Stage 7 Flashback Onn 1

Seperti yang kamu ketahui

Kenangan tetap abadi

Meski hanya dalam hati

Dan seperti yang kamu duga

Rasa bisa saja berbeda

Ketika hati tak lagi mampu menjaganya

Tapi cinta tetaplah ada

Walau hanya sedikit

Dan diwaktu yang teramat sulit

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Krisna termenung memikirkan hidupnya. Mengingat kembali bagaimana awal mula dia dan Poda bertemu.

Flashback onn

17 Desember 2010

Krisna dan Poda dua insan sejoli yang dipertemukan Tuhan untuk saling menyempurnakan. Hari ini mereka melakukan pertemuan untuk pertama kalinya dan untuk pertama kalinya juga mereka sama-sama mengakui perasaan yang sebenarnya. Sebelumnya mereka hanya berhubungan via sosial media berlogo biru dengan huruf F sebagai ikonnya. Di suatu siang dikala hujan mulai rintik-rintik mereka dipertemukan. Sebuah cafe yang cukup riuh, namun mereka memilih privat room yang lebih sunyi agar pertemuan mereka tidak terlihat siapapun. Pastinya juga untuk menghindari kecanggungan masing-masing. Krisna duduk sendiri di sofa sambil sesekali melirik arloji di pergelangan tangannya. Sudah lima belas menit duduk dan belum ada tanda-tanda kehadiran Poda.

"Hei, sudah lama?," Poda menyapa untuk pertama kalinya.

"Baru saja," jawab Krisna.

Krisna merasa malu jika harus mengakui lima belas menit hanya untuk menunggu Poda. Tetap ingin terlihat seangkuh mungkin agar Poda tidak menindasnya suatu saat kelak.

Mereka berjabat tangan dan saling menyebutkan nama masing-masing.

"Poda," ujar Poda.

"Krisna," ucap Krisna.

"Silahkan duduk," Krisna mempersilahkan karena bagaimanapun juga dia tetaplah yang datang pertama kali.

"Boleh duduk disampingmu?," Poda bertanya berharap Krisna memperbolehkannya.

"Seperti yang kamu lihat hanya ada aku, sendiri, disampingku masih kosong dan pastinya itu memang tersedia untukmu,"

Poda tersenyum manis merasa dirinya menang dan menghempaskan pantatnya di sofa sebelah.

"Love at first sight. Cup..," ujar Poda seraya mengecup pipi Krisna.

"Heh, apa-apaan ini? Baru pertemuan pertama sudah seperti ini. Bagaimana kelanjutannya?," pikir Krisna dalam hati.

"Maybe, not first girl?," Krisna bertanya.

"Kamu memang bukan wanita pertama yang kucinta, tapi percayalah kamu pacar pertama dan terakhir untukku," jawab Poda.

"Mungkinkah itu kata-kata dari semua pria? Karena tidak sedikit diluar sana yang pernah bermain cinta dan berkata hal serupa," batin Krisna.

"Kamu tipe wanita yang sedikit posesifkah?," tanya Poda.

"Aku tidak hanya posesif tapi juga sensitif dan agresif," jawab Krisna.

Mereka kemudian sama-sama tertawa.

"Wah, sepertinya kamu lawan main yang pas," lirih Poda namun Krisna tetap mendengarnya.

"Tidak juga, bahkan aku belum pernah bermain barang sekali saja," jawab Krisna.

"Tidak terlalu masalah bagiku, nanti aku akan mengajarimu," rayu Poda.

"Dasar pria menyebalkan," Krisna memanyunkan bibir dan sedikit berbicara pada dirinya sendiri.

Tidak tau berawal dari mana, yang tadinya hanya bersebelahan kini mendekat memisahkan jarak yang ada. Poda menggenggam jemari wanita disebelahnya. Diam, menanti respon wanita itu. Menolak, memarahinya, atau membalasnya. Merasa mendapat sinyal positif, Poda lalu menciumnya perlahan. Ternyata dugaannya salah. Dia pikir Krisna akan marah-marah dan memaki saat Poda menciumnya ternyata sekarang justru genggaman itu semakin erat seperti tak ingin melepaskan.

