Aku pernah percaya
Namun kerap kukecewa
Aku pernah mengubur rasa
Namun sia sia
Dan akhirnya aku menikmatinya
Kita sama sama dewasa
Pernah terjebak gelapnya dunia
Pernah merengkuh rasa
Di waktu yang sama
Saat ini
Kita hanya dua insan bukan sejoli
Yang selalu ingin memiliki
Meski takdir tak merestui
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Yogyakarta, i'am coming," Krisna berkata dalam hati setelah tiba di Terminal Jomb*r.
Hari ini Krisna berharap semuanya selesai dalam keadaan baik-baik saja. Setelah apa yang Poda dan Krisna jalani selama ini, akankah semua berakhir sia-sia. Tidak semudah itu Ferguso. Itulah yang diharapkan Krisna. Tapi takdir tidak pernah menentu. Takdir tidak pernah perduli dengan insannya. Karena ia hanya mengituri perputaran roda. Melukiskan garis kejelasan akan hidup yang telah tertulis. Jika jodoh maka dekatkanlah. Jika bukan maka jauhkanlah. Tidak semudah berkata. Karena hati punya banyak rasa.
Mereka bertemu setelah Krisna berkali-kali menghubungi namun tidak ada jawaban. Awalnya Krisna berniat mencari minum tapi dya melihat Poda. Duduk diatas motor sibuk memainkan gawai. Krisna merasa ada gelagat aneh. Sibuk dengan gawai namun tidak membuka pesan dan menjawab panggilannya. Krisna berjalan perlahan. Mengintip aoa yang dilakukan Poda hingga sesibuk itu.
"Ddegghh..," seperti ada ledakan petasan dalam dada. Kecewa atau hanya curiga semata.
"Thanks honey, i love you so much 😘," begitu kalimat yang Poda ketik di aplikasi berwarna hijaunya.
"Sayang, sudah lama di sini?," tanya Krisna yang sudah dibelakangnya.
"Baru saja, aku baru akan menghubungimu," jawab Poda santai.
"Tadi chatting sama siapa serius banget?," Krisna kembali bertanya.
"Tidak ada, ayo pulang aku lapar," ucap Poda.
"Tapi tadi aku lihat dan baca kamu menulis kata honey," lirih Krisna.
"Tidak ada," ketus Poda.
"Coba liat ponselmu," pinta Krisna seraya meyakinkan perasaanya jika semua baik-baik saya.
"Tidak boleh! Ponsel itu hal pribadi, kamu juga punya kenapa harus melihat punyaku," tukas Poda dengan sedikit terpancing emosi.
"Jika tidak ada, kenapa tidak boleh?," gumam Krisna.
"Tidak!," teriak Poda.
"Ayo naik kita pulang," teriak Poda lagi.
"Kamu kenapa marah?," lirih Krisna.
"Aku marah karena tidak suka kamu ikut campur urusanku! Kamu pacar ku tapi tidak perlu seposesif itu! Aku tidak suka!," Poda berkata ketus.
"Karena semua akan baik-baik saja jika saling terbuka, bukan seperti ini," Krisna berkata dengan nada rendah menahan bulir bening yang akan keluar dari persembunyiannya.
"Bremm.. Brem... Brem...," suara motor berderu. Mereka membelah padatnya kota Yogy*kart* dengan diam. Poda pun melajukan motornya dengan ugal-ugalan. Padahal Poda tahu betul kalau Krisna takut dengan kecepatan tinggi. Krisna hanya menangis dalam diam. Bicarapun rasanya percuma. Tidak ada yang mengerti perasaanya disaat Poda seperti ini. Rasa lapar yang ditahanya sedari tadi menghilang dengan sendirinya. Padahal sama sekali belum menyentuh makanan. Mungkin kecewa yang dirasakan membuatnya seperti itu. Dalam diam, hening, sepi. Tanpa ada yang memulai percakapan. Perjalanan yang biasanya terasa ceoat kini terasa sangat lama dan membosankan.
*Sementara yang dilakukan Poda malam hari sebelum Krisna pulang
Malam ini Poda kencan dengan pacar simpanannya. Bisa dibilang selingkuhannya. Tidak ada yang tahu sekalipun Krisna. Poda seorang lelaki normal yang berhasrat tinggi. Dia benci berjauhan karena tidak bisa melampiaskan libidonya. Awal kepergian Krisna, Poda setia. Namun hanya beberapa hari saja Poda merasakannya. Poda tidak tahu dengan perasaannya. Sebenarnya dia juga tidak mengerti dengan sebuah cinta. Hanya tahu jika dia menyukai seseorang dan orang itu juga menyukainya. Awalnya Poda berniat hanya melampiaskan amarahnya. Dia pernah ditolak orang yang benar-benar disayangi, dan kini dia mendapatkan Krisna. Seseorang yang dengan polos mau menjadi pelampiasan nafsunya. Tentunya tanpa Krisna sadari. Dia tidak mungkin menyadari apa yang dilakukan Poda karena Krisna wanita yang sangat polos.
