Laura tampak makan malam bersama dengan kedua orang tuanya. Mereka makan dalam diam bergelut dengan fikiran mereka masing-masing. Terutama Laura, benaknya selalu berfikir bagaimana caranya agar keinginannya bisa di ACC dengan mulus tanpa ada drama perdebatan antara dirinya dan Sang Papa.
"Pa, Ma, nanti habis makan malam Laura mau bicara penting dengan kalian," ujar Laura.
"Kalau begitu habiskan makananmu Sayang , setelah itu kita bisa bicara santai diruang keluarga," ucap Maurence.
Maurence mengelus puncak kepala putri kesayangannya. Laura mengangguk patuh namun fikirannya berkecamuk karena takut keinginannya tidak terkabul.
Usai makan malam Laura bergegas masuk kamar dan mengambil sebuah formulir dari dalam tas ranselnya. Setelah apa yang dia cari sudah didapat, Laura bergegas turun tangga dengan sedikit tergesa - gesa menuju ruang keluarga yang ternyata sudah ditunggu oleh kedua orang tuanya. Dahi Andre tampak berkerut melihat sesuatu yang berada ditangan Laura. Namun dia mencoba diam, ia ingin mendengar lebih dulu apa yang akan dibicarakan oleh Putrinya.
"Pa, Ma, aku ingin bicara hal penting dengan kalian yang menyangkut soal pendidikannku. Hari ini hari resmi kelulusanku dan aku mendapatkan nilai terbaik disekolah dengan menjadi juara umum pertama, sebagai bentuk apresiasi ada sebuah perusahaan yang akan mendukung beasiswa bagi anak yang berprestasi agar bisa melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dan Laura termasuk salah satunya yang memperoleh kehormatan itu," tutur Laura.
"Apa kamu sudah menentukan universitas mana yang akan kamu pilih?" tanya Andre penasaran.
Laura pun menggelengkan kepalanya. Andre merasa heran dengan Laura yang seperti tidak bersemangat.
"Lalu kamu ingin bagaimana?" Andre mulai merasa tidak sabar.
"Bolehkah laura mengambil sekolah modeling?" tanya Laura.
sudah bisa Laura tebak, mata Andre seakan ingin keluar dari porosnya.
"Laura. Tanpa kamu tanya pun kamu sudah tahu jawaban Papa. BIG NO! jangan bicara apa-apa lagi kalau itu menyangkut keinginan kamu untuk menjadi seorang Model." Sarkas Andre.
"Please Pa. Apapun omongan atau persyaratan dari Papa, Laura akan turuti. Tapi tolong izinkan Laura jadi seorang Model," ujar Laura.
Laura tertunduk, jari jemarinya saling bertautan untuk menghilangkan rasa gugupnya.
"Benarkah kau akan menuruti semua perintah Papa dan menuruti semua keinginan Papa?" tanya Andre.
Andre tersenyum penuh arti, sepertinya Laura sudah masuk dalam perangkap Andre. Laura mengangguk antusias.
"Baiklah kalau begitu Papa cuma mengajukan satu syarat buat kamu penuhi." Tegas Andre.
"Apa pa?" tanya Laura penasaran.
"Kamu boleh jadi seorang Model, asalkan jodohmu Papa yang menentukan," tukas Andre.
Sontak membuat mata Laura melotot. Dia merasa tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Apa itu tidak terlalu berlebihan Pa? mana bisa Papa mengatur jodoh untukku? bukankah ini bukan lagi zaman Siti Markonah?" Laura keberatan.
"Siti Nurbaya Nak," ujar Maurence meluruskan.
"Ya itu maksudku," ucap Laura. Maurence tersenyum geli mendengar kata-kata Putrinya.
"Kalau kamu mau sekolah modeling itulah syarat yang Papa ajukan, bukankah adil? Papa menyetujui hal yang Papa tidak suka, sementara kamu menyetujui hal yang tidak kamu suka," ujar Andre.
Laura nampak berfikir dalam, keningnya sesekali mengkerut. Dia tampak menimbang untung dan rugi jika harus menerima tantangan dari Papanya itu.
Rupanya ekspresi Laura yang berubah-ubah membuat Andre dan Maurence merasa ingin meledakan tawa mereka. Laura tampak menggemaskan dengan mulut yang mengerucut sembari memutar-mutar bola matanya, sepertinya pergolakan batinnya sedang perang badai.
"Oke deal!" ucap Laura sembari menjulurkan tangan sebagai tanda kesepakatan mereka.
"Deal. Ingat, pejuang sejati yang harus dipegang adalah omongannya. Kamu tidak bisa mundur lagi dan apapun keputusan kedepannya, Papa semua yang akan ambil andil," ujar Andre menyeringai.