Menikmati aroma melati yang keluar dari lotion wanita itu membuatnya merasa betah. Hanya menikmati aromanya saja membuatku nyaman, apalagi memeluknya. Ingin sekali aku merengkuhnya, membuatnya hanyut dalam dekapan. Sedikit menggigit jemari itu. Namun ternyata dia benar-benar menggigitnya.

"Aw sakit, kamu menggigitnya! Apa kamu kelaparan?," kata Krisna.

"Maaf, aku tidak sengaja," kata Poda dengan memasang senyum melasnya.

Tak ingin hanyut terlalu dalam, Poda memanggil pelayan untuk mengurangi tingkat imajinasinya. Untuk menyadarkan hasrat liarnya yang mulai meronta.

Mereka berbicara untuk mengenal lebih dekat hingga makanan datang dan menghabiskannya. Mereka makan dalam diam hanya sesekali saling menyuapi. Bukan mereka berada dalam kecanggungan, hanya saja menghindari sesuatu yang nantinya bisa lebih dari itu. Ada saatnya dimana mereka akan hanyut dan saling melampiaskan. Selesai makan Poda kembali mendekat. Kali ini tidak hanya memegang jemarinya, namun mulai memeluknya. Dinginnya hujan dan lagu "One thousand years" yang menyaksikan kemesraannya mereka. Setelah Poda datang, hujan perlahan mulai deras. Sungguh suasana yang sangat diinginkan setiap insan. Merekapun beruntung menikmati momen itu yang sepertinya sudah diskenariokan Tuhan. Poda memeluk Krisna sekali lagi kali ini membiarkan bibirnya mengecup pipi wanita itu. Menempelkan tangan dihiburnya kemudian menciumnya juga.

"Cukup untuk permulaan. Aku takut semakin jauh. Dan kurasa bukan disini tempatnya". Pikir Poda.

Setengah jam berlalu. Poda pun masih memeluk Krisna. Membiarkan Krisna bersandar di bahunya. Meski lama, namun tak juga membuat Poda bosan. Rasa pegal dipundaknya juga tidak terasa. Apalagi rasa lelah. Semua terasa begitu nyaman tanpa ada kepalsuan. Hingga akhirnya mereka memilih pulang karena hujan sudah reda.

Paginya, Krisna kembali ke aktivitasnya sebagai pelajar biru putih. Karena pada saat itu Krisna masih duduk di bangku kelas VIII SMP. Pihak sekolah merencakanan study tour sebagai agenda tahunan. Itu berarti semua kelas VIII akan mengikutinya dua Minggu lagi.

"Baru ketemu pacar, sudah mau LDR an," suara Reni meledek dari ujung pintu.

"Apa-apaan, aku saja tidak mempunyai pacar," ujar Krisna.

Krisna mengelak karena dia memang malu pacaran saat masih berstatus menjadi pelajar. Apa kata orangtuanya nanti.

Di sekolah tidak ada status pacar diantara teman prianya. Semua mengalir seperti selayaknya, belajar, istirahat, dan bermain bersama. Begitu rutinitasnya di kelas. Krisna tidak terlalu bodoh namun tidak terlalu pintar. Dia termasuk kategori pas-pasan. Tidak cantik dan tidak terlalu buruk. Kategori pas-pasan juga. Namun diam-diam ada yang mengaguminya. Kerap mendekatinya, tapi Krisna berpikir dia sama dengan teman pria lainnya. Hanya mendekati ketika membutuhkan contekan. Ternyata Krisna salah. Laki-laki itu tidak menginginkan contekan melainkan menginginkan kedekatan. Setiap hari mereka duduk bersampingan seperti layaknya pengantin kecil, tapi tidak duduk didepan penghulu. Duduk dipojok kelas di barisan paling belakang. Tempat yang aman untuk mereka mencontek.

