Ketakutan Rachel kala itu bukan lah tanpa alasan, melainkan waktu dulu Arsen pernah mengayunkannya terlalu kencang hingga membuatnya jatuh tersungkur ke tanah dan lututnya pun terluka.
"Iya-iya aku tau, kamu pasti takut jatuh lagi seperti waktu itu kan? Emmm baik lah, aku janji, kali ini aku akan mengayunmu dengan pelan, sudah, ayo naik!"
"Benarkah? Janji?" Tanya Rachel yang seolah lebih ingin di yakinkan.
"Iya aku janji Rachel, ayo cepat naik lah!"
Setelah tertegun sejenak, Rachel pun mulai tersenyum girang, akhirnya ia percaya dan bergegas naik ke ayunan itu. Arsen yang saat itu sudah standbye berdiri di belakang Rachel pun akhirnya mulai mengayun dengan pelan, membuat tubuh mungil Rachel mulai berayun ke depan dan ke belakang, hingga mereka pun bisa saling kembali tertawa girang.
"Yuhuuu." Teriak Rachel yang nampak begitu girang.
Arsen pun ikut tersenyum lebar sembari terus mengayun Rachel seolah tanpa lelah.
Meski Arsen sering mengejek Rachel, tapi baginya, Rachel adalah temannya yang paling dekat, karena entah kenapa, kepada yang lain ia merasa tak bisa begitu dekat. Bahkan ia jarang bermain bersama teman lelakinya di kelas yang lebih suka bermain kejar-kejaran dan pukul-pukulan.
Tiga hari kemudian...
Hingga akhirnya tiba lah hari yang dinantikan, hari dimana Martin, Shea, dan Rachel harus pergi ke Paris. Kala itu Benzie, Yuna, dan Arsen pun ikut mengantar mereka ke bandara, selain karena Shea dan Martin adalah teman Benzie, hal itu dikarenakan pula dengan Arsen yang terus merengek-rengek pada kedua orang tuanya agar mereka bisa ikut mengantarkan Rachel.
"Jaga diri kalian selama disana ya, jika butuh apapun, kalian bisa hubungi aku." Ucap Benzie yang saat itu tengah memeluk singkat tubuh Martin, sembari menepuk-nepuk punggungnya.
"Terima kasih Ben." Martin pun tersenyum.
"Safe flight ya kalian, semoga ibu kalian segera di beri kesembuhan." Tambah Yuna.
"Terima kasih Yuna, kau juga ya, semoga persalinan kedua mu nanti berjalan lancar dan tidak ada kendala apapun." Balas Martin yang semakin melebarkan senyumannya sembari mengusap singkat pundak Yuna.
Benzie yang melihat hal itu, nyatanya masih merasa agak sedikit terganggu, ada perasaan tak senang dan risih saat melihat Martin yang masih suka mengusap pundak Yuna seperti dulu.
"Apa-apaan, sudah begini masih saja berani mencuri kesempatan untuk menyentuh istriku." Ketus Benzie dalam hati.
Meski sikap Martin saat itu terkesan biasa saja, namun mengingat bagaimana dulu kedekatakan Yuna dan Martin, membuat dada Benzie selalu terasa panas bila melihat mereka terlalu akrab.
"Haiss, tidak-tidak! ini bukan lah waktu yang tepat untuk cemburu. Setidaknya tidak dalam kondisi seperti ini." Gumam Benzie dalam hati sembari mencoba menarik nafas dalam agar dirinya kembali merasa tenang.
Akhirnya setelah saling mengucapkan kalimat perpisahan, Martin sekeluarga pun mulai memasuki ruang tunggu. Begitu melihat Rachel yang di tuntun oleh Shea mulai berjalan menuju pintu ruang tunggu, entah kenapa saat itu pula ada perasaan sedih yang dirasakan oleh Arsen, bibirnya seketika mengerucut, sembari mulai melambaikan tangannya dengan lesu pada Rachel.
"Bye Arsen, nanti kita main lagi ya." Ucap Rachel sembari ikut melambaikan tangan.
"Bye Rachel, jangan lama-lama perginya ya, aku tidak ada teman disini." Jawab Arsen yang masih terus melambaikan tangannya dengan wajahnya yang mulai terlihat sendu.
Rachel pun hanya tersenyum dan mengangguk saja.
Yuna dan Benzie yang kala itu memandangi anaknya yang saat itu terlihat begitu sedih, pun jadi di buat ikut bersedih dan tak tega. Yuna pun menghela nafas berat, lalu mulai berlutut di hadapan Arsen demi membuat kedua wajah mereka menjadi sejajar.
"Sayang, kenapa jadi cemberut seperti itu? Tenang lah, nanti Rachel akan kembali dan kalian akan bisa main bersama lagi." Ucap Yuna dengan lembut sembari mengusap lembut pipi halus anaknya.
"Iya, tapi di sekolah tidak ada lagi teman yang gendut seperti Rachel, aku suka mencubit pipinya yang seperti bakpao itu mama." Keluh Arsen yang terus terlihat melesu.
"Hahaha astaga, anak jaman sekarang kenapa sudah terlalu pintar dalam mendramatisir keadaan begini ya? Perasaan papa dulu tidak terlalu begitu." Celetuk Benzie yang mendengus dan terkekeh geli.
