Pewaris Tahta

Pewaris Tahta

Eps 1

5 Tahun kemudian...

Lima tahun berlalu begitu saja, selama dalam kurun waktu lima tahun itu pula, keluarga Lim nampaknya begitu menikmati waktu kebersamaan mereka bersama calon pewaris tahta berikutnya, yang tak lain ialah Arsen Lim. Selama lima tahun, tak ada masalah yang begitu berarti hadir di kehidupan mereka seperti yang sudah-sudah, yang ada hanyalah rasa suka cita saat mendampingi tumbuh kembang Arsen. Arsen tumbuh menjadi bocah cilik yang tampan, ia lucu, pintar, namun juga terkenal paling usil di kediaman keluarga Lim.

Arsen Lim, meski ia di lahirkan dari keluarga kaya raya, namun ternyata tak membuatnya tumbuh menjadi anak yang manja, ia bahkan begitu menyatu dan dekat dengan semua pegawai yang bekerja di rumah megahnya itu. Mulai dari kepala pelayan, seluruh pelayan, supir, hingga tukang kebun, semua tak luput dari keusilan Arsen yang seolah tanpa memilih-milih orang.

Pagi hari yang cerah...

Pagi itu, Yuna dan Benzie terlihat sedang duduk bersama di taman depan rumah mereka yang megah. Sambil menikmati secangkir teh hangat buatan istri kesayangannya, Benzie pun terus menatap bangga pada Arsen yang kala itu terlihat sedang begitu asik bermain kejar-kejaran dengan beberapa pelayan di rumahnya.

"Apa yang sedang kamu lihat sayang? Kenapa terus tersenyum?" Tanya Yuna sembari mengernyitkan dahinya dengan keadaan tangan yang terus mengelus perutnya yang tengah membuncit.

Ya, Saat itu Yuna dan Benzie tengah menantikan anak kedua mereka yang sebentar lagi akan lahir. Kehamilan Yuna sudah memasuki bulan ke sembilan dan memasuki status siaga satu baginya dan juga Benzie.

"Lihat lah bagaimana anak kita tumbuh menjadi anak yang humble sayang, aku bersyukur dia tidak mewarisi sifatku yang keras dan dingin." Jawab Benzie yang kemudian kembali memandang Yuna dengan begitu hangat.

"Hey, jangan bicara begitu sayang! Sifat aslimu bukan lah seperti itu, aku yakin saat kecil, kamu juga mirip dengan Arsen yang begitu ceria dan ramah pada semua orang." Yuna pun dengan lembut mulai membelai pipi suaminya.

Benzie pun akhirnya hanya bisa tersenyum, ia terus memandangi Yuna, lalu mulai meraih tangannya dan mencium punggung tangan Yuna dengan penuh penjiwaan.

"Terima kasih sayang, terima kasih banyak telah mengembalikan masa-masa indah dalam hidupku yang sempat hilang."

"Tidak perlu berterima kasih, karena sebenarnya kita adalah dua orang yang saling membutuhkan satu sama lain untuk mencapai bahagia. Aku begitu lega, karena telah berhasil melewati banyak masa sulit di lima tahun awal pernikahan kita, dan kini hidupku terasa sempurna." Yuna pun tersenyum lalu mulai menyandarkan kepalanya di pundak Benzie yang terasa begitu nyaman.

Lalu mereka pun kembali memandangi Arsen, yang kala itu terlihat begitu ceria memainkan bolanya, ia terus menendang, dan melemparkan bolanya ke arah beberapa pelayan yang ada di hadapannya. Benzie pun dengan lembut ikut mengelus perut Yuna yang buncit dengan penuh rasa haru.

"Lihat lah anak itu, dia begitu mirip dengan mu." Ucap Yuna lagi dengan bibirnya yang tersenyum begitu merekah bak bunga mawar.

