"Tidak ah, Arsen tidak mau, akan lebih cocok di panggil bibi hahaha." Jawab Arsen yang dengan lahap terus memakani stick kentang goreng miliknya.
"Hey!! dasar kamu ini ya! keponakan yang sangat menjengkelkan tapi juga begitu menggemaskan." Tere pun kembali mengacak-acak rambut Arsen.
Hal itu pun sontak membuat Arsen mulai merasa kesal karena rambutnya yang telah di sisir rapi oleh ibunya, kini kembali di buat berantakan oleh Tere.
"Bibi hentikan! Lihat lah rambutku jadi berantakan, nanti aku tidak manis lagi." Keluh Arsen sembari memanyunkan bibirnya.
"Hahaha biarkan saja, siapa suruh memanggilku bibi haa? Wek.." Tere pun terus mengejek Arsen hingga membuat Arsen hampir menangis.
"Astaga sudah-sudah, kalian berdua selalu saja seperti itu." Keluh Yuna sembari menggelengkan kepalanya.
"Bibi yang salah ma, lihat lah rambutku ini." Arsen pun mulai ingin menangis karena matanya sudah terlihat berkaca-kaca.
"Ya sudah ya sudah, nanti setelah sarapan, mama akan rapikan rambutmu lagi ya sayang. Sudah jangan menangis, ayo cepat habiskan sarapanmu." Pujuk Yuna dengan lembut.
Sementara itu, nenek Maria dan Benzie hanya bisa tersenyum sembari terus menggelengkan kepala. Meski pun mereka hanya terus diam saat menyaksikan hal itu, namun di dalam hati nenek Maria, ia merasa begitu diberkati dan merasa sangat senang saat bisa melihat pemandangan seperti itu di setiap pagi dan malam. Suasana di rumahnya pun terasa lebih ramai dan begitu hidup, semenjak kehadiran Arsen di rumah mereka, rumah itu memang jauh dari kata hening dan sepi.
Sarapan baru saja selesai, namun tiba-tiba saja terdengar suara mobil yang berhenti di depan loby rumah mereka. Hal itu pun membuat Benzie dan yang lainnya mulai menoleh ke arah pintu utama.
"Siapa yang datang sepagi ini?" Tanya nenek Maria.
Namun belum sempat ada yang menjawab, tak lama sosok yang begitu familiar pun muncul, dengan memperlihatkan sikapnya yang begitu tak ada keraguan dan rasa segan sama sekali.
"Hay, selamat pagi semuanya." Sapanya dengan begitu ramah dan wajahnya pun terlihat begitu sumringah.
Sosok itu tak lain ialah Alex, dengan begitu percaya dirinya, ia pun langsung saja melangkah masuk ke dalam rumah Benzie, bahkan ia juga langsung menuju meja makan meski sang pemilik rumah sama sekali belum mempersilahkan ia untuk masuk.
Melihat kedatangan Alex, seketika sebuah senyuman pun nampak mulai berkembang dari bibir Tere. Waktu lima tahun memang lah terasa begitu singkat saat di jalani, dan selama lima tahun itu pula, Alex sudah mengalami berkali-kali jatuh bangun demi untuk mendapatkan balasan cinta dari Tere. Meski pun awalnya tetap tidak ada respon yang berarti dari Tere, namun hal itu nyatanya tak membuat Alex sang penakhluk wanita merasa menyerah apalagi putus asa. Alex terus berjuang demi meluluhkan hati wanita yang kali ini benar-benar membuatnya jatuh cinta, hingga akhirnya dua minggu yang lalu, mereka pun telah resmi berpacaran.
Namun ternyata, belum ada satu orang pun yang tau tentang hal itu, termasuk Yuna dan Benzie.
"Oh astaga, lihat lah calon pewaris tahta kecil ini, kamu terlihat tampan bro." Celetuk Alex lagi saat memandangi Arsen.
"Hai uncle, uncle juga terlihat tampan." Jawab Arsen dengan ramah.
"Oh itu sudah pasti hehehe." Jawab Alex dengan begitu percaya diri seperti biasa.
Namun lain pula halnya dengan Benzie, kedatangan Alex pagi itu justru membuat dahinya mulai mengkerut.
"Heh, hal sepenting apa hingga membawamu datang sepagi ini ke rumah kami?" Tanya Benzie dengan tatapan menyelidik.
"Astaga haha santai kawan, kenapa kau masih saja memasang wajah ketat seperti itu padaku? Apa hidupmu yang sudah begitu sempurna ini belum juga cukup untuk membuatmu merasa bahagia ha? Hahaha." Jawab Alex dengan tenang, bahkan ia seolah tak ada rasa takut sama sekali pada orang yang menjadi atasannya di kantor.
Alex dengan begitu santainya, langsung saja duduk di salah satu kursi yang kosong, yaitu di sisi sebelah kiri Tere.
"Selamat pagi sayang." Bisik Alex begitu duduk sembari mengedipkan sebelah matanya pada Tere.
Tere yang juga menatapnya pun hanya bisa ikut tersenyum geli.