Sekarang tibalah jadwal study tour dilaksanakan. Semua siswa SMP NEGERI * W*TES akan melakukan study tour Goes to Jakarta Bandung.

"Sayang hati-hati dijalan. Semoga selamat sampai tujuan. Jangan lupa pulang membawa hati yang penuh cinta untuk oleh-olehnya," pesan terakhir dari Poda saat Krisna berpamitan untuk pergi.

"Kita tidak satu bus?," pesan masuk dari Rendra. Laki-laki yang selama ini mendekatinya.

From: Krisna

"Sepertinya tidak. Aku di bus no 3 kamu dimana?"

From: Rendra

"Aku di no 2, aku mau tukar bus saja"

From: Krisna

"Kenapa?"

From: Rendra

"Aku pengen didekatmu. Sebentar aku cari pemandu bus dulu ya"

From: Krisna

"Jangan! Kita kalau sudah sampai juga bisa bareng lagi"

From: Rendra

"Tapi aku mau didekatmu. Kamu sekursi sama siapa?"

From: Krisna

"Sama Ayu, kamu tetap disitu! Jangan membuatku malu mau pindah bus gara-gara hal tidak penting"

From: Rendra

"Kamu itu penting"

Krisna berpikir itu hal itu biasa. Mungkin Rendra menganggap penting karena selama ini mereka selalu sebangku hanya untuk kali ini mereka terpisah.