"Tentu saja beda, papa kan orang jaman dulu." Jawab Arsen yang kemudian langsung melangkah pergi begitu saja.
Hal itu pun sontak membuat Benzie jadi tercengang memandangi kepergian putra sulungnya itu.
"Lihat lah apa yang sudah kamu lakukan, anak sedang murung bukannya di hibur, malah di tertawakan." Omel Yuna yang akhirnya bergegas menyusul langkah anaknya yang terus berjalan lesu menuju pintu keluar bandara.
"Astaga,, kenapa mereka selalu saja kompak dalam membuatku merasa terpojok seperti ini." Keluh Benzie yang mulai menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
Akhirnya mereka pun kembali masuk ke dalam mobil, Pak Choy mulai melajukan mobil dan mulai meninggalkan area bandara. Saat itu suasana di dalam mobil begitu hening, Arsen mendadak jadi pendiam, tidak cerewet seperti biasanya, hingga akhirnya di tengah perjalanan Benzie pun menemukan ide untuk menghibur anaknya.
"Arsen sayang, bagaimana kalau kita ke mall dan kamu bisa beli mainan apa saja yang kamu mau. Asal kamu jangan cemberut lagi, bagaimana?"
"Mainan Arsen sudah banyak papa, nanti saja kalau sudah banyak yang rusak, baru beli lagi." Jawab Arsen lesu sembari terus memandangi ke arah kaca jendela mobil.
"Eemm begitu ya? Ok." Jawab Benzie sembari memikirkan hal yang lain.
"Oh, bagaimana kalau kita bermain di wahana permainan saja? Mandi bola? Atau bom bom car? Itu pasti akan sangat seru sayang." Pujuk Benzie lagi.
"Tapi biasanya Arsen main disana bersama Rachel papa, tidak akan seru jika mainnya tidak dengan Rachel." Jawab Arsen lagi.
Mendengar jawaban sang anak, membuat Yuna dan Benzie pun saling berpandangan dan terdiam sejenak. Benzie menggerakkan alisnya sebagai kode yang sedang bertanya pada Yuna untuk melakukan apa selanjutnya, namun Yuna hanya menggelengkan pelan kepalanya sebagai jawaban jika ia pun sedang bingung dan tak tau harus berbuat apa untuk menghibur Arsen.
Namun setelah beberapa saat berpikir, Yuna pun akhirnya perlahan mulai merangkul Arsen.
"Arsen sayang, entah kenapa tiba-tiba adik yang di dalam perut sepertinya ingin sekali memakan es krim, apa kamu mau menemani mama?"
"Memangnya adik ada bilang? Arsen tidak mendengarnya."
"Iya, adiknya memang tidak berbicara, tapi dia menyampaikannya melalui mama, jadi tiba-tiba saja mama sangat ingin makan es krim, biasanya kalau orang yang sedang hamil begitu, itu berarti bayi yang di dalam perut yang menginginkannya." Jelas Yuna berharap Kali ini Arsen mau.
"Ah iya benar juga, ayolah sayang, nanti jika adikmu lahir, dia juga akan menjadi teman bermain mu." Tambah Benzie lagi.
"Iya deh, kalau begitu Arsen mau makan es krim, demi adik." Jawab Arsen singkat.
Mendengar hal itu, Yuna pun akhirnya bisa tersenyum puas, lalu meminta supir untuk mengantarkan mereka ke mall karena restoran es krim favorit Arsen berada di dalam sebuah Mall.
Setelah memakan se mangkuk es krim banana boat kesukaannya, akhirnya Arsen pun terlihat sedikit lebih ceria dari sebelumnya. Ia terlihat begitu bersemangat saat menikmati es krimnya.
Memastikan jika Arsen sudah kembali ceria, mereka pun memutuskan untuk pulang, karena entah kenapa tiba-tiba saja perut Yuna sedikit terasa sakit. Di tengah perjalanan, rasa sakit pada perut Yuna semakin terasa nyata dan bertambah, pelan-pelan cairan bening yang tak bisa di tahan pun keluar begitu saja, keluar sedikit demi sedikit.
Hal itu sontak membuat Yuna mulai histeris dan mulai merasa tak nyaman, karena ia merasa bahwa ****** ******** sudah terasa sangat basah.
"Aaaghhh." Pekik Yuna secara tiba-tiba.
"Apa semakin sakit sayang?" Tanya Benzie yang mendadak panik dan cemas.
"Bukan, bukan itu."
"Lalu?" Benzie pun terlihat semakin kebingungan.
"Ada rembesan air yang keluar begitu saja, tidak bisa ku tahan." Jelas Yuna.
"Apa mama akan melahirkan hari ini?" Tanya Arsen polos.
Mendengar pertanyaan Arsen, sontak membuat Benzie tersadar,
"Astaga benar juga, apa sudah waktunya sayang?" Kedua mata Benzie pu membulat sempurna.
"Tidak tau, tapi menurut perkiraan Dokter bukankah seharusnya dua minggu lagi?"
"Ya ampun, tapi ini sepertinya tanda-tanda kamu akan melahirkan sayang," Benzie pun terlihat semakin kebingungan sembari terus mengusap-usap perut Yuna.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Eva Rubani
lansung k rmh sakit aja
2023-02-15
0
wong kampung
paling tar cwe anaknya
2022-02-02
1
Rizky
Apa ya jenis kelamin adek Arsen?
2022-01-15
2