"Iya, dia sama tampannya denganku, aku semakin yakin jika ia adalah anakku hehe." Jawab Benzie dengan tenang dan tersenyum tipis.

Mendengar jawaban Benzie, membuat wajah Yuna seketika berubah, senyum manisnya langsung hilang, kepala yang tadinya bersandar manja pada pundak sang suami, kini sontak tertegak, di barengi pula dengan matanya yang jadi begitu melotot menatap Benzie, seolah ingin memakannya hidup-hidup.

"Sayang ada apa denganmu?" Tanya Benzie yang belum menyadari kesalahannya dalam berucap.

"Apa itu tadi maksudnya ha?"

"Maksudnya apa sayang?" Benzie nampaknya masih belum mengerti.

"Apa maksud dari ucapanmu yang mengatakan jika kamu semakin yakin jika Arsen adalah anakmu ha? Apa sebelumnya kamu kurang yakin? Apa aku ini terlihat seperti wanita murahan yang tidur dengan banyak lelaki, begitu??" Yuna terus mengomel, ia sedikit meninggikan suaranya sembari mengecakkan pinggang di hadapan Benzie.

Mendengar hal itu, membuat Benzie seketika menutup mulutnya yang spontan terbuka, wajahnya terlihat panik dan jadi gelagapan saat melihat istrinya yang mulai mengomelinya.

"Astaga maaf sayang, aku salah bicara, maksudku bukan begitu tadi hehehe maaf ya sayang" Benzie pun memasang senyuman termanisnya demi membujuk Yuna.

"Sayangg, sudah jangan marah begitu, nanti cantikmu hilang." Goda Benzie yang terus berusaha untuk membujuk istrinya.

Yuna sebenarnya bukan lah seorang yang pemarah, apalagi jika hanya masalah kecil dan terkesan sepele. Tapi efek hormon lah yang mengubah Yuna jadi seperti sekarang. Ia jadi gampang marah dan gampang menangis, namun gampang juga membaik, dan Benzie pun sudah sangat mengerti dan memakluminya.

Saat itu, Benzie seolah tak putus asa dalam membujuk rayu istrinya, ia pun masih berusaha ingin memeluk Yuna, meski tangannya selalu di tepis oleh Yuna yang sudah terlanjur kesal padanya.

"Sayang aku kan sudah minta maaf, maksudku tadi, aku bangga punya anak seperti Arsen, dan dia benar-benar anak ku karena wajah kami yang begitu mirip." Jelas Benzie lagi dengan sebuah senyuman seolah memohon ampun pada istrinya.

Kini, tidak ada lagi Benzie yang dingin dan ketus, yang angkuh dan selalu bersikap semena-mena. Yang ada kini hanyalah Benzie Lim yang begitu bucin pada istrinya. Seperti cinta mati, Benzie sama sekali sudah tidak tertarik pada wanita mana pun lagi, dimatanya hanya ada Yuna, begitu pula di hatinya. Meski pun hingga saat ini, masih saja ada banyak wanita muda yang mencoba untuk menggodanya, tapi tetap saja Benzie sama sekali tidak bergeming.

"Makanya hati-hati kalau bicara!" Ketus Yuna sembari memalingkan wajahnya.

Mendengar Yuna yang mulai ketus padanya, tetap saja tidak membuat Benzie marah, ia hanya bisa tersenyum dan terus membujuk istrinya. Hingga pada akhirnya, tiba-tiba saja sebuah bola karet terlihat melayang bebas di udara dan tepat mengenai kepala Yuna.

"Awwww" Teriak Yuna sembari memegangi kepalanya.

Melihat hal itu Benzie pun sontak tertawa begitu saja, ia tertawa bukan karena tidak kasihan pada Yuna, melainkan karena ia tau bola itu terbuat dari karet yang lentur sehingga tidak terlalu terasa sakit jika mengenai kepala.

"Hahaha, lihat itu sayang, kamu kualat kan karena mengomeli suami hahaha." Ledek Benzie yang terus saja tertawa geli.