"Semoga kamu merasakan sakit yang pernah ku rasakan," ucap Poa dalam hati ketika pertama mengenal Krisna.
"Aku tidak akan membiarkan satu wanita di dunia ini untuk bahagia," Poda juga bersumpah ketika memandang foto Krisna pertama kali.
Poda sama sekali tidak mengerti tentang setia. Persetan dengan kesetiaan selagi mereka saling menginginkan kenapa harus ada kesepakatan seperti itu. Banyak pernikahan yang berujung perselingkuhan. Kenapa pacaran harus saling menjaga perasaan. Dan pada akhirnya naluri Poda berkata jika dia tidak sanggup melaluinya. Hawa murka itu tidak ada yang melayaninya. Krisna di Sema*ang lalu harus ke Jakar*a. Poda tidak peduli. Jika Krisna harus pergipun Poda mampu. Masih banyak wanita di luar sana yang mau menemaninya. Menerima setiap tetes cinta yang ada pada dirinya.
"Krisna, jangan pernah berfikir aku selamanya untukmu," kata Poda dalam hati.
Malam ini Poda menikmati bersama wanita lain. Namun ponselnya lagi-lagi berdering tiada henti.
"Aaarggghhh," Poda mengacak rambutnya kasar.
"Mengganggu sekali!," umpat Poda.
Poda mengambil ponsel lalu mematikan tanpa sudi melihat pesan singkatnya. Mungkin hanya panggilan dari Krisna.
"Kita habiskan malam ini, aku milikmu seutuhnya. Belum pernah ada yang menyentuhku. Aku juga belum pernah pacaran," Poda berkata dibawah temaram bintang.
"Bukankah kamu punya pacar?", tanya wanita di hadapannya.
"Percayalah hatiku hanya milikmu seorang," lirih Poda.
"Tidak mungkin! Aku tau pasti jika saat ini kamu memiliki pasangan, lalu kenapa kamu mengkhianatinya?," wanita itu mencerca Poda dengan pertanyaannya.
"Damn! Lantas kenapa jika aku punya pasangan?," ujar Poda dengan membulatkan matanya. Menampakkan sifat asli yang sedari tadi ditutupinya.
"Aku hanya ingin tahu," lirih wanita di depannya. Dia mulai takut melilhat wajah Poda yang mulai marah.
"Apa yang ingin kamu tau ha?," kata Poda.
"Di-dimana dia sekarang?," tanya wanita itu.
"Apa pedulimu! Jangan membuat aku untuk berlaku kasar kepadamu!," teriak Poda.
Wanita di depan Poda hanya bisa meneteskan air mata. Dia tidak pernah melihat Poda murka seperti itu. Tidak habis pikir bagaimana jika dia berada di posisi kekasihnya. Hidup dalam sebuah kebohongan. Berkata dusta seakan semua nyata. Padahal hanya topeng dari sebuah kebohongannya.
"Kenapa kamu menangis?," tanya Poda sinis.
"Aku tidak apa-apa," jawab sang wanita.
"Pergi dari sini jika kamu hanya membuatku murka!," perintah Poda dengan suara lantang.
Wanita itu diam lagi. Dia bingung harus bagaimana. Di sisi lain, hati peri kemanusiaannya masih ada.
Perlahan Poda mendekat. Mendekap erat tubuh wanita itu. Mengelus rambut dan mengecup puncak kepalanya. Mata indah itu juga menatap Poda bahkan saling beradu. Membuat sesuatu yang jauh dibawah sana ingin segera tersentuh. Poda mencium hidung, lalu mencium bibirnya perlahan ******* dengan penuh kenikmatan. Hingga semua benar-benar terjadi.
"Maafkan aku," gumam sang wanita dalam hati.
"Persetan dengan janji, yang kuinginkan hanya menikmati," teriak Poda dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Alea
jahat banget
2023-10-19
0
Mutiaraa
hai kakak, aku mampir di sini, like 6 episode awal 🤗
2020-07-31
1
Luck
jejak dulu
2020-06-30
0