Stage 2 Lapar

Aku tidak tahu seberapa jauh aku tersesat

Yang kuinginkam saat ini

Aku hanya ingin kembali

Meski kembali keperaduan terlampau sulit

Namun bertahan disini juga teramat sakit

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

******* lembut perlahan menjadi buas dan saling menuntut. Keduanya tidak mempermasalahkan itu karena memang saat ini mereka menginginkannya.

Semua terjadi seperti mimpi. Begitu cepat namun menyisahkan nikmat. Percintaan usai setelah Poda mencapai puncaknya dan memilih lelap dalam tidurnya.

"Tidak pernah terpikir olehku akan melakukan ini lagi. Berkali-kali aku melakukannya, namun selalu ada sesal dibelakang. Selama ini Poda selalu berhasil menenangkanku dengan tutur katanya yang manis, juga perlakuannya yang lembut membuatku berkali-kali hanyut dan menyelami indahnya dunia bersama, tapi saat ini aku yakin mampu melawan semua itu," pikir Krisna.

Jika Poda memilih terbang ke alam liarnya, berbeda dengan Krisna. Wanita itu kesulitan untuk memejamkan mata. Insomnia kembali menyerangnya. Terkadang disaat ribuan pikiran berterbangan, wanita itu akan sulit memejamkan mata. Namun sering di lain waktu dia dengan mudahnya pergi ke alam bawah sadarnya.

Tidak ada yang bisa dilakukan Krisna selain duduk manis di ranjang ini. Hal yang sangat membosankan. Seharusnya tadi memilih kamar dengan fasilitas lengkap bukan hanya televisi seperti ini. Sehingga wanita itu bisa leluasa menghabiskan malamnya sendiri.

"Mengapa semua jadi menyebalkan begini? Terlalu gegabah memilih hingga tidak bisa membedakan apa fasilitas di dalamnya. Bisa dipastikan juga kalau Poda yang ceck in pasti seperti ini," batin Krisna.

Ranjang disebelah nampak bergera namun Krisna mengabaikannya. Dia meraba ponsel di bawah bantal, tapi tidak ada. Terlalu hening untuknya karenadia terbiasa mendengarkan musik sebagai teman setianya di kamar. Setelah menemukan ponsel, Krisna segera mencari aplikasi dengan logo tangga nada.

"Terlampau sering kau buat air mataku

Tak pernah kau tahu dalamnya rasa cintaku

Tak banyak inginku jangan kau ulangi

Menyakiti aku sesuka kelakuanmu

Ku bukan manusia yang tidak berfikir

Berulang kali kau lakukan itu padaku

Jika cinta dia jujurlah padaku

Tinggalkan aku disini tanpa senyumanmu

Jika cinta dia ku coba mengerti

Teramat sering kau membuat patah hatiku

Kau datang padanya tak pernah kutahu

Kau tinggalkan aku disaat ku butuh kan mu

Cinta tak begini selama ku tahu

Tetapi ku lemah karena cintaku padamu

Jika cinta dia jujurlah padaku

Tinggalkan aku disini tanpa senyumanmu

Jika cinta dia ku coba mengerti

Mungkin kau bukan cinta sejati dihidupku

Jika cinta dia jujurlah padaku

Tinggalkan aku disini tanpa senyumanmu

Jika cinta dia ku coba mengerti

Mungkin kau bukan cinta sejati dihidupku

Jika cinta dia jujurlah padaku

Tinggalkan aku disini tanpa senyumanmu

Jika cinta dia ku coba mengerti

Mungkin kau bukan cinta sejati dihidupku*"

Lagu Gisele dengan judul "Jika Cinta Dia" yang di dengarkan Krisna saat ini.

"Jenuh dan membosankan, hanya sendiri tanpa bisa tidur," gerutu Krisna dalam hati.

Mengapa takdir begitu mudah mengubah suasana hati. Sekarang Krisna tersenyum, besok tertawa, lusa bisa jadi dia manangis. Dia selalu mengeluh di setiap waktu yang ditempuhnya. Kadang merasa dirinya terlalu rapuh hanya untuk menjalani hidup. Terlalu sering menggerutu, terlalu sering mengumpat bahkan terkadang Krisna tidak mengerti dengan kehidupannya sendiri.

