"Iya kak, akhirnya setelah bertahun lamanya, sekarang aku yakin jika kak Alex sungguh mencintaiku." Jawab Tere yang terlihat penuh keyakinan.
"Sayang, kita kan sudah jadi sepasang kekasih, kenapa masih memanggilku kakak di depan mereka." Alex pun langsung meraih tangan Tere dan menggenggamnya.
Mata Benzie yang melihat tangan mereka mulai berpegangan erat pun jadi semakin membulat.
"Heh, apa-apaan itu? Ayo lepaskan! Lepaskan kataku! Buaya seperti mu, tidak akan pernah bisa memangsa bagian dari keluarga ku! Kau dengar?!" Ketus Benzie yang langsung mencoba melepaskan tautan tangan mereka.
"Kakak ipar stop!" Tegas Tere sembari memukul tangan Benzie pelan.
Benzie pun seketika berhenti dan kembali memandanginya dengan tatapan yang tak biasa.
"Aku tau kakak ipar begitu peduli padaku, aku juga tau kalian sudah bersahabat sangat lama dan tau keburukan satu sama lain. Tapi aku percaya semua orang bisa berubah, dan aku yakin saat ini pacarku pun sudah berubah, dia sudah tidak seperti dulu lagi, sama halnya dengan mu kakak ipar, bukankah sekarang kamu pun sudah berubah? Tidak kasar dan dingin seperti dulu lagi?" Jelas Tere yang mencoba memberi pengertian pada Benzie.
Setelah mendengar hal itu, Yuna pun mulai tersenyum, lalu akhirnya bangkit dari duduknya dan mendekati Benzie, ia memeluk sebelah lengan Benzie sembari mengusap-usapnya pelan.
"Sayang sudah lah, apa yang di katakan Tere itu ada benarnya." Bisik Yuna pelan yang mencoba memberi pengertian pada suaminya.
"Ta, tapi sayang, apa kamu tidak cemas melihat adikmu yang sudah terpedaya dengan kadal seperti Alex." Bisik Benzie yang seolah masih terlihat sulit menerima kenyataan.
"Tere sudah dewasa sayang, dia pun berhak memilih jalan hidupnya sendiri dan aku yakin, Alex tidak akan berani menyakitinya selagi kamu masih menjadi kakak iparnya hehehe." Jelas Yuna lagi yang kembali tersenyum tipis.
Benzie pun akhirnya terdiam dan mulai menghela nafas kasar.
"Aku memang kakak Tere, tapi bukan berarti aku bisa mengendalikan hidupnya. Aku percaya pada pilihan adik ku. Lagi pula, lima tahun bukan waktu yang sebentar kan untuk perjuangan Alex demi meluluhkan Tere." Tambah Yuna lagi.
"Jadi,, jadi kakak merestui hubungan kami?" Tanya Tere dengan matanya yang mulai terlihat berbinar.
Lalu Yuna pun tersenyum dan mengangguk pelan, ia terus mengusap pelan lengan Benzie agar Benzie tidak marah-marah lagi, dan sepertinya hal itu cukup berhasil, karena terbukti, membuat Benzie akhirnya diam meskipun ia masih saja mendengus kesal.
Di sebuah TK elit...
Hari itu, seperti biasa, Arsen dengan di antar oleh ayahnya Benzie pun akhirnya tiba di depan gerbang sekolahnya. Benzie bergegas turun untuk mengantarkan Arsen hingga ke depan kelas. Bertepatan pula, saat itu Shea yang juga sedang mengantar Rachel, tiba bersamaan dengan Benzie di depan kelas.
"Hai Ben, selamat pagi," Sapa Shea ramah.
"Shea? Emm pagi." Jawab Benzie sembari tersenyum tipis.
"Dan kamu Arsen Lim yang tampan, selamat pagi sayang." Sapa Shea yang juga terlihat sangat ramah sembari mengusap singkat ujung kepala Arsen.
"Pagi aunty, dan selamat pagi juga Rachel gendut hahaha." Jawab Arsen yang kemudian tertawa saat melirik ke arah Rachel.
Mendengar hal itu, sontak membuat wajah Rachel yang awalnya terlihat begitu ceria, kini seketika jadi kembali cemberut dan masam. Rachel pun langsung merengek sembari menggoyang-goyangkan tangan ibunya sebagai tanda bahw ia begitu tak senang saat di katakan gendut oleh Arsen.
"Mommy, lihat itu, Arsen mengejekku lagi." Rengek Rachel.
Benzie yang mendengar hal itu pun, langsung melototi anak sulungnya, yang kala itu terlihat begitu tak berdosanya saat meledek Rachel.
"Hei, apa yang kamu katakan? Lihat lah, kamu membuat Rachel jadi cemberut, tidak boleh begitu!!" Ucap Benzie saat memberi penegasan pada anaknya.
"Iya uncle, tolong marahi saja dia, dia sering mengejekku gendut, bahkan kadang ia juga suka mencubit pipiku dan mengataiku si pipi bakpao." Ungkap Rachel yang seolah sedang mengadu pada Benzie.
"Tapi kan kamu memang gendut Rachel, aku kan tidak berbohong, kalau kurus itu seperti Angela." Jawab Arsen yang terus saja mengutarakan pendapatnya.
Angela adalah salah satu teman sekelas Arsen dan Rachel, yang memiliki badan tidak segembul Rachel. Dan Arsen juga selalu mengatakan pada Rachel, jika Angela adalah anak perempuan yang paling cantik di kelas mereka hingga sering membuat Rachel merasa sangat kesal.
