"Jika kamu tidak setuju, juga tidak apa, sungguh. Aku akan bicarakan ini baik-baik pada ayah, semoga dia bisa mengerti. Aku benar-benar tidak ingin memaksakan hal yang sesungguhnya tidak kamu inginkan, karena hal itu nantinya akan membuatmu tertekan dan tentu akan berimbas juga pada tumbuh kembang Rachel dan bahkan juga pada keharmonisan rumah tangga kita." Jelas Martin dengan lembut.
"Tidak, bukan begitu! aku diam karena aku merasa perlu berpikir dengan matang. Aku tidak ingin terburu-buru dalam menjawab karena ini menyangkut keinginan orang tuamu juga yang saat ini sedang sakit." Jawab Shea dengan lembut.
"Ia kamu benar, semuanya memang harus benar-benar di pikirkan dengan matang dan kepala dingin. Namun aku sebagai suami juga akan mendengarkan saran darimu, aku yakin kamu tau mana yang terbaik untuk kita semua terutama keluarga kecil kita." Jawab Martin yang tetap berusaha untuk menjadi suami yang bijak dan adil.
Shea pun akhirnya terdiam sejenak, namun setelah beberapa saat saling diam, akhirnya Shea pun kembali membuka suara.
"Apa boleh aku bertanya?" Tanyanya.
"Katakan lah." Jawab Martin dengan tenang sembari mengangguk pelan.
"Jika dari lubuk hatimu yang paling dalam dan tanpa memikirkan apapun tentang pendapatku, apa kamu akan menuruti kemauan ayahmu? Mengingat keadaannya sedang seperti sekarang?" Tanya Shea dengan lembut.
"Sebagai anak satu-satunya yang mereka punya, tentu aku akan berusaha mengabulkan apapun keinginan orang tuaku, mengingat selama ini, kurasa aku belum melakukan banyak hal untuk mereka. Namun aku juga harus mengingat posisiku sebagai kepala rumah tangga yang juga harus memikirkan perasaan dan kenyamanan istri dan anakku." Jelas Martin yang saat itu menatap lekat ke arah Shea.
"Disaat seperti ini pun, kamu bahkan masih berusaha memikirkan kenyamanan aku dan Rachel, dan aku begitu senang untuk itu. Maka aku pun telah memikirkannya, dan aku pun tidak ingin menjadi istri yang egois."
"Jadi maksudmu???"
"Aku cukup betah berada disini, meski harus jauh dari keluarga dan teman, namun aku begitu menikmati suasana baru disini. Aku rasa tidak buruk jika kita menetap disini dan memulai hidup baru di kota ini, selain bisa membuat ayahmu senang, kita juga bisa sekalian merefresing otak kita sejenak dari rasa bosan kita di tempat tinggal kita yang lama."
"Benar juga, tapi apa kamu yakin akan meninggalkan usaha yang tengah kamu kelola disana?"
"Ayah mu ada benarnya sayang, jaman sudah begitu canggih, hanya dari telepon genggam saja kita bahkan bisa mengakses semuanya sekarang. Kita hanya butuh satu orang kepercayaan untuk mengelola setiap usaha kita disana, dan bukankah saat ini kita sudah memiliki orang kepercayaan kita masing-masing?"
"Benar juga, Jadi kamu sungguh sudah mantap dengan keputusan ini?" Tanya Martin lagi seolah ingin lebih memastikan.
"Emm!" Jawab Shea mengangguk sembari tersenyum penuh keyakinan.
"Lalu Rachel? Apa dia mau? Karena setauku selama disini bukankah ia terus murung karena tidak bisa bermain dengan Arsen?"
"Tenang lah, Rachel masih kecil dan memang perlu beradaptasi lebih lama, tapi ku yakin dia akan punya banyak teman jika bersekolah disini."
"Baiklah kalau memang begitu keputusan yang kamu ambil, aku akan segera menyampaikan berita ini pada ayah. Ayah pasti senang." Martin pun mulai terlihat sumringah saat itu.
Begitu juga dengan Shea yang ikut semakin tersenyum dan terus menganggukkan kepalanya, rasanya begitu senang saat ia berhasil membuat keadaan hati suaminya jadi jauh lebih baik.
"Terima kasih sayang, aku tidak pernah menyesal saat akhirnya memutuskan untuk jatuh hati padamu. Kamu benar-benar mengerti aku dan posisiku, sekali lagi terima kasih ya, ternyata tuhan tau seseorang seperti apa yang aku butuhkan." Martin pun mengusap lembut ujung kepala istrinya.
"Sama-sama sayang, ini semua kulakukan karena aku mencintaimu, dan aku juga sama sekali tidak pernah menyesal telah menunggu cintamu selama bertahun-tahun lamanya." Ungkap Shea yang langsung memeluk erat tubuh bidang suaminya.
Tak lama setelahnya, akhirnya mereka kembali menuju ruangan dimana tempat kedua orang tua Martin di rawat. Tanpa basa basi, Martin langsung saja menyampaikan keputusan mereka yang akhirnya setuju untuk menetap di Paris. Mendengar hal itu, ayah Martin pun langsung terlihat sumringah dan puas pada keputusan yang telah mereka ambil. Martin dan Shea pun mulai menata hidup baru mereka di Paris, mereka membeli rumah yang berada tak jauh dari rumah ayah dan ibu Martin.