"Pagi sayang." Jawab Tere yang juga berbisik pelan.
"Aku sengaja datang pagi-pagi kesini dan rela menghadapi seekor singa demi menjemputmu." Ucap Alex lagi sembari tersenyum dan melirik sejenak ke arah Benzie.
Lagi-lagi Tere pun harus menahan tawa saat melihat ekspresi Alex saat mengatakan hal itu. Tidak di pungkiri, sikap humoris Alex lah yang lama kelamaan mampu membuat Tere merasa nyaman. Dan tidak hanya itu, ternyata di sisi lain, Alex juga ternyata begitu baik dan peduli padanya dan juga keluarganya.
Namun, tanpa mereka sangka, Benzie ternyata mendengar obrolan mereka meski saat itu mereka berbicara dengan cara berbisik.
"Apa?!! Kata apa tadi yang barusan ku dengar? Sayang???!!!" Mata Benzie seketika membulat sempurna, memandangi Alex dan Tere secara bergantian.
"Apa? Sayang? Siapa yang bilang sayang?" Tanya Yuna yang juga terlihat kebingungan karena ia sama sekali tak dengar.
Benzie pun seketika langsung bangkit dari duduknya, lalu bergegas menghampiri Alex yang masih terduduk.
"Heh, katakan sekali lagi, kau barusan memanggil adik iparku dengan kata apa??!sayang???!!!" Tanya Benzie lagi sembari mengecakkan pinggang di hadapannya.
"Kakak ipar tenang lah, jangan marah pa...." Tere pun mencoba untuk memberi penjelasan pada Benzie sehingga ia ingin ikut berdiri.
Namun Benzie dengan cepat menahan pundak Tere sehingga membuat Tere hanya bisa terduduk.
"Hei, hei bung, tolong, tolong jangan bersikap seperti itu pada calon istriku. Ok!" Ucap Alex santai.
"Apa?! Calon istri?!" Tanya Yuna, nenek Maria dan Benzie secara serentak.
Dengan keadaan mata mereka yang seketika jadi terbelalak saking terkejutnya mendengar pengakuan Alex.
"Astaga, kenapa kalian bertiga menatapku seperti itu? Haiss, membuatku kaget saja hehehe." Ucap Alex yang juga terlihat kaget saat mendapat pertanyaan serentak seperti itu.
"Tapi bagus juga, kalian terlihat sangat kompak, sungguh keluarga yang mengagumkan hahaha." Tambah Alex lagi yang kembali tertawa geli.
Namun celotehan Alex kali itu tak membuat raut wajah Benzie berubah menjadi lebih ramah padanya, justru terlihat semakin menajam seolah ingin membunuhnya.
"Jangan banyak bicara!! sekarang tolong jelaskan, apa maksud dari ucapanmu Lex!" Seru Benzie.
"Ok, ok baiklah, mungkin sudah waktunya aku mempublikasikan ini padamu, dan kalian semua yang ada di ruangan ini yang kelak juga akan menjadi keluargaku hehehe."
"Apa, apa maksudnya ucapan mu itu Lex?" Tanya nenek Maria yang juga merasa penasaran.
"Hehehe tenang lah nek, karena sebentar lagi cucu nenek akan bertambah." Jawab Alex secara gamblang dan terkesan begitu percaya diri.
"Eemm begini, jadi sekitar dua minggu yang lalu, aku dan Tere sudah resmi berpacaran. Akhirnya setelah bertahun lamanya aku jatuh bangun mengejarnya, kini wanita cantik ini kelelahan juga dan akhirnya ia dengan suka rela menyerahkan hatinya padaku."
"Apa?!" Benzie pun dibuat semakin terbelalak.
Begitu pula dengan Yuna, namun nampaknya Benzie orang yang paling di buat shock atas berita ini. Selain dia adalah sahabat Alex yang begitu tau sepak terjang Alex dalam urusan wanita selama ini, ia juga tak rela jika adik iparnya menjadi korban Alex selanjutnya.
"Hehehe iya, aku dan kak Alex sudah resmi berpacaran, dan maaf jika aku belum sempat memberitahukan hal ini pada kalian semua." Tambah Tere sembari cengengesan.
"Oh jadi itu ya alasan bibi berdandan menor belakangan ini? Hahaha." Arsen yang lugu pun kembali bersuara.
"Heyy, anak kecil, sssttt ini urusan orang dewasa!" Tegas Tere sembari meletakkan jari telunjuk di bibirnya.
"Lagi pula ini sama sekali tidak menor, ini masih terkesan biasa saja, malah di kantor ada banyak gadis yang berdandan lebih tebal dariku." Tambah Tere lagi sembari memegang-megang pipinya.
"Jadi kalian sungguh sudah berpacaran?!" Tanya Yuna lagi yang nampaknya masih begitu tak menyangka.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Rizky
Seru sih ini
2022-01-15
1
Suci Ishaka
makin seruh aja
2021-05-08
3
Idhasulkaidah Idah
lanjut author
2021-04-19
0