Terpopuler

Comments

Ateu Patty

Ateu Patty

alur ceritanya jngn d bolak balik dong thor

2020-10-30

0

Mela Rosmela

Mela Rosmela

suka banget

2020-07-09

0

Deti Anggraini

Deti Anggraini

masih lanjut mampir

2020-06-04

0

lihat semua
Episodes
1 Stage 1 Prolog
2 Stage 2 Lapar
3 Stage 3 Cinta
4 Stage 4 Tidak di Restui
5 Stage 5 Sibuk
6 Stage 6 Sumpah
7 Stage 7 Flashback Onn 1
8 Stage 8 Flashback onn 2
9 Stage 9 Flashback onn 3
10 Stage 10 Flashback onn 4
11 stage 11 Flashback onn 5
12 Stage 12 Flashback off
13 Stage 13 Kecelakaan
14 Stage 14 Ranjang
15 Stage 15 Malam Pertama
16 Stage 16 Hangatnya Malam
17 Stage 17 Aku Lelah
18 Stage 18 Nafsu
19 Stage 19 Kembali Bekerja
20 Stage 20 New Partner
21 Stage 21 Raka Rahardian
22 Stage 22 Sosok Sederhana
23 Stage 23 POV Raka
24 Stage 24 Aku Mencintai Kekasihmu
25 Stage 25 Pasar Malam
26 Stage 26 Tentang Hati yang Tak kan Mengerti
27 Stage 27 Bertahan
28 Stage 28 Resta
29 Stage 29 Merasa Nyaman
30 Stage 30 Zonk
31 Stage 31 Menahan
32 Stage 32 Luka Perih
33 Stage 33 Gagal Move On
34 Stage 34 Gagal
35 Stage 35 Luka
36 Stage 36 Sadar
37 Stage 37 Remember of
38 Stage 38 Keringat
39 Stage 39 Ada yang Beda
40 Stage 40 Pendekatan yang Sia-sia
41 Stage 41 Visitor
42 Stage 42 Negoisasi Jabatan
43 Stage 43 Pengen Tahu
44 Stage 44 Terakhir
45 Stage 45 Di Mobil
46 Stage 46 Peluk
47 Stage 47 Kaliurang
48 Stage 48 Menggelikan
49 Stage 49 Denada
50 Stage 50 Bukan
51 Stage 51 Luka
52 Stage 52 Tertangkap Basah
53 53 Kekasih Gelapku
54 Stage 54 Panggilan
55 Stage 55 Surat Cinta untuk Dia
56 Stage 56 Kemunculan Denada
57 Stage 57 Licik
58 Stage 58 Kata-kata di Tengah Kepanikan
59 Stage 59 Diusir
60 Stage 60 Jemuran
61 Stage 61 Tiga Puluh Menit
62 Stage 62 Cara Pulang
63 Stage 63 Ssstt Diam
64 Stage 64 Gila
65 Stage 65 Surprise
66 Stage 66 Kotak kecil
67 Stage 67 Pacar Pertama
68 Stage 68 Tabir Surya
69 Stage 69 Starbuck
70 Stage 70 Kursi Taman
71 Stage 71 Pergi
72 Stage 72 Tentang Cinta
73 Stage 73 Aneh
74 Stage 74 Cikhen Katsu
75 Stage 75 Menemukanmu
76 Stage 76 Membaik
77 Stage 77 Berbicara kepada Angin
78 Stage 78 Menghancurkan Reputasi
79 Stage 79 Sendu
80 Stage 80 Kesal
81 Stage 81 Mata Elang VS Mata Belok
82 Stage 82 Quotes Cinta
83 Stage 83 Seafood
84 Stage 84 Bioskop
85 Stage 85 Pomade
86 Stage 86 Larut Malam
87 Stage 87 Drama Live
88 Stage 88 Gengsi
89 Stage 89 Pembuat Onar
90 Stage 90 Bisikan Setan
91 Stage 91 Cayangku
92 Stage 92 Ibadah
93 Stage 93 Kecupan
94 Stage 94 Perang Dingin
95 Stage 95 Aroma Maskulin
96 Stage 96 Stalker
97 Stage 97 Terry
98 Stage 98 Jin Penunggu
99 Stage 99 Kehilangan
100 Stage 100 Tanah Kelahiran
101 Stage 101 Berakhir
102 Stage 102 Coklat
103 Akhir dari Sebuah Kekhilafan
104 Stage 104 Aksi Gila
105 Puas
106 Stage 106 Pencitraan
107 Stage 107 Melindungi
108 Stage 108 Nafasmu
109 Stage 109 Mabuk
110 Stage 110 Dosa Terindah
111 Satage 111 Kehadiran
112 Stage 112 Hujan Ciuman
113 Stage 113 I Can't
114 Stage 114 Khilaf
115 Stage 115 Rayuan
116 Stage 116 Roti Sobek
117 Stage 117 Failed Engangement
118 Stage 118 Jadi ke Dua
119 Stage 119 Merelakan Hidupnya
120 Stage 120 Malam Terakhir
121 Stage 121 Pernikahan Paksa
122 Stage 122 Mengalah Adalah Kewajiban
123 Stage 123 Beach
124 Stage 124 AWAL (Terry dan Krisna)
125 Stage 125 Baby