Sebuah rumah yang begitu nyaman dan asri, karena terdapat kebun Apel dan Anggur hitam mau pun Anggur hijau di pekarangan belakang rumahnya. Tak hanya itu, di sisi kiri rumah pun tak ketinggalan pula sepetak kebun labu dan tomat. Sementara di halaman bagian depan, ada pula tertanam berbagai jenis bunga-bunga yang indah berwarna warni. Sungguh menambah keindahan dan rasa nyaman bagi siapapun penghuninya.
Rumah mereka bercat putih bernuansa eropa minimalis, bertingkat dua. Terdapat banyak balkon yang terhubung ke berbagai sisi rumah itu, Shea begitu menyukai rumah barunya, mereka pun merekrut beberapa pelayan untuk membantu pekerjaan rumah.
"Terima kasih sayang, aku suka sekali dengan rumah baru kita ini, begitu nyaman dan tenang." Ucap Shea dengan wajahnya yang begitu berbinar sembari mulai merangkul mesra pinggang Martin.
Martin pun ikut tersenyum, lalu ikut merangkul pundak istrinya.
"Syukur lah jika kamu menyukainya," Jawabnya kemudian.
"Oh ya, dimana Rachel?" Tanya Martin kemudian sembari melirik kesana kemari ke berbagai sudut ruangan di sekitarnya.
"Rachelll." Panggil Shea kemudian.
Tak lama Rachel pun datang dengan berlari sembari memegang bonekanya.
"Iya mommy."
"Sini sayang." Shea pun tersenyum sembari mengulurkan tangannya.
Rachel yang kala itu terlihat begitu ceria, dengan penuh semangat langsung meraih tangan ibunya dan mendekapnya.
"Bagaimana sayang? Apa kamu suka dengan rumah baru kita?" Tanya Martin.
"Suka sekali daddy, ada banyak pohon buah-buahan enak di halaman belakang, dan jika ingin memakan buahnya aku bisa langsung memetiknya sendiri dengan tanganku, dan itu sangat seru." Jelas Rachel dengan polos.
"Oh hehehe begitu ya? Eemm baguslah kalau kamu suka sayang, papa yakin kamu akan semakin sehat jika mengonsumsi buah-buahan segar setiap hari. Tapi kamu harus ingat, tidak boleh makan buahnya berlebihan dan harus di cuci terlebih dulu sebelum di makan. Ok?"
"Ok daddy, aku mengerti." Rachel pun tersenyum manis.
"Good girl." Martin pun tersenyum hangat sembari mengusap lembut ujung kepala Rachel.
"Andai Arsen juga ada disini, pasti dia juga akan senang dan aku yakin dia akan memetik banyak buah-buahan dan langsung memakannya dengan lahap." Celetuk Rachel lagi.
Martin pun seketika langsung melirik ke arah Shea yang masih berdiri tak jauh dari mereka.
"Iya sayang, nanti suatu saat kita pasti akan mengundang Arsen datang kesini ya, agar dia bisa memetik buah-buahan bersamamu."
"Benarkah itu daddy?"
"Iya benar sayang, tapi tidak sekarang ya."
"Ok daddy, semoga Arsen bisa segera datang, karena Rachel sudah tidak sabar ingin memamerkan rumah baru kita dan juga semua buahan yang ada disini padanya."
"Hehehe iya sayang, tunggu saja ya saatnya tiba."
Hari demi hari berlalu dengan begitu cepat, Rachel pun akhirnya telah resmi pindah sekolah ke Paris, ia mendapat banyak teman bule baru yang begitu baik padanya. Rachel pun langsung mudah berbaur, berhubung sejak awal ia bersekolah di TK international, jadi sama sekali tak sulit baginya saat berbicara bahasa inggris pada teman-teman bulenya. Karena meskipun ia tinggal di Paris yang notabenenya memakai bahasa Pranciss, namun untungnya di TKnya mereka tetap menggunakan bahasa internasional yaitu bahasa Inggris.
Hari-hari pun di lewati Rachel dengan sebagaimana mestinya, seperti anak kecil pada umumnya yang selalu ceria dan gembira saat bermain bersama teman-temannya. Hingga waktu pun tak terasa terus berputar hebat, terus dan terus berputar tanpa berhenti meski sedetik pun.
Kehidupan Rachel dan Arsen pun terus berjalan, hingga di antara mereka pun sudah tak lagi saling mengingat, tak lagi saling merasa murung satu sama lain seperti dulu di awal perpisahan mereka, hingga akhirnya mereka pun terus tumbuh dan tumbuh dan tentu sudah saling melupakan satu sama lain.
Arsen pun sama, ia pun kembali menjalani hari-hari seperti biasa, kini tak ada lagi Rachel sebagai temannya bermain, dan tentu sudah bukan lagi menjadi masalah baginya. Bahkan dia pun sudah kembali ceria seperti biasanya dengan orang-orang baru yang juga ada di sekelilingnya. Arsen pun semakin tumbuh, tumbuh dan tumbuh.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Rizky
Arsen dewasa calon bucin
2022-01-15
2
Ajeng Ajeng
bagus lanjutannya.mantapp,nyambunggggg
2021-10-23
3
Suci Ishaka
lanjut
2021-05-08
2