Malam Pertamaku

Setelah menyiapkan hati dan mental ku, Aku berjalan mendekati kakak ku, berbasa-basi terkait pria yang ia bawa setelah dengan mudahnya membatalkan pernikahannya.

"Siapa pria itu?" tanyaku sedikit sinis.

"Dia Bagas orang Purwokerto," sautnya dengan senyum sumringahnya.

"Udah lama kenal?" tanyaku lagi.

"Baru kenal hari ini di kreta kita duduk sebangku, Jadi kita berkenalan, ngobrol-ngobrol terus aku ajak mampir kesini dan dia menyetujuinya." jelas Suraya.

Aku hanya menghelai Nafas panjang mendengar jawaban Suraya yang dengan mudahnya mengajak pria asing ke rumah.

Setelah sore hari Suraya berpamitan untuk kembali ke Jakarta, Suraya pergi dengan pria itu tanpa meminta maaf pada ibu, apa lagi padaku.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam harinya dimana adalah malam kedua kami sebagai suami istri sekaligus menjadi malam pertama ku tidur dengan Rudi, meskipun banyak orang bilang malam pertama adalah malam yang paling dinanti-nantikan oleh sepasang pengantin, tapi tidak bagiku, aku begitu sedih harus melayani suami yang tidak ku cintai sama sekali, tapi apa boleh buat, aku sudah menikah dengannya, aku juga sudah ikhlas menerima takdir ku, akan ku niatkan malam ini untuk beribadah kepada Allah jika malam ini aku harus melayani suamiku.

"Kita solat dulu dek," ucap Rudi mengagetkan lamunan ku.

Aku pun mengangguk dan mengikuti Rudi untuk sholat berjamaah.

Setelah selesai sholat kami kembali ke kamar.

Aku sudah merasa sangat tegang melihat Rudi mulai mendekatiku.

Rudi terus mendekatiku dan memegang kepalaku dengan kedua tangannya, kemudian Rudi meletakkan tangannya pada ubun-ubunku sambil membaca sesuatu.

Setelah selesai Rudi tersenyum padaku.

"Tidurlah... Kamu pasti merasa sangat lelah," ucap Rudi membuatku heran

Akupun membaringkan tubuhku dan masih merasa heran dengan Rudi, ternyata yang ku takutkan tidak terjadi malam ini.

Rudi tidur di sampingku tanpa melakukan apapun.

"Bolehkah aku bertanya?" tanyaku ragu.

"Katakan," saut Rudi

"Apa yang tadi Mas bacakan untuk ku?" tanyaku penasaran.

"Oh... Itu, Dek Nisa tidak perlu khawatir, Mas hanya membaca Do'a."

"Do'a?" tanyaku memastikan.

"Ya... Karena Rasulullah bersabda:

"Apabila salah seorang dari kamu menikahi wanita maka peganglah ubun-ubunnya lalu bacalah 'basmalah' seraya berdo'a seperti berikut..

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا وَخَيْرِ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ

Allaahumma innii as’aluka khairahaa wa khaira maa jabaltahaa ‘alaihi, wa a’uudzubika min syarrihaa wa syarri maa jabaltahaa ‘alaihi.

Yang Artinya: “Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabiatnya yang ia bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan tabiat yang ia bawa.” Ucap Rudi tersenyum

Aku yang mendengar penjelasan Rudi, seketika merasakan ketenangan dalam hatiku.

"Sekarang tidurlah, Mas tidak akan memaksakan kehendak, Mas akan melakukannya jika kamu sudah benar-benar merasa siap," ucap Rudi tersenyum

Aku menarik nafas panjang dan merasa sangat lega.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tak terasa Malam berlalu dengan cepat, samar-samar Adzan subuh telah berkumandang.

Seperti dalam mimpi aku merasa Rudi mengusap kepala ku, tapi rasa itu semakin nyata terlebih saat Rudi berbisik di telinga ku. "bangun dek kita solat subuh dulu," ucapnya lembut.

"Ah benar ternyata itu bukan mimpi," ucapku dalam hati lalu membuka mataku sepenuhnya.

"Pergilah mandi, Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu,"

Aku mengangguk dan pergi mandi dan dilanjutkan dengan sholat subuh berjamaah.

Aku yang melihat ketaatan dalam diri Rudi, membuat kesedihan di hati mulai berkurang.

"Setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah, maukah mulai hari ini Dek Nisa tinggal di rumah ku?"

Aku yang mendengar pertanyaannya merasa belum siap jika harus meninggalkan rumah dan tinggal bersama Rudi

"Baiklah jika Dek Nisa belum siap, Aku tidak akan memaksa," ucap Rudi yang tak mendengar jawaban dariku

"Eee... Aku siap Mas," ucap ku setelah memikirkan kondisi ibu.