Krisna lapar, tapi tidak mungkin Poda akan mencarikan makanan untuknya. Dia tidak pernah sedikitpun memperdulikan tentang perut Krisna. Hanya sesekali saja ketika suasana hatinya bahagia dia bisa mengerti tentang Krisna seutuhnya. Ya, meskipun hanya sementara bukan selamanya. Percuma saja Krisna mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terwujud. Harapan itu tidak akan pernah menjadi kenyataan. Semua terlalu mustahil untuk menjadi nyata.

Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Krisna memutuskan untuk mencari makan. Diam di sinilun tidak akan ada yang mengerti. Tidak mungkin ada makanan datang. Bahkan wanita itu lupa akan layanan pesan antar yang tersedia 24jam.

Saat Krisna akan beranjak pergi, tiba-tiba lengan Poda menahannya. Menarik dan mrmbawa Krisna dalam pelukannya kembali. Poda seperti tidak mau terlepas dari Krisna.

"Mau kemana?," tanya Poda.

"Mau makan aku lapar," jawab Krisna asal.

"Yakin?," pancing Poda.

"Tolong berhenti! Ingat kesepakatan itu atau aku juga akan melakukan hal lain agar kamu tidak memaksaku lagi," ucap Krisna dengan penuh penekanan agar Poda mengerti apa yang dimaksud Krisna.

"Maaf, kamu mau kemana?," tanya Poda.

"Makan! Aku lapar sayang," jawab Krisna dengan sedikit jengkel.

Tiba-tiba drt... drt... drt....

"Sial siapa sih malem-malem mengganggu saja," Poda melepas pelukan lalu mengambil ponselnya.

"Operator heh! Nggak ada kerjaan atau mungkin mereka lagi jomblo," gerutu Poda sambil memanyukan bibir.

Merasa dititik aman Krisna segera berlari menuju kamar mandi untuk mencari tempat yang menurutnya aman. Setelah selesai, dia keluar dengan pakaian lengkap serta memakai jaket yang sudah disiapkan tadi.

"Sayang, aku cari makan sebentar! Aku kelaparan dari tadi perutku keroncongan," ucap Krisna sedikit kesal.

Setelah pamitan Krisna segera keluar kamar mencari cafetaria di hotel itu. Membaca menu, lalu lidahnya terasa asing dengan menu makanan yang dibaca. Biasanya cuma makan mie ayam dan bakso, di sana mana mungkin ada. Apalagi tengah malam seperti itu pasti mustahil.

"Mau makan apa mbak?," tanya pelayan cafe.

"Makaroni rasa barbeque satu, spagetti tomatto sauce satu," Krisna menjawab singkat karena hanya itu makanan yang diketahuinya.

"Duh betapa bodohnya aku memilih tempat ini, jadi terlihat semakin bodoh kan! Mana mungkin orang kampung sepertiku tahu manakan seperti ini," gerutu Krisna dalam hati.

"Minumnya sekalian mbak? Red wine mungkin?," tanya pelayan lagi.

"Cappucino latte with full wipe cream saja mas", jawab Krisna asal.

"Apa mungkin wajah oriental seperti aku bisa minum Red win? Minum a*ua aja pilek," batin Krisna.

Setelah pesanan selesai Krisnakembali kekamar. Betapa terkejutnya melihat gorila mendengkur dengan wajah tanpa dosa. Segera di goyang kan tubuh Poda seraya berteriak dikupingnya.

"Honey apa yang kamu lakukan? Aku keluar cari makan kamu malah tiduran," teriak Krisna. Sedangkan Poda tidak bergeming sedikitpun.

"Main beneran atau hanya akting heh?," Krisna menyeringai licik.

Perlahan Krisna mengecup pipi Poda, lalu menjambak rambutnya perlahan setelah itu kembali menggoyangkan tubuh Poda.

"Sayang bangun ayo makan aku kelaparan," Krisna merajuk seperti anak kecil minta mainan.

Dan benar saja kalau urusan makan mana mungkin Poda mau ketinggalan. Poda akhirnya bangun dan mereka makan dalam diam. Hanya sesekali saja berbicara. Tanpa mengurangi rasa canggung, kadang Krisna sedikit jahil. Dia benci kecanggungan seperti itu. Sengaja Krisna akan menyuapi Poda tapi diurungkan. Krisna suka melihat Poda memanyunkan bibir.

