Mendengar hal itu, membuat tangan Tere kembali terasa gemetaran, Alex yang masih terlihat begitu tenang, pun mulai melirik ke arah Tere sembari menggelengkan pelan kepalanya, sebagai kode memintanya untuk tidak merasa cemas serta gugup.
"Ya, untuk soal itu aku minta maaf padamu Ben, Yuna, dan juga nenek. Tapi pekerjaan yang menumpuk mengharuskan kami untuk lembur, hingga pulang malam, jadi aku memutuskan untuk langsung mengajak Tere makan di luar. Apa itu hal yang salah dan buruk?" Jelas Alex.
"Oh begitu rupanya." Benzie pun mendengus lalu tersenyum sinis.
Tak lama, Yuna yang mulai merasa tak nyaman dengan suasana yang terasa kembali tegang, memutuskan untuk berbisik pada Arsen.
"Arsen sayang, kamu pergi lah masuk kamar lebih dulu ya, kamu boleh bermain sebentar jika kamu mau, ini obrolan orang dewasa, tidak baik jika kamu ikut mendengarnya." Ucap Yuna dengan lembut.
"Baik lah mama, tapi bolehkan aku bermain dengan adik bayi?"
"Boleh sayang, tapi ingat, harus hati-hati ya."
Arsen pun tersenyum lalu mengangguk patuh, ia pun akhirnya pamit pada yang lain untuk masuk ke kamar dan menyusul adiknya yang saat itu sedang di asuh oleh babysitter selama ibunya sedang makan malam.
Yuna pun memanggil babysitter yang di tugaskan untuk membantu mengurus Arsen, agar ia bisa menemani dan mengawasi Arsen di kamar.
"Lalu, ada apa dengan tangan kalian? Apa tangan kalian terkena lem hingga tidak bisa lepas meski sudah di rumah?" Tanya Benzie lagi dengan nada yang begitu terdengar seperti tidak senang.
Alex akhirnya mulai menghela nafas panjang, lalu seketika raut wajahnya terlihat semakin serius menatap Benzie, Yuna, dan nenek Maria.
"Eemm begini, ada hal serius yang perlu aku beritahukan pada kalian." Ucapnya kemudian.
Nenek Maria yang menyadari hal itu pun sontak memicingkan matanya saat memandangi Alex.
"Alex, aku sangat jarang melihat wajahmu seserius itu, ada apa? Apa ada masalah?" Tanya nenek Maria yang kembali mengernyitkan dahinya.
Begitu pula dengan Yuna yang seketika jadi terdiam sembari terus memandangi Tere dan Alex secara bergantian.
"Jadi aku, emm aku...."
"Astaga,, sangat tidak nyaman rasanya melihat kau berbicara dengan cara berdiri seperti itu, ayo kita duduk di ruang keluarga saja!" Ajak nenek Maria yang mulai berusaha untuk bangkit dari duduknya.
Dengan di bantu oleh dua orang pelayan, nenek Maria pun berjalan tergopoh-gopoh menuju ruang keluarga, tak lama Benzie dan Yuna pun ikut duduk bersamanya, hingga kemudian di susul pula dengan Alex dan Tere.
"Tolong buatkan kami teh!" Perintah nenek Maria pada para pelayan.
Dengan sigap pelayan pun membungkuk patuh dan langsung beranjak menuju dapur, tak butuh waktu lama, teh hangat pun kini telah terhidang di hadapan mereka masing-masing.
"Ayo minum lah dulu, agar semuanya yang ada disini tidak terlalu merasa tegang." Tegas nenek Maria lagi sembari mulai meraih secangkir teh miliknya.
Setelah masing-masing dari mereka semua menyeruput tehnya, nenek Maria pun mulai kembali menatap Alex sembari meletakkan cangkir tehnya kembali ke meja.
"Sekarang bicara lah Lex! apa yang sejak tadi ingin kau bicarakan pada kami?"
"Baik lah nek." Alex pun kembali menarik nafas panjang, lalu mulai memandangi satu persatu wajah semua orang yang ada di ruangan itu tanpa terkecuali.
Sementara Tere, saat itu ia hanya bisa terus menundukkan kepala, tubuhnya semakin gemetaran, hingga tanpa sadar membuatnya terus *******-***** tangannya sendiri. Yuna yang melihat gelagat aneh sang adik pun kembali mengernyitkan dahi, ia memandangi Tere dari ujung kaki hingga rambut, dan tak sengaja mata Yuna menangkap sebuah hal yang baru ia lihat di tubuh Tere, yaitu sebuah cincin permata yang begitu mengkilau dari kejauhan.
"Cincin? Sepertinya aku tidak pernah melihat cincin itu sebelumnya, emm apa,,, apa itu artinya..." Gumam Yuna dalam hati sembari mulai memikirkan sesuatu.
