Aku sibuk menyiapkan kamar untuk kak Suraya yang hari ini akan pulang ke rumah suamiku.
Rasa khawatir sebagai perempuan pasti ada, tapi kepercayaan ku pada Mas Rudi jauh lebih besar daripada kekhawatiran ku.
Lagi pula kak Suraya gak akan lama tinggal bersama kami sesuai kesepakatan.
Hanya nunggu hari melahirkan dan menyelesaikan 40 hari paca melahirkan.
Setelah selesai merapikan kamar aku keluar mencari Mas Rudi.
"Mas udah jam 19.00 kita siap - siap jemput kak Suraya,"
"Bentar ganti baju dulu," ucap Mas Rudi menuju lemari pakaiannya.
Aku mengangguk dan menunggunya.
Setelah Mas Rudi mengganti pakaiannya kamipun berangkat ke stasiun.
Saat kami tiba di stasiun kak Suraya sudah menunggu kami di pintu keluar.
Terlihat kak Suraya dengan perut besarnya.
Kamipun turun menghampiri kak Suraya.
"Udah lama nunggu kak?" tanyaku.
"Udahlah, lama banget sih kalian," ketus kak Suraya.
"Maaf kak jalannya macet,"
Kak Suraya melirik sinis Mas Rudi.
"Mas.." Aku memberi isyarat pada Mas Rudi agar membawakan tas pakaian kak Suraya.
Karena ku lihat Kak Suraya sudah sulit berjalan, aku pun menuntunnya ke mobil.
"Hati - hati kak.." ucapku sembari membukakan pintu mobil untuknya.
Kak Suraya duduk di belakang tanpa mengatakan apapun.
Mobil kamipun meninggalkan stasiun.
*****
"Ini kamar kakak," ucapku mengantar kak Suraya ke kamarnya.
Pandangan Kak Suraya terarah ke sana kemari mengamati seluruh isi kamar.
"Jika ada yang kak Suraya butuhkan panggil aku, atau jika aku tidak ada panggil Mbak Inah saja,"
Kak Suraya mengangguk dengan sedikit senyum di bibirnya.
Aku pun berjalan meninggalkan kamar kak Suraya.
"Bahkan kamar ini lebih besar dari ruang tamu di rumah kami, gimana dengan kamar mereka," gumam Suraya dalam hati.
"Aku benar-benar salah besar karena menolak Mas Rudi dan terbuai ucapan Manis Bagas, sekarang lihatlah hidup Nisa, dan bandingkan dengan hidupku, gumam Suraya lagi.
*****
Aku menyusul Mas Rudi yang sudah berada di atas tempat tidur.
Mas Rudi tersenyum dan mengulurkan tangannya.
Aku pun meraih tangan Mas Rudi dan meletakkan di pundak ku.
Aku bersandar di pundak Mas Rudi sambil melingkarkan tangan ku ke perutnya.
Mas Rudi tersenyum dan membelai rambut ku.
"Apa ini kode?" tanya Mas Rudi mengangjat daguku.
"Iih apaan sih," refleks aku mencubit perutnya.
"Awwwhhh..." ringis Mas Rudi.
"Kok cubit sih?" tanyanya.
"Ya lagian cuma peluk doang di bilang kode," aku sedikit cemberut.
"Ya kali aja Dek Nisa pengin pahala lagi," ucap Mas Rudi tertawa.
Kami terus bersenda gurau sebelum kami tidur.
Suraya yang sudah berdiri di kamar mereka semakin menyesali keadaannya.
"Nisa bilang jika aku membutuhkan sesuatu suruh panggil dia, tapi kedengarannya mereka tidak bisa di ganggu," Suraya meninggalkan kamar mereka dengan sedih.
"Ada perlu apa Bu?" tanya Mbak Inah yang berpapasan dengan Suraya.
"Tidak ada, aku hanya tidak bisa tidur, aku ingin berbincang dengan Nisa, tapi sepertinya dia sudah tidur,"
"Kalau begitu biar ku temani," ucap Mbak Inah.
Suraya mengangguk dan kembali ke kamarnya.
Suraya mulai meluruskan kakinya.
"Biar ku pijit Bu," Mbak Inah langsung memijit kaki Suraya.
Suraya tersenyum senang.