POV Poda

Perkenalkan namaku Feri Poda Mardana. Biasa dipanggil Poda. Hari ini aku pergi dari kota Yogyak*rta menuju Semar*rang. Kota yang akhir-akhir ini menjadi tempat paling nyaman untukku. Ini ketiga kalinya aku kesana. Dan untuk hari ini rinduku benar-benar sudah tak tertahankan. Bayangkan saja, enam bulan ini aku menjalani LDR (Long Distance Relationship). Aku bekerja di kota asalku. Sedangkan pacarku bekerja di salah satu pabrik di kota Sem*rang. Dya yang menemaniku selama 5th ini. Kita pacaran sejak 2010. Tepatnya setelah aku mengalami bahtera hidup yang mengenaskan. Disaat itulah Tuhan mempertemukan kita. Wanita yang tidak sempurna namun mampu membuatku bahagia. Krisna Ristanti. Biasa dipanggil Krisna dan entah mengapa lebih suka dipanggil Krisna Yosepha. Lahir di bulan Agustus 1997. Sedangkan aku sendiri lahir bulan Maret 1992. Sampai di kota tujuan hujan deras turun. Pasti Krisna kedinginan. Mandi sore hari saja menggigil apalagi hujan deras begini. Kadang dia membuatku bingung. Sering kedinginan tapi tetap saja suka hujan-hujanan.

"Eh, bukankah itu bisa menjadi alasanku untuk tetap mendekapnya?" aku berkata dal hati.

Pagi ini kuawali dengan menstarter matic 125. Berjalan pelan menikmati indahnya ciptaan Tuhan. Jalan berliku pun tak menjadi alasan untukku menambah kecepatan. Aku hanya ingin menikmati kesederhanaan ini. Karena bahagia tidak bisa diukur dengan seberapa harta. Tapi tolak ukur kebahagiaan berdasarkan seberapa besar kita berkomitmen kepada cinta.

"Menatap indahnya senyuman di wajahmu

Membuatku terdiam dan terpaku

Mengerti akan hadirnya cinta terindah

Saat kau peluk mesra tubuhku

Banyak kata

Yang tak mampu kuungkapkan

Kepada dirimu

Aku ingin engkau selalu

Hadir dan temani aku

Di setiap langkah yang meyakiniku

Kau tercipta untukku

Sepanjang hidupku

Aku ingin engkau selalu

Hadir dan temani aku

Di setiap langkah yang meyakiniku

Kau tercipta untukku

Meski waktu akan mampu

Memanggil seluruh ragaku

Ku ingin kau tahu

Ku selalu milikmu

Yang mencintaimu*…"

Lagu dari band Ungu dengan judul "Tercipta Untukku" yang menemani perjananku pertama kali.

Aku memutarnya melalui ponsel dan mendengarkan melalui saluran earphone yang melekat di telinga.

Sampai kota tujuan, hujan deras turun. Sepertinya malam ini berpihak kepadaku. Aku mencari penginapan dan melakukan hubungan yang selama ini hanya bisa ku bayangkan saja. Setelah melakukan itu, aku tidak mengingat apa-apa lagi. Sepertinya aku langsung tertidur.

Aku terbangun ketika merasa ada sesuatu bergerak di sampingku. Mulai membuka mata, dan aku menemukan Krisna duduk disana. Bersandar di pinggir ranjang.

"Mau kemana?," itulah kata pertama yang terlontar saat aku membuka mata.

"Mau makan aku lapar," Krisna menjawab asal.

"Yakin?," ucapku.

"Makan aku lapar sayang," sedikit jengkel Krisna menjawabnya.

Tiba-tiba Drt... Drt... Drt....

"Sial siapa sih malem malem gini gganggu saja," aku melepas pelukan lalu mengambil ponselku.

"Operator heh! Nggak ada kerjaan atau mungkin mereka lagi jomblo", aku menggerutu sambil memanyukan bibir.

Aku segera meletakkan ponselku lagi. Namun Krisna sudah tidak ada. Aku melihat pintu kamar mandi tertutup. Pasti dia masuk.

"Lama sekali? Apa yang dilakukan Krisna?," aku bertanya pada diriku sendiri.

Krisna keluar dengan pakaian lengkap dan menggunakan jaket.

"Selarut ini, Krisna mau kemana?," aku semakin penasaran.