Perlakuan Benzie itu pun semakin membuat Yuna geram, Yuna dengan bibirnya yang semakin mengerucut, kembali memandangi Benzie dengan tatapan mematikan, sembari sebelah tangannya terus mengusap-usap kepalanya.

"Hahahhaa." Namun Benzie masih saja terus menertawainya.

Tak lama, Arsen yang tampan pun datang menghampiri ibunya.

"Mama maafkan aku ya, apa kepala mama terasa sakit?" Tanya Arsen polos sembari ikut mengusap-usap kepala ibunya.

"Huhuhu anak ku sayang." Yuna pun seketika memeluk Arsen dan langsung berakting seolah sedang menangis kesakitan,

"Mama kenapa menangis? Maafkan aku mama, apa rasanya sungguh sakit sekali?" Tanya bocah berusia 5 tahun itu kembali dengan wajahnya yang seolah terlihat merasa begitu bersalah.

"Sebenarnya sakitnya tidak seberapa sayang, ta, tapi..."Yuna seolah terus menangis tersedu-sedu.

Membuat Benzie yang melihatnya jadi terkhayal dan merasa terjebak oleh akting istrinya.

"Tapi apa mama?"

"Lihat lah papa mu sayang, dia begitu tega menertawakan mama mu ini huhuhu." Jawab Yuna yang sengaja dibuat agar terdengar begitu lirih.

Arsen yang polos pun kembali mengusap-usap punggung ibunya, lalu ia melepaskan pelukan Yuna dan memandangi papanya yang saat itu masih begitu tercengang menonton akting istrinya yang begitu luar biasa di depan sang anak.

"Papa, papa tidak boleh begitu, harusnya papa elus kepala mama agar tidak sakit lagi, bukan malah tertawa."

"Ta, tapi sayang itu sama sekali tidak akan sakit, itu hanya bola karet sayang." Benzie pun mencoba membela diri.

"Huhuhu." Mendengar hal itu Yuna pun kembali berakting menangis.

"Mama menangis itu tandanya sakit pa, papa harus minta maaf sama mama dan tidak boleh seperti itu, karena kita sebagai lelaki harus menjaga mama, tidak boleh membuat mama menangis." Ungkap Arsen sembari menggelengkan kepalanya.

Mendengar penuturan anaknya yang begitu bijak, seketika membuat Yuna terharu, lalu ia melirik ke arah Benzie seolah ingin mengejek karena Arsen memarahinya.

Benzie pun melesu, ia menghela nafas lalu mengaku kalah.

"Emmm baiklah, papa kalah. Ya sudah untuk anak dan istriku tersayang, papa minta maaf ya, tolong maafkan papa ya."

"Emm ok." Jawab Arsen sembari tersenyum lebar.

Namun Yuna masih saja terdiam dengan keadaan kedua tangan bersedekap di dadanya.

Arsen pun kembali mendekati ibunya lalu kedua tangan mungilnya memegang dan menggoyang-goyangkan tangan Yuna.

"Mama, papa sudah minta maaf, ayo bersalaman."

"Ayo sayang kita bersalaman, biar afdol." Pujuk Benzie yang menjulurkan tangannya sembari memandang genit pada Yuna.