"Kalau sudah mendekati lahiran memang begini, sudah susah tidur, miring kiri salah miring kanan salah, telentang salah, pokoknya serba salah," ucap Mbak Inah tersenyum.
"Ya, Mbak Inah benar, apa Mbak Inah sudah memiliki anak?"
"Sudah Bu, dua malah," jelas Mbak Inah.
Setelah beberapa menit Suraya mulai memejamkan matanya.
*****
Pagi Hari.
Kami selesai sarapan, Mas Rudi bersiap berangkat.
"Mas berangkat dulu ya dek," ucap Mas Rudi mengulurkan tangannya.
Aku pun meraih tangan Mas Rudi dan menciumnya.
"Hati - hati Mas, jangan malem - malem pulangnya,"
"Apa Dek Nisa tidak bisah berlama-lama jauh dari Mas?" ucap Mas Rudi sambil mencubit hidungku.
"Mas..." Aku melirik Mbak Suraya.
"Oh.." Mas Rudi menutup mulutnya dengan tangannya karena mengerti maksudku.
Suraya menyunggingkan senyum terpaksanya.
"Baiklah, Assalamualaikum," ucap Mas Rudi lalu masuk ke mobilnya.
"Waalaikumsalam," Akupun melambaikan tanganku seiring kepergian mobil Mas Rudi.
"Lanjutkan makannya kak,"
Suraya mengangguk dan kembali melanjutkan makannya.
Ting..." terdengar Notifikasi ponselku berbunyi.
Aku melihatnya dan tertulis Nama Mas Rudi di layar.
Batinku baru beberapa menit meninggalkan rumah sudah kirim pesan.
Ternyata Mas Rudi hanya mengirimkan emot Love besar tanpa kata-kata apapun.
Aku tersenyum menggelengkan kepalaku.
Ting..." Ponsel ku kembali berbunyi.
Kini Mas Rudi memberikan emot kiss love tiga kali, aku kembali tersenyum dibuatnya.
Suraya yang melihat Nisa senyum - senyum sendiri dengan ponselnya menjadi sedikit jengkel.
Suraya meletakan sendok ke piring dengan kasar hingga Nisa di buat kaget olehnya.
"Kak Suraya," ucap Nisa menatap Suraya.
"Ee.. tidak, A.. aku tidak sengaja, maafkan aku," ucap kak Suraya langsung meninggalkan meja makan.
Nisa pun merasa bingung dengan sikap Suraya.
*****
"Benar-benar menyebalkan, kenapa selalu saja bermesraan di depanku," ucap Suraya kesal.
"Kak.." Nisa menyusul Suraya ke kamarnya.
"Ee.. masuklah Nis," Suraya tersenyum dengan terpaksa.
"Aku ingin menyampaikan pesan dari Mas Rudi, aku akan mengirimnya ke ponsel kakak,"
Suraya menganggukkan kepalanya.
"Suruh Mbak Suraya membaca Do'a ini biar kelak si Kecil tumbuh menjadi hamba yang salih dan salihah, sebagaimana doa yang dicontohkan dalam Alquran:
“Ya Allah berikanlah kepadaku dari sisi-Mu keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau adalah pendengar permohonan (do’a).” (QS. Al-Imran: 38)
"hal ini pun dijelaskan dalam Alquran:
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang shaleh dan berkhidmat karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui dan aku mohon perlindungan untuknya dan keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk.” (QS. Al-Imran: 35-36)
Suraya pun melihat pesan yang Nisa kirimkan.
Suraya Mulai membacanya.
"Dibaca sesering mungkin ya kak," ucapku sambil mengelus perut besar Kak Suraya.
"Makasih ya Nis, aku tidak tau bagaimana diriku jika kamu dan suamimu membantuku," terlihat wajah Kak Suraya sangat sedih.
Bersambung...
*****
Mohon di maklumi kalau UP nya lama, kan sudah mendekati lebaran 😄🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Ita rahmawati
smga suraya bner² tau dri y....
2022-12-17
0
Aruna Zahrani
klo emang dasarnya dah gt, sblm dpt hidayah utk berubah y ttp g akan berubah baik
2021-12-30
0
Jasir Jasir
senang baca banyak naba wawasan lanjtya
2021-09-23
3