"Sayang, aku mau cari makan aku lapar," ucap Krisna. Ruapanya dia kelaparan.

"Tunggu aku ikut," pintaku.

"Tidak! Kamu mau makan apa?," tanya Krisna.

"Sama seperti kamu saja," aku menjawab asal.

"Oke, aku berangkat," pinta Krisna.

"Tunggu sebentar aku akan mengantarmu," aku berteriak.

"Baiklah aku tunggu di sini," aku menjawab pasrah.

**********************************************

Krisna kemudian pergi sendiri. Poda tidak terlalu mempermasalahkan karena ia pergi ke cafe hotel ini. Aman dan nyaman. Poda yakin tidak akan terjadi apapun. Poda tidur terlentang, mengingat dengan jelas adegan yang tadi dilakukan. Selalu merasa puas, namun tidak pernah merasa pas. Pasti ada yang janggal.

Poda mencari ponselnya, meraba di bawah bantal. Sepertinya tadi berada di bawah bantal. Kenapa sekarang tidak ada.

"Sial! Apa Krisna membukanya?," pikir Poda.

Mencari di bawah bantal yang lain namun tidak menemukannya.

"Kenapa aku lupa menaruhnya! Bagaimana jika Krisna membukanya?," gerutu Poda.

Merasa frustasi tidak menemukan ponsel, Poda kemudian mengambil pakaian yang berserakan di lantai, lalu memakainya.

"Fffyyiiiuuuhhhh," Poda akhirnya bisa bernafas lega.

"Untung ponselnya di sini," kata Poda ketika menemukan ponsel di bawah bajunya yang berserakan.

Walaupun udara di sana terasa panas, namun Poda tetap memakai pakaiannya. Sebenarnya dia juga sangat lapar. Khawatir tidak dikasih makan jika tidak mematuhi perkataan Krisna.

Menunggu Krisna pulang ditemani acara malam berkonten dewasa. Acara berkonten dewasa adalah tontonan favoritnya. Awalnya Poda merasa terhibur. Tertawa sendiri, tertawa lirih hingga suaranya tinggi memekakkan telinga, lalu hanya cekikikan lirih. Poda sudah terbiasa tertawa keras. Kadang ketika Krisna memberitahu, justru malah mendapat omelan dari Poda.

Berkali-kali menguap. Hingga tanpa disadari Poda kembali terlelap. Dia tertidir ketika sedang menonton tv. Sementara Krisna masih mencari makanan.

Terpopuler

Comments

istri seokjin

istri seokjin

ka mampir ya ke ceritaku
" KAU PERGI DIA KEMBALI"

