh dengan semua kontak wanita dan orang- orang terdekat Poda. Dengan sengaja Poda menutupi itu semua. Membiarkan Krisna untuk tetap terlihat bodoh dengan tisak mengetahui apapun. Nyatanya wanita itu memang bodoh di mata Poda.
Merasa lelah dengan semua, Krisna hanya bisa pasrah. Sudah berapa kali dia tersakiti. Sudah berapa kali dia dibohongi. Namun Krisna tetap percaya, rencana Tuhan pasti lebih indah. Poda yang melihat Krisna menyelidiki kartu itu juga hanya menatap Krisna dalam diam.
"Ya Tuhan, tidak bisakah laki-laki itu menjelaskan sesuatu? Apakah dia bangga dengan segala kebohongannya? Atau, keluarga macam apa ini yang selalu saja menutupi kesalahan anaknya. Benar-benar keluarga penuh pencitraan," gerutu Krisna dalam hati.
Sepanjang hari Krisna hanya diam sambil sesekali meneteskan air mata jika mengingat semuanya.
"Terimakasih untuk kebohongan yang kesekian kalinya, semoga Tuhan lekas menyadarkanmu", tukas Krisna.
**********************************************
POV Poda
Hari ini dan sampai kapanpun tidak akan kubiarkan kamu meninggalkanku lagi. Aku hanya ingin kamu disampingku. Menemani setiap hariku selama waktu masih berpihak kepadaku. Jangan menjadi wanita bodoh terus. Aku harap kamu lekas sedikit pintar. Untuk apa kita bersama jika hanya bertemu seperlunya. Bahkan untuk menyusulmu kesana, membayangkan saja sebenarnya aku tidak suka. Lima jam perjalanan, sendiri, macet. Itu semua membosankan. Hingga akhirnya aku mulai berfikir, jika mengakhirimu berarti kamu bebas kemanapun. Namun jika bersamamu, kamu yang harus berkorban. Akhirnya aku memutuskan kamu yang harus disini. Meninggalkan kota yang jauh diutara sana.
Kamu mengurung diri di kamar. Tidak masalah setidaknya masih di rumah ini. Kamu seharian disini pun aku tidak keberatan. Aku hanya ingin menjadi manusia egois. Memintamu tetap disini. Menemaniku dan selalu ada untukku.
Sepanjang hari kamu diam. Aku memelukmu pun kamu tidak bereaksi. Semarah itukah kamu. Mungkin kamu lelah, hingga akhirnya kamu berkata akan tidur.
"Baiklah," akhirnya terpaksa aku mengiyakan mu.
Aku lupa jika dibawah bantal ada kartu perdana yang sengaja kulepas dari ponsel, tapi kamu terlanjur mengetahuinya. Aku yakin kamu pasti marah. Namun aku membiarkannya. Marahlah sepuasmu jika itu membuatmu lebih baik.
"Ini kartu kamu?," kamu mulai bertanya.
"Bukan," jawabku malas.
Mana mungkin aku mengakui kesalahanku sendiri. Ya, aku memang berbeda jauh denganmu. Untuk hal seperti ini aku terlalu pengecut. Tidak bisa berkomitmen dan selalu menyembunyikan semuanya. Tapi kamu tidak pernah melakukan apapun bahkan selalu mengatakan yang sebenarnya. Kamu selalu menjunjung tinggi komitmen. Bahkan kamu terlalu polos hingga saat ada laki-laki yang mengajakmu kencan, kamu selalu menceritakan kepadaku. Tentu saja aku menolak. Aku tidak akan membiarkan pacar kesayanganku pergi dengan laki-laki lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Mela Rosmela
ortu macam apa membiarkan anak mereka bersatu tanpa ikatan resmi.. foda mungkin karma yg akan menghentikan semuanya
2020-07-10
0
Sanih Saraswati
harusnya nikah aja,toh krisna udh gak suci lgi gara2 poda,dri pada tidur bareng terus gak ada ikatan yg sakral
2020-06-06
4
Deti Anggraini
Aku lanjut mampir
2020-06-04
0