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

favorit
marathon
👍❤

2023-09-20

0

Rizky

Rizky

Mampir, kayaknya seru

2022-01-15

1

Al Vi a

Al Vi a

aku baca ulang thor.. Aplikasi novel toonku ada yg ngapus 😭😭

2021-05-13

2

lihat semua
Episodes
1 Eps 1
2 Eps 2
3 Eps 3
4 Eps 4
5 Eps 5
6 Eps 6
7 Eps 7
8 Eps 8
9 Eps 9
10 Eps 10
11 Eps 11
12 Eps 12
13 Eps 13
14 Eps 14
15 Eps 15
16 Eps 16
17 Eps 17
18 Eps 18
19 Eps 19
20 Eps 20
21 Eps 21
22 Eps 22
23 Eps 23
24 Eps 24
25 Eps 25
26 Eps 26
27 Eps 27
28 Eps 28
29 Eps 29
30 Eps 30
31 Eps 31
32 Eps 32
33 Eps 33
34 Eps 34
35 Eps 35
36 Eps 36
37 Eps 37
38 Eps 38
39 Eps 39
40 Eps 40
41 Eps 41
42 Eps 42
43 Eps 43
44 Eps 44
45 Eps 45
46 Eps 46
47 Eps 47
48 Eps 48
49 Eps 49
50 Eps 50
51 Eps 51
52 Eps 52
53 Eps 53
54 Eps 54
55 Eps 55
56 Eps 56
57 Eps 57
58 Eps 58
59 Eps 59
60 Eps 60
61 Eps 61
62 Eps 62
63 Eps 63
64 Eps 64
65 Eps 65
66 Eps 66
67 Eps 67
68 Eps 68
69 Eps 69
70 Eps 70
71 Eps 71
72 Eps 72
73 Eps 73
74 Eps 74
75 Eps 75
76 Eps 76
77 Eps 77
78 Eps 78
79 Eps 79
80 Eps 80
81 Eps 81
82 Eps 82
83 Eps 83
84 Eps 84
85 Eps 85
86 Eps 86
87 Eps 87
88 Eps 88
89 Eps 89
90 Eps 90
91 Eps 91
92 Eps 92
93 Eps 93
94 Eps 94
95 Eps 95
96 Eps 96
97 Eps 97
98 Eps 98
99 Eps 99
100 Eps 100
101 Eps 101
102 Eps 102
103 Eps 103
104 Eps 104
105 Eps 105
106 Eps 106
107 Eps 107
108 Eps 108
109 Eps 109
110 Eps 110
111 Eps 111
112 Eps 112
113 Eps 113
114 Eps 114
115 Eps 115
116 Eps 116
117 Eps 117
118 Eps 118
119 Eps 119
120 Eps 120
121 Eps 121
122 Eps 122
123 Eps 123
124 Eps 124
125 Eps 125
126 Eps 126
127 Eps 127
128 Eps 128
129 Eps 129
130 Eps 130
131 Eps 131
132 Eps 132
133 Eps 133
134 Eps 134
135 Eps 135
136 Eps 136
137 Eps 137
138 Eps 138
139 Eps 139
140 Eps 140
141 Eps 141
142 Eps 142
143 Eps 143
144 Eps 144
145 Eps 145
146 Eps 146
147 Eps 147
148 Eps 148
149 Eps 149
150 Eps 150
151 Eps 151
152 Eps 152
153 Eps 153
154 Eps 154
155 Eps 155
156 Eps 156
157 Eps 157
158 Eps 158
159 Eps 159
160 Eps 160
161 Eps 161
162 Eps 162
163 Eps 163
164 Eps 164
165 Eps 165
166 Eps 166
167 Eps 167
168 Eps 168
169 Eps 169
170 Eps 170
171 Eps 171
172 Eps 172
173 Eps 173
174 Eps 174
175 Eps 175
176 Eps 176
177 Eps 177
178 Eps 178
179 Eps 179
180 Eps 180
181 Eps 181
182 Eps 182
183 Eps 183
184 Eps 184
185 Eps 185
186 Eps 186
187 Eps 187
188 Eps 188
189 Eps 189
190 Eps 190
191 Eps 191
192 Eps 192
193 Eps 193
194 Eps 194
195 Eps 195
196 Eps 196
197 Eps 197
198 Eps 198
199 Eps 199
200 Eps 200
201 Extra Part
Episodes