"Iya, iya, Papa diktator," ucap Laura.
Laura tampak sebal dengan ekspresi Papanya itu. Andre yang disebut Diktator oleh anaknya tidak bisa menahan tawanya lebih lama lagi.
"Lalu? negara mana yang menjadi pilihanmu?" tanya Andre.
"London! targetku harus 2 tahun lulus. Aku ingin sekali menjadi seorang Model Internasional," ujar Laura.
Hayalan Laura membuat senyumnya mengembang, Orang tua nya hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar cita-cita Putrinya itu.
"Sini Nak. Papa ingin memberi wejangan sedikit buat Putri tunggal Papa," kata Andre.
Andre membuka tangannya lebar agar Laura masuk dalam pelukannya. Laura segera berhambur kepelukan Papanya.
"Nanti saat kamu sudah diluar, jagalah dirimu sendiri seperti kamu menganggap penting nyawamu, kamu tentu tahu Papa dan Mama tidak mempunyai anak lain selain kamu. Kalau kamu sampai kenapa-kenapa, lalu apa gunanya kami hidup?" ujar Andre. mata Andre mulai berkaca - kaca.
"Sayang. Jagalah pergaulanmu, jangan pernah kecewakan kami. Tidak perlu kamu sibuk berkencan dengan Pria manapun, karena jodohmu Papa yang tentukan. Tidak ada Orang Tua yang mau menjerumuskan anaknya, apapun pilihan Papa nanti, pasti yang terbaik untukmu," sambung Andre.
"Iya Pa, Laura mengerti," sahut Laura yang masih bersedekap di dada Sang Papa.
"Laura Anak kesayangan Mama sini," ujar Maurence.
kini giliran Mama Maurence yang merentangkan kedua tangannya. Laura segera mendekati Sang Mama dan memeluknya.
"Laura. Mama adalah orang yang paling mengerti bagaimana dunia Model. Tidak semudah dan semulus proses seperti yang dibayangkan orang-orang. Wajah dan tubuh indah memang menjadi kebanggaan seorang Model, namun tetaplah rendah hati agar kita bisa bertahan. Intinya jadilah yang terbaik, jaga atitude dan pergaulanmu. Jangan pernah salah memilih teman, jangan mudah percaya pada siapapun termasuk yang mengaku teman. Karena bisa jadi orang yang paling menghianatimu adalah orang yang kamu anggap paling dekat. Kamu mengerti Nak?" tanya Maurence
"Iya Ma." Jawab Laura mengangguk.
"Ya sudah kamu istirahat ya? Mama masih mau ngobrol dulu sama Papa," ujar Maurence.
"Iya Ma." Jawab Laura.
Laura beranjak dari duduknya, dan segera pergi menuju kamarnya untuk memberitahu pada sahabatnya tentang berita gembira yang membuat hatinya berbunga -bunga.
"Hallo Ra," Nina berbicara disebrang telpon.
"Hallo Nin. Kamu lagi apa?" tanya Laura.
"Santai aja gue. Ada apa? aura-auranya kayak girang banget," ujar Nina.
"Iya dong. Gue ada kabar gembira buat loe." Jawab Laura.
"Apaan?" tanya Nina penasaran.
"Gue dibolehin sekolah modeling, dan gue pilih London tempat sekolah gue," ujar Laura.
"Yah...berarti kita bakal jauhan dong? tapi jangan sombong ya kalau udah jadi Model terkenal," ujar Nina.
"Ya enggaklah. Loe itu tetap menjadi sahabat terbaik gue," timpal Laura.
"Amin." Nina mengaminkan.
"Eh udah dulu ya gue mau cek paspor segala macam, rencananya gue dua minggu lagi mau terbang ke London," kata Laura.
"Pokoknya sebelum terbang ke London kita harus perpisahan dulu ya? jangan loe pergi-pergi aja tanpa pemberitahuan terlebih dahulu," ujar Nina sedih.
"Beresss...ntar dua hari sebelum gue pergi, gue bakal temuin loe. Ya udah ya bye," ujar Laura.
Laura mengakhiri panggilan telpon. Hatinya sangat bahagia disamping dia kepikiran soal jodoh yang akan dicarikan oleh Papanya.
"Bodo amat lah, soal itu bisa di pikirkan nanti, " kata Laura.
Laura pun bergegas menyiapkan berkas-berkas yang akan dibawanya pergi ke London.
Jangan Lupa LIKE,Koment And Vote agar aku tambah semangat up...makasih 🤗🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
Putri Minwa
lanjut thor
2022-10-14
0
Ria
lanjutt
2022-05-20
0
Restviani
semoga cita-citamu tercapai, Laura...
resti mampir kk
2022-05-16
0