2020-09-14

0

istri seokjin

istri seokjin

dah mampir ya ka

2020-09-14

0

Armi Sulastry

Armi Sulastry

berbelit belit, susah dipahami. diperjelas lagi ya kak

2020-09-02

5

lihat semua
Episodes
1 Stage 1 Prolog
2 Stage 2 Lapar
3 Stage 3 Cinta
4 Stage 4 Tidak di Restui
5 Stage 5 Sibuk
6 Stage 6 Sumpah
7 Stage 7 Flashback Onn 1
8 Stage 8 Flashback onn 2
9 Stage 9 Flashback onn 3
10 Stage 10 Flashback onn 4
11 stage 11 Flashback onn 5
12 Stage 12 Flashback off
13 Stage 13 Kecelakaan
14 Stage 14 Ranjang
15 Stage 15 Malam Pertama
16 Stage 16 Hangatnya Malam
17 Stage 17 Aku Lelah
18 Stage 18 Nafsu
19 Stage 19 Kembali Bekerja
20 Stage 20 New Partner
21 Stage 21 Raka Rahardian
22 Stage 22 Sosok Sederhana
23 Stage 23 POV Raka
24 Stage 24 Aku Mencintai Kekasihmu
25 Stage 25 Pasar Malam
26 Stage 26 Tentang Hati yang Tak kan Mengerti
27 Stage 27 Bertahan
28 Stage 28 Resta
29 Stage 29 Merasa Nyaman
30 Stage 30 Zonk
31 Stage 31 Menahan
32 Stage 32 Luka Perih
33 Stage 33 Gagal Move On
34 Stage 34 Gagal
35 Stage 35 Luka
36 Stage 36 Sadar
37 Stage 37 Remember of
38 Stage 38 Keringat
39 Stage 39 Ada yang Beda
40 Stage 40 Pendekatan yang Sia-sia
41 Stage 41 Visitor
42 Stage 42 Negoisasi Jabatan
43 Stage 43 Pengen Tahu
44 Stage 44 Terakhir
45 Stage 45 Di Mobil
46 Stage 46 Peluk
47 Stage 47 Kaliurang
48 Stage 48 Menggelikan
49 Stage 49 Denada
50 Stage 50 Bukan
51 Stage 51 Luka
52 Stage 52 Tertangkap Basah
53 53 Kekasih Gelapku
54 Stage 54 Panggilan
55 Stage 55 Surat Cinta untuk Dia
56 Stage 56 Kemunculan Denada
57 Stage 57 Licik
58 Stage 58 Kata-kata di Tengah Kepanikan
59 Stage 59 Diusir
60 Stage 60 Jemuran
61 Stage 61 Tiga Puluh Menit
62 Stage 62 Cara Pulang
63 Stage 63 Ssstt Diam
64 Stage 64 Gila
65 Stage 65 Surprise
66 Stage 66 Kotak kecil
67 Stage 67 Pacar Pertama
68 Stage 68 Tabir Surya
69 Stage 69 Starbuck
70 Stage 70 Kursi Taman
71 Stage 71 Pergi
72 Stage 72 Tentang Cinta
73 Stage 73 Aneh
74 Stage 74 Cikhen Katsu
75 Stage 75 Menemukanmu
76 Stage 76 Membaik
77 Stage 77 Berbicara kepada Angin
78 Stage 78 Menghancurkan Reputasi
79 Stage 79 Sendu
80 Stage 80 Kesal
81 Stage 81 Mata Elang VS Mata Belok
82 Stage 82 Quotes Cinta
83 Stage 83 Seafood
84 Stage 84 Bioskop
85 Stage 85 Pomade
86 Stage 86 Larut Malam
87 Stage 87 Drama Live
88 Stage 88 Gengsi
89 Stage 89 Pembuat Onar
90 Stage 90 Bisikan Setan
91 Stage 91 Cayangku
92 Stage 92 Ibadah
93 Stage 93 Kecupan
94 Stage 94 Perang Dingin
95 Stage 95 Aroma Maskulin
96 Stage 96 Stalker
97 Stage 97 Terry
98 Stage 98 Jin Penunggu
99 Stage 99 Kehilangan
100 Stage 100 Tanah Kelahiran
101 Stage 101 Berakhir
102 Stage 102 Coklat
103 Akhir dari Sebuah Kekhilafan
104 Stage 104 Aksi Gila
105 Puas
106 Stage 106 Pencitraan
107 Stage 107 Melindungi
108 Stage 108 Nafasmu
109 Stage 109 Mabuk
110 Stage 110 Dosa Terindah
111 Satage 111 Kehadiran
112 Stage 112 Hujan Ciuman
113 Stage 113 I Can't
114 Stage 114 Khilaf
115 Stage 115 Rayuan
116 Stage 116 Roti Sobek
117 Stage 117 Failed Engangement
118 Stage 118 Jadi ke Dua
119 Stage 119 Merelakan Hidupnya
120 Stage 120 Malam Terakhir
121 Stage 121 Pernikahan Paksa
122 Stage 122 Mengalah Adalah Kewajiban
123 Stage 123 Beach
124 Stage 124 AWAL (Terry dan Krisna)
125 Stage 125 Baby
126 Stage 126 Hambar