Updated 201 Episodes

1
Eps 1
2
Eps 2
3
Eps 3
4
Eps 4
5
Eps 5
6
Eps 6
7
Eps 7
8
Eps 8
9
Eps 9
10
Eps 10
11
Eps 11
12
Eps 12
13
Eps 13
14
Eps 14
15
Eps 15
16
Eps 16
17
Eps 17
18
Eps 18
19
Eps 19
20
Eps 20
21
Eps 21
22
Eps 22
23
Eps 23
24
Eps 24
25
Eps 25
26
Eps 26
27
Eps 27
28
Eps 28
29
Eps 29
30
Eps 30
31
Eps 31
32
Eps 32
33
Eps 33
34
Eps 34
35
Eps 35
36
Eps 36
37
Eps 37
38
Eps 38
39
Eps 39
40
Eps 40
41
Eps 41
42
Eps 42
43
Eps 43
44
Eps 44
45
Eps 45
46
Eps 46
47
Eps 47
48
Eps 48
49
Eps 49
50
Eps 50
51
Eps 51
52
Eps 52
53
Eps 53
54
Eps 54
55
Eps 55
56
Eps 56
57
Eps 57
58
Eps 58
59
Eps 59
60
Eps 60
61
Eps 61
62
Eps 62
63
Eps 63
64
Eps 64
65
Eps 65
66
Eps 66
67
Eps 67
68
Eps 68
69
Eps 69
70
Eps 70
71
Eps 71
72
Eps 72
73
Eps 73
74
Eps 74
75
Eps 75
76
Eps 76
77
Eps 77
78
Eps 78
79
Eps 79
80
Eps 80
81
Eps 81
82
Eps 82
83
Eps 83
84
Eps 84
85
Eps 85
86
Eps 86
87
Eps 87
88
Eps 88
89
Eps 89
90
Eps 90
91
Eps 91
92
Eps 92
93
Eps 93
94
Eps 94
95
Eps 95
96
Eps 96
97
Eps 97
98
Eps 98
99
Eps 99
100
Eps 100
101
Eps 101
102
Eps 102
103
Eps 103
104
Eps 104
105
Eps 105
106
Eps 106
107
Eps 107
108
Eps 108
109
Eps 109
110
Eps 110
111
Eps 111
112
Eps 112
113
Eps 113
114
Eps 114
115
Eps 115
116
Eps 116
117
Eps 117
118
Eps 118
119
Eps 119
120
Eps 120
121
Eps 121
122
Eps 122
123
Eps 123
124
Eps 124
125
Eps 125
126
Eps 126
127
Eps 127
128
Eps 128
129
Eps 129
130
Eps 130
131
Eps 131
132
Eps 132
133
Eps 133
134
Eps 134
135
Eps 135
136
Eps 136
137
Eps 137
138
Eps 138
139
Eps 139
140
Eps 140
141
Eps 141
142
Eps 142
143
Eps 143
144
Eps 144
145
Eps 145
146
Eps 146
147
Eps 147
148
Eps 148
149
Eps 149
150
Eps 150
151
Eps 151
152
Eps 152
153
Eps 153
154
Eps 154
155
Eps 155
156
Eps 156
157
Eps 157
158
Eps 158
159
Eps 159
160
Eps 160
161
Eps 161
162
Eps 162
163
Eps 163
164
Eps 164
165
Eps 165
166
Eps 166
167
Eps 167
168
Eps 168
169
Eps 169
170
Eps 170
171
Eps 171
172
Eps 172
173
Eps 173
174
Eps 174
175
Eps 175
176
Eps 176
177
Eps 177
178
Eps 178
179
Eps 179
180
Eps 180
181
Eps 181
182
Eps 182
183
Eps 183
184
Eps 184
185
Eps 185
186
Eps 186
187
Eps 187
188
Eps 188
189
Eps 189
190
Eps 190
191
Eps 191
192
Eps 192
193
Eps 193
194
Eps 194
195
Eps 195
196
Eps 196
197
Eps 197
198
Eps 198
199
Eps 199
200
Eps 200
201
Extra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!