Hampir 4 jam akhirnya Jessy sampai ke New York, ia menaiki taksi dan langsung menyebutkan alamat rumah sakit Alicia.
Selama diperjalanan Jessy memutuskan membuka sosial media nya yang sangat jarang ia buka. Sesekali membaca berita terkini tentang kondisi LA.
Jessy menyimpan kembali ponselnya saat mobil berhenti disebuah gedung rumah sakit yang lumayan besar.
"Ambil saja kembaliannya."
"Terimakasih nona." Ujar supir dengan wajah sumringahnya. Jessy membalas senyuman itu dan keluar dari taxi.
Jessy terdiam sebentar, ia menatap koper besarnya, haruskan ia membawa koper ke ruangan Alicia? Sungguh memalukan.
"Bisa aku menitipkan koper? Aku hanya akan menjenguk teman ku." Ujar Jessy pada security yang berjaga.
Baru saja security itu membuka mulutnya, Jessy langsung memberikan uang dibawah tangan pria itu.
"Ah kau baik sekali. Terimakasih, aku hanya sebentar." Ucap Jessy, ia langsung berlari kecil masuk kedalam rumah sakit, mengabaikan teriakan security yang memanggilnya. Ia mencari kamar yang dimaksud Alicia.
Jessy mengeluarkan ponselnya, ia melihat nomor kamar yang sama percis dengan yang Alicia kirimkan.
"Permisi." Ujarnya pelan sambil membuka pintu kamar.
Terlihat dua orang yang tengah mengobrol. Jessy tau siapa pria yang disebelah Alicia, itu pasti Richard, pria yang pernah datang kerumahnya mencari Alicia malam itu. Pria itu membuang wajahnya saat pandangan mereka bertemu, mungkin pria itu masih kesal karena sikap Jessy yang terkesan mengusir saat itu.
"Haii!" Pekik Alicia, Jessy yang tersadar langsung sedikit berlari masuk kedalam kamar inap, memeluk tubuh Alicia dan saling bertukar kabar, mengulang percakapan mereka ditelepon.
"Maaf aku mengabari mu akan berlibur melalui email." Ucap Jessy merasa bersalah.
"Tidak apa-apa, itu email lama ku. Salah aku juga mencantumkan email itu di biodata kepada mu." Senyum Jessy tak pudar, ia mengangguk mengerti. Sampai seseorang datang ke kamar inap, membuat obrolan mereka terhenti.
"Selamat siang." Pintu terbuka dan seorang pria berumur 40-an masuk.
"Maaf Mr.Alvaron, Justin sedang bersiap-siap. Ia akan terlambat kemari." Jessy melirik Richard, pria itu menghela nafasnya. Justin? Siapa Justin yang di maksud?.
"Tidak apa-apa. Katakan saja tidak usah, biar aku sendiri yang menemui pihak perusahaan. Aku sudah menyuruh orang untuk kemari membawakan surat-suratnya." Ujar Richard.
"Baik Mr, akan aku sampaikan nanti. Aku juga sudah memberitahu atas kejadian kemarin pada pihak proyek. Mereka mengerti dan tetap melanjutkan pembangunan proyek." Richard mengangguk, dan pria itu pun keluar.
Jessy mengerjapkan matanya beberapa kali, pikirannya masih berkecamuk.
"Ada apa?" Tanya Alicia menyadarkan Jessy dari lamunannya.
"Bukan apa-apa, hanya mengingat nama seseorang." Jawab Jessy cepat. Ia kembali tersenyum dan melanjutkan pembicaraan mereka.
Jika ia sendirian mungkin Jessy akan menepuk kepalanya sendiri, ia terlalu banyak memikirkan pria itu, hingga saat ada orang yang menyebutkan nama itu langsung ia berfikir dan menyimpulkan bahwa Justin yang di maksud adalah Justin yang ia cari.
"Ah iya, kau sudah makan?" Jessy menganggukan kepalanya.
"Sudah. Diperjalanan tadi aku sarapan dulu."
"Maaf merepotkan mu jadi harus kemari."
"Tidak. Tidak merepotkan sama sekali, aku sekalian berjalan-jalan. Aku senang sepertinya trauma mu sudah mulai sembuh." Jessy menatap wajah cantik yang ada dihadapannya, wanita yang sangat kuat dengan masalalu yang gelap. Tapi disini lah indahnya, wanita itu mendapat pria yang tepat, siap melindunginya dan menerima ia apa adanya. Jessy sedikit iri dan berharap kisah cintanya akan romantis dan berkesan seperti Alicia juga.
"Sudah sepertinya, terimakasih banyak."
"Sama-sama Alicia. Ini memang sudah menjadi tugas ku." Jawab Jessy senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Yeni Maryani
Justin mencari identitas penyakit Alicia dari dokter Jessy
2022-01-19
0
𝑵𝒐𝒆𝒓ͪ͢ ͦ ᷤ ͭ ͤ ᷝ🧚🌹
gak sabar pengen ketemu🤗🤗
2021-07-01
0
Tri Sulistyowati
Richard memang sosok yg sangat baik
2021-05-05
0