"Angela memang kurus, tapi aku lebih menggemaskan." Kata Rachel yang masih saja tidak mau kalah saing.
"Ya ampun kalian ini, masih pagi sudah berdebat, sudah ya sudah, sekarang ayo masuk ke kelas." Shea yang terus menggelengkan kepalanya sejak tadi pun akhirnya menyuruh mereka masuk.
Mereka pun patuh, dan mulai melangkah pelan memasuki kelas,
"Maafkan perkataan Putraku, mereka masih anak kecil jadi ya wajar saja jika suka saling mengejek." Ucap Benzie dengan tenang pada Shea.
"Hehehe tidak apa Ben, aku begitu memakluminya, dan lagi pula hanya tinggal beberapa hari saja lagi Arsen dan Rachel bisa bermain bersama dan terlibat perdebatan seperti tadi." Shea pun kembali tersenyum tipis.
"Hah, kenapa begitu?" Tanya Benzie yang langsung mengernyitkan dahinya.
Namun tanpa sengaja, Arsen yang masih belum sepenuhnya masuk ke dalam kelas pun nyatanya mendengar pembicaraan itu, langkahnya seketika ia hentikan dan memilih mendengarkan obrolan antara papa dan aunty Sheanya itu.
"Iya, ibu Martin mengalami kecelakaan hebat dan saat ini dia sedang koma di rumah sakit Ben, jadi dalam beberapa hari kami akan berangkat ke Paris dalam waktu yang tak tau sampai kapan." Jelas Shea yang mendadak terlihat sendu.
"Ha?! Benarkah?! Astaga, aku turut sedih dan berduka, lalu bagaimana keadaan Martin sekarang? Apa dia baik-baik saja?"
"Martin cukup shock, tapi kurasa dia bisa mengatasinya."
"Ah syukur lah, jadi kapan rencananya kalian akan pergi? Lalu, bagaimana dengan sekolah Rachel?"
"Begitu visa selesai, kami akan langsung pergi. Dan masalah Rachel, aku akan mempermisikannya beberapa waktu dari sekolah, dan jika kami harus lebih lama disana, maka dengan terpaksa aku harus memindahkan Rachel di Playgroup yang ada disana."
"Oh begitu rupanya," Benzie pun mulai mengangguk-angguk tanda mengerti.
"Astagaa,, Arsen pasti akan sangat kesepian jika Rachel pergi, mengingat selama ini dia begitu dekat dengan Rachel." Ucap Benzie lagi yang terdengar lirih sembari mulai menundukkan kepalanya.
Arsen yang mendengar hal itu pun mendadak ikut murung, dia memandangi wajah Rachel yang saat itu sudah duduk lebih dulu di bangkunya.
"Jadi Rachel akan pergi? Ini sama sekali tidak seru, lalu siapa yang bisa aku ejek selama Rachel pergi?" Gumam Arsen lirih dalam hati yang kemudian akhirnya mulai melangkah dengan lesu menuju kursinya.
Tak terasa beberapa jam pun berlalu, kini jam istirahat pun tiba, saat itu Arsen langsung mendatangi kursi dimana Rachel masih terduduk sembari memasukkan berbagai cat warnanya ke dalam tas.
"Rachel, apakah benar kau akan pergi ke rumah nenek mu?" Tanya Arsen memastikan.
"Itu benar, aku akan pergi bermain salju disana, itu pasti akan sangat seru dan menyenangkan. Tapi kau tau dari mana?" Rachel pun balik bertanya dengan wajah polos dan suara imutnya.
"Mommy mu yang bilang pada papaku, tapi apa kau juga tidak akan sekolah lagi disini?"
"Aku tidak tau, tapi bukankah aku kesana untuk berlibur ke rumah nenek? Nanti juga aku akan kembali ke sini lagi, seperti sebelumnya juga begitu."
"Oh begitu rupanya, eeem baik lah, jangan lama-lama ya perginya, aku akan tunggu kau pulang, dan jangan lupa belikan juga oleh-oleh mainan yang bagus untuk ku ok." Arsen pun akhirnya kembali tersenyum.
"Kenapa aku harus membelikanmu oleh-oleh? Kau kan sering mengejekku."
"Iya deh aku minta maaf hehe, jadi kita tetap berteman kan?" Arsen pun akhirnya menjulurkan tangannya seolah ingin bersalaman.
Sejenak Rachel hanya diam sembari memandangi tangan Arsen dengan wajah datarnya, lalu sambil kembali memasukkan krayonnya ke dalam tas, iya pun akhirnya menjawab.
"Emm baik lah aku maafkan. nanti aku akan bilang pada mommy agar membelikan mainan untuk mu disana."
"Kalau begitu ayo kita bersalaman, biar afdol."
Akhirnya mereka pun bersalaman, dan kembali bermain bersama hari itu, sembari memegang permen gulali, Arsen mengajak Rachel untuk menuju pekarangan tempat permainan.
"Ayo naik, biar aku ayunkan."
"Tidak mau, aku takut jatuh seperti waktu itu." Dengan cepat Rachel pun menggelengkan kepalanya.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Rizky
Udah nikah loh Martin itu masih cemburu sama Martin
2022-01-15
2
Ajeng Ajeng
imutnya......
2021-10-23
1
RN
5 like rate favorite hadir mulai sekarang
feedback totok pembangkit saling dukung kk
2021-06-17
0