"Kamu yakin?" tanya Rudi memastikan.

Aku menganggukkan kepalaku meskipun hatiku masih merasa ragu.

"Baiklah... Kalau begitu bersiaplah, apa yang ingin kamu bawa, kamu bawa, selebihnya aku akan mencukupi semua kebutuhan mu," ucap Rudi tersenyum

Setelah selesai mengemasi pakaian ku, aku dan Rudi meminta izin pada ibu.

"Ibu kami minta izin dan restu ibu, Insya Allah mulai hari ini Nisa akan tinggal bersamaku" tutur Rudi pada ibu.

"Ibu izinkan nak, Ibu titip Nisa, jika Nisa berbuat salah tolong jangan mengangkat tanganmu, kamu bisa memarahinya tapi jangan pernah mengangkat tanganmu," ucap Ibu berpesan.

"Ibu apa Aku terlihat seperti orang jahat? Ibu tidak perlu khawatir, Insya Allah Aku tidak akan pernah memarahi Nisa apa lagi memukulnya," ucap Rudi tersenyum.

Mendengar itu Ibu pun tersenyum lega.

"Baiklah ibu, kalau begitu kami pergi dulu," ucap Rudi lalu menunggu ku memeluk ibu untuk beberapa menit.

"Baiklah hati - hati nak" ucap ibu melepaskan pelukan ku.

"Hati - hati kak." imbuh Vina yang turut menyaksikan kepergian kami.

"Jaga ibu dengan baik, jangan bandel," ucap ku sembari memeluk Vina, adikku satu-satunya.

Vina mengangguk kecil dan melepaskan pelukannya seiring kami melangkah keluar.

Dengan berat hati, Aku pun pergi meninggalkan rumah menaiki motor tua yang Rudi bawa saat akad nikah kemarin.

Hanya berjarak sekitar tiga puluh menit perjalanan, akhirnya aku sampai di rumah Rudi dan langsung di sambut oleh orang tua dan kakak iparnya.

Meskipun rumahnya terbilang kecil dan sederhana tapi seluruh keluarganya menyambut ku dengan sangat hangat sehingga membuat ku merasa nyaman dan tidak canggung.

Setelah Rudi menemani ku beramah-tamah dengan keluarganya, Rudi meminta izin untuk pergi sebentar.

"Tunggulah disini Aku akan segera kembali," ucap Rudi bergegas keluar.

Hanya selang beberapa menit, Rudi pun kembali dengan membawa kunci di tangannya.

"Kita pergi sekarang?" tanya Rudi padaku

"Pergi?" tanyaku bingung.

"Ya, karena kita tidak akan tinggal disini, Aku sudah menyiapkan rumah untuk kita tinggali bersama," ucap Rudi tersenyum.

Orang tua Rudi dan kakaknya hanya tersenyum melihat ku kebingungan.

"Ayolah Dek... kita pergi sekarang biar gak kemaleman," ucap Rudi yang masih melihat ku duduk dengan kebingungan ku.

Meskipun masih bingung, Aku pun mengangguk dan mengikuti Rudi.

Begitu keluar, Aku kembali terkejut ketika Rudi memintaku untuk naik mobil hitam yang cukup mewah di depan rumahnya yang sebelumnya tidak ada.

"Naiklah," ucap Rudi membukakan pintu mobilnya.

Dengan berbagai macam pertanyaan, aku menuruti perintah Rudi yang meminta ku baik ke mobil itu.

Tanpa berlama-lama lagi, Rudi berpamitan kepada seluruh keluarganya dan mulai mengendarai mobilnya dengan lancar.

"Mobil siapa ini?" batinku tanpa berani bertanya langsung padanya.

Setelah menempuh perjalanan hampir semalam suntuk. Akhirnya mobil pun berhenti, membangunkan ku yang sudah tidur entah sejak kapan.

Setelah Rudi membukakan pintu mobilnya, aku turun dan terperangah melihat rumah yang berdiri cukup megah di hadapan ku.

"Rumah siapa lagi ini?" batinku semakin bingung dengan apa yang Rudi lakukan.

Rudi hanya tersenyum dan membawakan pakaian ku.

"Masuklah Dek, ini rumah Kita" ucap Rudi sembari membukakan pintu untuk ku.

Mendengar itu, aku merasa benar-benar tak percaya jika rumah besar ini milik Rudi yang akan aku tinggali bersamanya.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

susi 2020

susi 2020

🥰

2023-01-24

0

susi 2020

susi 2020

😘

2023-01-24

0

Yuli Silvy

Yuli Silvy

pura2 Rudi jd org susah🤭 ternyata jaya😁 nyesel itu kaka' ny udah tolak nikah SM rudi

2023-01-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!