127 Stage 127 Ikatan Batin
128 Akhir
129 Pengumuman
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Stage 1 Prolog
2
Stage 2 Lapar
3
Stage 3 Cinta
4
Stage 4 Tidak di Restui
5
Stage 5 Sibuk
6
Stage 6 Sumpah
7
Stage 7 Flashback Onn 1
8
Stage 8 Flashback onn 2
9
Stage 9 Flashback onn 3
10
Stage 10 Flashback onn 4
11
stage 11 Flashback onn 5
12
Stage 12 Flashback off
13
Stage 13 Kecelakaan
14
Stage 14 Ranjang
15
Stage 15 Malam Pertama
16
Stage 16 Hangatnya Malam
17
Stage 17 Aku Lelah
18
Stage 18 Nafsu
19
Stage 19 Kembali Bekerja
20
Stage 20 New Partner
21
Stage 21 Raka Rahardian
22
Stage 22 Sosok Sederhana
23
Stage 23 POV Raka
24
Stage 24 Aku Mencintai Kekasihmu
25
Stage 25 Pasar Malam
26
Stage 26 Tentang Hati yang Tak kan Mengerti
27
Stage 27 Bertahan
28
Stage 28 Resta
29
Stage 29 Merasa Nyaman
30
Stage 30 Zonk
31
Stage 31 Menahan
32
Stage 32 Luka Perih
33
Stage 33 Gagal Move On
34
Stage 34 Gagal
35
Stage 35 Luka
36
Stage 36 Sadar
37
Stage 37 Remember of
38
Stage 38 Keringat
39
Stage 39 Ada yang Beda
40
Stage 40 Pendekatan yang Sia-sia
41
Stage 41 Visitor
42
Stage 42 Negoisasi Jabatan
43
Stage 43 Pengen Tahu
44
Stage 44 Terakhir
45
Stage 45 Di Mobil
46
Stage 46 Peluk
47
Stage 47 Kaliurang
48
Stage 48 Menggelikan
49
Stage 49 Denada
50
Stage 50 Bukan
51
Stage 51 Luka
52
Stage 52 Tertangkap Basah
53
53 Kekasih Gelapku
54
Stage 54 Panggilan
55
Stage 55 Surat Cinta untuk Dia
56
Stage 56 Kemunculan Denada
57
Stage 57 Licik
58
Stage 58 Kata-kata di Tengah Kepanikan
59
Stage 59 Diusir
60
Stage 60 Jemuran
61
Stage 61 Tiga Puluh Menit
62
Stage 62 Cara Pulang
63
Stage 63 Ssstt Diam
64
Stage 64 Gila
65
Stage 65 Surprise
66
Stage 66 Kotak kecil
67
Stage 67 Pacar Pertama
68
Stage 68 Tabir Surya
69
Stage 69 Starbuck
70
Stage 70 Kursi Taman
71
Stage 71 Pergi
72
Stage 72 Tentang Cinta
73
Stage 73 Aneh
74
Stage 74 Cikhen Katsu
75
Stage 75 Menemukanmu
76
Stage 76 Membaik
77
Stage 77 Berbicara kepada Angin
78
Stage 78 Menghancurkan Reputasi
79
Stage 79 Sendu
80
Stage 80 Kesal
81
Stage 81 Mata Elang VS Mata Belok
82
Stage 82 Quotes Cinta
83
Stage 83 Seafood
84
Stage 84 Bioskop
85
Stage 85 Pomade
86
Stage 86 Larut Malam
87
Stage 87 Drama Live
88
Stage 88 Gengsi
89
Stage 89 Pembuat Onar
90
Stage 90 Bisikan Setan
91
Stage 91 Cayangku
92
Stage 92 Ibadah
93
Stage 93 Kecupan
94
Stage 94 Perang Dingin
95
Stage 95 Aroma Maskulin
96
Stage 96 Stalker
97
Stage 97 Terry
98
Stage 98 Jin Penunggu
99
Stage 99 Kehilangan
100
Stage 100 Tanah Kelahiran
101
Stage 101 Berakhir
102
Stage 102 Coklat
103
Akhir dari Sebuah Kekhilafan
104
Stage 104 Aksi Gila
105
Puas
106
Stage 106 Pencitraan
107
Stage 107 Melindungi
108
Stage 108 Nafasmu
109
Stage 109 Mabuk
110
Stage 110 Dosa Terindah
111
Satage 111 Kehadiran
112
Stage 112 Hujan Ciuman
113
Stage 113 I Can't
114
Stage 114 Khilaf
115
Stage 115 Rayuan
116
Stage 116 Roti Sobek
117
Stage 117 Failed Engangement
118
Stage 118 Jadi ke Dua
119
Stage 119 Merelakan Hidupnya
120
Stage 120 Malam Terakhir
121
Stage 121 Pernikahan Paksa
122
Stage 122 Mengalah Adalah Kewajiban
123
Stage 123 Beach
124
Stage 124 AWAL (Terry dan Krisna)
125
Stage 125 Baby
126
Stage 126 Hambar
127
Stage 127 Ikatan Batin
128
Akhir
129
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!