126 Stage 126 Hambar
127 Stage 127 Ikatan Batin
128 Akhir
129 Pengumuman
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Stage 1 Prolog
2
Stage 2 Lapar
3
Stage 3 Cinta
4
Stage 4 Tidak di Restui
5
Stage 5 Sibuk
6
Stage 6 Sumpah
7
Stage 7 Flashback Onn 1
8
Stage 8 Flashback onn 2
9
Stage 9 Flashback onn 3
10
Stage 10 Flashback onn 4
11
stage 11 Flashback onn 5
12
Stage 12 Flashback off
13
Stage 13 Kecelakaan
14
Stage 14 Ranjang
15
Stage 15 Malam Pertama
16
Stage 16 Hangatnya Malam
17
Stage 17 Aku Lelah
18
Stage 18 Nafsu
19
Stage 19 Kembali Bekerja
20
Stage 20 New Partner
21
Stage 21 Raka Rahardian
22
Stage 22 Sosok Sederhana
23
Stage 23 POV Raka
24
Stage 24 Aku Mencintai Kekasihmu
25
Stage 25 Pasar Malam
26
Stage 26 Tentang Hati yang Tak kan Mengerti
27
Stage 27 Bertahan
28
Stage 28 Resta
29
Stage 29 Merasa Nyaman
30
Stage 30 Zonk
31
Stage 31 Menahan
32
Stage 32 Luka Perih
33
Stage 33 Gagal Move On
34
Stage 34 Gagal
35
Stage 35 Luka
36
Stage 36 Sadar
37
Stage 37 Remember of
38
Stage 38 Keringat
39
Stage 39 Ada yang Beda
40
Stage 40 Pendekatan yang Sia-sia
41
Stage 41 Visitor
42
Stage 42 Negoisasi Jabatan
43
Stage 43 Pengen Tahu
44
Stage 44 Terakhir
45
Stage 45 Di Mobil
46
Stage 46 Peluk
47
Stage 47 Kaliurang
48
Stage 48 Menggelikan
49
Stage 49 Denada
50
Stage 50 Bukan
51
Stage 51 Luka
52
Stage 52 Tertangkap Basah
53
53 Kekasih Gelapku
54
Stage 54 Panggilan
55
Stage 55 Surat Cinta untuk Dia
56
Stage 56 Kemunculan Denada
57
Stage 57 Licik
58
Stage 58 Kata-kata di Tengah Kepanikan
59
Stage 59 Diusir
60
Stage 60 Jemuran
61
Stage 61 Tiga Puluh Menit
62
Stage 62 Cara Pulang
63
Stage 63 Ssstt Diam
64
Stage 64 Gila
65
Stage 65 Surprise
66
Stage 66 Kotak kecil
67
Stage 67 Pacar Pertama
68
Stage 68 Tabir Surya
69
Stage 69 Starbuck
70
Stage 70 Kursi Taman
71
Stage 71 Pergi
72
Stage 72 Tentang Cinta
73
Stage 73 Aneh
74
Stage 74 Cikhen Katsu
75
Stage 75 Menemukanmu
76
Stage 76 Membaik
77
Stage 77 Berbicara kepada Angin
78
Stage 78 Menghancurkan Reputasi
79
Stage 79 Sendu
80
Stage 80 Kesal
81
Stage 81 Mata Elang VS Mata Belok
82
Stage 82 Quotes Cinta
83
Stage 83 Seafood
84
Stage 84 Bioskop
85
Stage 85 Pomade
86
Stage 86 Larut Malam
87
Stage 87 Drama Live
88
Stage 88 Gengsi
89
Stage 89 Pembuat Onar
90
Stage 90 Bisikan Setan
91
Stage 91 Cayangku
92
Stage 92 Ibadah
93
Stage 93 Kecupan
94
Stage 94 Perang Dingin
95
Stage 95 Aroma Maskulin
96
Stage 96 Stalker
97
Stage 97 Terry
98
Stage 98 Jin Penunggu
99
Stage 99 Kehilangan
100
Stage 100 Tanah Kelahiran
101
Stage 101 Berakhir
102
Stage 102 Coklat
103
Akhir dari Sebuah Kekhilafan
104
Stage 104 Aksi Gila
105
Puas
106
Stage 106 Pencitraan
107
Stage 107 Melindungi
108
Stage 108 Nafasmu
109
Stage 109 Mabuk
110
Stage 110 Dosa Terindah
111
Satage 111 Kehadiran
112
Stage 112 Hujan Ciuman
113
Stage 113 I Can't
114
Stage 114 Khilaf
115
Stage 115 Rayuan
116
Stage 116 Roti Sobek
117
Stage 117 Failed Engangement
118
Stage 118 Jadi ke Dua
119
Stage 119 Merelakan Hidupnya
120
Stage 120 Malam Terakhir
121
Stage 121 Pernikahan Paksa
122
Stage 122 Mengalah Adalah Kewajiban
123
Stage 123 Beach
124
Stage 124 AWAL (Terry dan Krisna)
125
Stage 125 Baby
126
Stage 126 Hambar
127
Stage 127 Ikatan Batin
128
Akhir
129
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!