Hujan tetap ada meski tak ada yang menganggapnya
Basahnya penuh dengan kenangan
Tetesannya penuh dengan kerinduan
Jika kamu tidak bisa melupakan kenangan,
Setidaknya kamu bisa melupakan orangnya
Jika kamu merasa tidak dihargai,
Setidaknya hargailah dirimu sendiri
Agar kelak tidak terlalu merasa sepi ketika seseorang yang kamu sayang pergi meninggalkanmu
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Malam harinya, turun hujan deras. Krisna terpaksa menunggu reda agar bisa pulang. Tanpa disadari, kedua orangtua Krisna datang bersamaan dengan orang tua Poda.
Mereka berbasa-basi dan berbicara apapun agar terlihat semakin akrab. Menanyakan bagaimana kronologi hingga bisa terjadi kecelakaan. Apakah saat peristiwa itu terjadi Poda dalam keadaan melamun atau sedang mengantuk. Mengapa lukanya terlihat sangat serius. Lalu bagaimana keadaanya saat itu karena untuk saat ini jelas terlihat keadaan Poda mulai membaik. Selama satu jam kedua keluarga itu saling berbicara mengenai keadaan Poda sembari menunggu hujan reda. Setelah hujan reda orangtua Krisna segera berpamitan undur diri.
"Aku ikut pulang," rengek Krisna agar kedua orangtuanya merasa iba. Dari posisi duduk kini Krisna beranjak menghampiri kedua orangtuanya.
"Tidak," jawab sang ibu.
"Tidak mau," ucap Krisna dengan lesu.
"Kamu disini temani Poda," titah sang bapak.
"Aku tidak mau, aku akan ikut pulang," ucap Krisna.
"Diluar hujan deras, jangan membangkang!," Tegas sang ayah.
"Baiklah," dengan lesu Krisna kembali duduk di samping Poda.
"Malam ini kamu disinikan?," tanya Poda.
"Iya," jawab Krisna datar.
"Sudah kuduga," gumam Poda.
"Hm," lirih Krisna.
Semakin malam, hujan semakin deras. Sedangkan Krisna semakin kedinginan. Dia tidak tahu harus kemana. Tidak membawa jaket, bahkan hanya memakai kemeja lengan pendek. Krisna berjalan mwnuju lemari yang ada di samping ranjang, membuka lemari itu berharap menemukan selimut namun tidak ada. Di dalam lemari hanya ada pakaian untuk Poda, tidak ada apapun selain itu. Kemana
lagi-lagi Krisna harus mencari kehangatan jika tidak menemukan apapun. Dia berjalan gontai menuju kursi di samping ranjang. Poda tidur di atas ranjang berbalut selimut tebal sedangkan Krisna disamping ranjang sedikit menggigil.
"Kalian berdua jaga diricbaik-baik, aku juga akan pulang," pamit ibu Poda.
"Iya, hati-hati Bu," jawab Krisna.
"Sayang, tidur diselebahku," ujar Poda
"Tidak, aku disini saja," ucap Krisna.
"Disitu kamu kedinginan, tidur di ranjang cepat," perintah Poda.
"Aku tidak kedinginan," tolak Krisna, dia malas untuk berdebat dengan Poda.
"Tidak? Atau kamu mau aku marah?," ancam Poda.
"Baiklah," jawab Krisna lirih. Dia menjawab dengan malas karena engelak pun tidak membuat Poda mengubah niatnya.
Entah mengapa malam ini semua membuat Krisna malas. Tidak ada seorangpun yang peduli akan perasaannya.
Bahkan tadi ketika semua teman dan para tetangga berkunjung, Krisna bahkan harus berpura-pura ramah padahal didalam hatinya sedang memendam luka. Seiring hujan berlalu, selama itu pula Krisna meneteskan air mata. Berharap tidak ada yang melihat.
"Semua percuma. Tidak ada yang perlu ditangisi. Tidak ada seorangpun yang peduli akan perasaanku. Mereka semua egois, meninggalkanku bersama seseorang yang sedang menyakitiku. Aku tidak ingin di sini. Lebih baik aku tidur di jalanan daripada di sini bersama ribuan luka yang terkenang. Mengapa harus aku yang menjadi korban dari semua keegoisan. Apa yang harus aku lakukan? Aku terluka, namun tidak ada yang menganggapnya. Aku kecewa, namun tidak ada yang peduli dengan itu semua. Tuhan, mengapa takdir hingga saat ini masih belum memberiku kebahagiaan," gumam Krisna dalam hati.
"Sayang kamubelum tidur?," tanya Poda ketika ia terjaga dari tidurnya.
"Belum ngantuk," jawab Krisna datar.
"Kemarilah, tidur disampingku," lirih Poda.
Krisnapun akhirnya naik keranjang. Membiarkan dirinya seperti orang gila tidur seranjang untuk berdua. Dia tidak memperdulikan orang lain karena untuk saat ini hanya ingin sedikit ketenangan.
"Cup..," Poda mengecup kening Krisna. Kali ini terasa seperti kecupan sebagai tanda kasih sayang. Tidak ada nafsu di dalamnya hanya rasa sayang yang tidak ingin saling meninggalkan.
"Selamat malam, semoga tidurmu nyenyak," tambah Poda.
"Iya, kamu juga selamat malam. Semoga mimpi indah," jawab Krisna seraya mbalas kecupan keningnya.
Malam ini mereka habiskan dalam diam. Hanya hujan deras yang menemaninya. Sesekali petir menyala menyambar bersama suara keras memekakkan telinga.
Jam dua belas Poda terbangun. Padahal Krisna baru saja memejamkan mata. Berat rasanya untuk membuka mata, tapi dya tak ingin sesuatu buruk terjadi padanya.
"Kenapa terbangun?," Krisna bertanya setelah merasakan ranjangnya bergoyang.
"Aku haus, ambilkan minum," pinta Poda.
"Ini," ucap Krisna sambil memberikan gelas yang di ambil dari meja sebelah ranjang
"Aku lapar, tolong ambilkan buah," pinta Poda lagi.
"Sebentar aku kupaskan dulu," ucap Krisna.
Setelah mengupas pear, Krisna menyuapi Poda. Tanpa diminta pun sudah pasti Poda meminta disuapin. Dia teramat manja ketika sakit seperti ini. Namun ketika sudah sembuh, dia bahkan menjadi pemarah dan tempramental berlipat ganda dari sebelumnya.
"Sudah habis, sayang mau apa lagi?," kali ini Krisna bertanya dengan suara lembut.
"Aku mau buang air kecil," jawab Poda.
"Astaga! Akankah seperti tadi siang? Akankah adegan menyebalkan itu terulang?," batin Krisna.
"Aku mau seperti tadi, kamu mengantarkan dan menemaniku," ujar Poda.
"Baiklah," ucap Krisna pasrah.
Krisna dan Poda masuk ke kamar mandi. Membiarkan adegan tadi terulang untuk kedua kalinya. Setelah itu mereka menuju ranjang dan tidur nyenyak. Mereka tidur dengan saling berpelukan dibawah selimut yang sama.
Paginya, setelah dokter berkunjung, Krisna segera membersihkan sisa darah kering di rambut Poda.
"Setelah sampai di Rumah Sakit, darahnya sudah mengalir dan tidak ada seorangpun yang berani menyentuhnya", ucap sang dokter.
Krisna hanya mengangguk-angguk mendengar penuturan dokter. Ternyata hanya Krisna yang berani menghadapi Poda meski harus berdebat sebelumnya. Dengan tisu basah, dan air hangat. Perlahan-lahan darah kering mulai hilang hingga benar-benar bersih.
"Aawww.. Sakit. Pelan-pelan", akhirnya Krisna tak lagi tuli mendengar Poda selalu berteriak mengatakan itu berulang-ulang.
Setelah benar-benar bersih, Krisna menjambak rambut Poda dengan kasar. Dia sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi.
"Rasakan yang dari tadi aku rasakan dasar pria sialan!," umpat Krisna.
"Heh, jangan pernah bermain api denganku ya. Awas kamu!," ancam Poda.
"Terserah, aku akan pergi," jawab Krisna.
Poda berteriak kencang membuat semua yang mendengar melihat ke arahnya. Namun Krisna tak peduli. Dia sudah pergi keluar kamar. Sudah benar-benar lelah hati dan pikiran.
"Huft.. Aku sangat lelah," gumam Krisna.
Setelah Krisna selesai membersihkan Poda, dan keluarga mengurus administrasinya akhirnya hari ini Poda pulang. Krisna ikut pulang kekediamannya setelah berkali-kali Poda berteriak meminta Krisna menemaninya.
Sampai di rumah, Poda tidur di depan TV beralaskan kasur lantai.
"Malam ini aku mau kamu tidur disini!. Temani aku tidur. Akan kupastikan kamu tidak bisa tidur nyenyak," inta Poda.
"Ya Tuhan, apalagi yang direncanakan laki-laki ini," gerutu Krisna.
"Pokoknya kamu tidur disampingku! Kita tidur berdua! Tidak boleh ada yang menemani kita. TITIK!," Poda berkata dengan lantang dan sudah dipastikan tidak akan ada yang berani mengusiknya.
Dan ini untuk pertama kalinya Krisna tidur dirumah Poda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Liliani latif
suka....
2020-09-21
0
iwat sahila
alurnya bikin mumet
2020-09-03
0
Mela Rosmela
krisna ..sabar nya luar biasa
2020-07-10
1