"Jadi, aku baru saja melamar Tere secara pribadi." Ungkap Alex kemudian dengan begitu tegasnya.
Mendengar hal itu, sontak membuat mata Benzie, Yuna, dan juga nenek Maria jadi terbelalak secara bersamaan.
"Dan ini, tersematnya cincin ini di jari Tere, menandakan jika ia pun secara pribadi telah menerimaku untuk menjadi suaminya." Tambah Alex lagi sembari meraih tangan Tere dan menunjukkan cincin yang ia berikan.
"Dan sekarang, aku ingin melamarnya lagi secara resmi di hadapan keluarganya yang juga telah ku anggap sebagai keluargaku sendiri, bahkan jauh sebelum aku mengenal Tere." Tegas Alex yang terlihat tanpa ragu.
"Wah, Sungguh sangat gentleman sekali kau Alex." Celetuk nenek Maria yang kemudian mulai tersenyum.
"Apa kamu sungguh mencintai adik ku?" Tanya Yuna secara tiba-tiba.
"Tentu saja kakak ipar! aku bahkan sudah mencintainya sejak lima tahun silam." Jawab Alex tegas.
"Haais, belum apa-apa sudah memanggil istriku dengan sebutan kakak ipar, rasa percaya dirimu begitu berlebihan ya, apa kau begitu yakin kami bisa menerima lamaranmu ha?" Benzie pun kembali melototi Alex,
Melihat suaminya yang masih saja begitu sensi pada Alex, membuat Yuna memutarkan kedua bola matanya, ia pun bergegas melingkarkan kedua tangannya ke lengan Benzie.
"Sayang, sudah lah jangan terus menerus sensi padanya." Bisik Yuna yang mencoba menenangkan suaminya.
"Tapi dia...."
"Ssssttt, sudah! Jika marah terus, nanti keriput di wajahmu semakin terlihat jelas." Bisik Yuna lagi sembari tersenyum.
Benzie pun seketika dibuat bungkam oleh istrinya. Hal itu membuat Yuna semakin melebarkan senyumannya, lalu kembali menoleh ke arah Tere dan menatapnya dengan serius.
"Dan kamu Tere, apa kau juga mencintai Alex?"
Tere yang sejak tadi terus menunduk, kini perlahan mulai menatap wajah kakaknya dengan ragu-ragu.
"Iya kak, aku mencintainya tanpa ada paksaan dari siapa pun." Jawab Tere.
Yuna pun menghela nafas dan kemudian kembali tersenyum.
"Baik lah, jika kalian saling mencintai, maka aku sebagai kakak mu tidak bisa menghalangi niat suci kalian." Ungkap Yuna lagi yang terlihat begitu menerima.
Namun berbeda halnya dengan Benzie, ia sontak mendelikkan matanya saat menatap wajah polos istrinya, sembari mengguitnya singkat.
"Sayang, apa begitu saja?" Bisik Benzie yang seolah tak terima.
"Lalu mau bagaimana lagi?" Yuna pun mengangkat kedua pundaknya.
"Apa kamu tidak memberinya tantangan sedikit pun untuk lebih membuat kita yakin?"
"Sudah lah sayang, aku percaya pada Alex! Lagi pun, aku juga percaya cinta memang bisa mengubah seseorang. Bukankah kamu juga berubah seperti sekarang ini karena jatuh cinta padaku?" Goda Yuna sembari tersenyum pada suaminya.
Benzie pun lagi-lagi harus terdiam, lalu bersandar pasrah pada sandaran sofa.
"Lalu bagaimana dengan mu Ben? Apa kau menyetujuinya? Karena aku tidak akan menikah tanpa restu darimu." Ucap Alex yang saat itu menatap Benzie dengan begitu serius.
"Eemm, kalau sudah begitu, maka urus saja pernikahan kalian, jangan merepotkan aku, karena aku sibuk!" Benzie pun berdiri, lalu dengan tenang ia pun pergi begitu saja.
Sebelum menaiki tangga, Benzie pun kembali berbalik badan dan memandang ke arah Alex,
"Aku mau acaranya di buat meriah, karena ini menyangkut nama baik keluarga Lim. Dan jika kau butuh bantuan dana, maka jangan sungkan mengatakannya padaku!" Ungkapnya lagi dan kemudian ia pun melanjutkan langkahnya.
Alex pun akhirnya tersenyum lega, begitu pula dengan Tere yang sejak awal terus menunduk, kini mulai memandangi kepergian Benzie dengan raut wajah sedikit bingung.
"Apa, apa itu artinya dia..." bisik Tere
"Dia menyetujuinya." Jawab Alex singkat sembari terus tersenyum memandangi punggung Benzie yang mulai menjauh pergi.
Restu dari keluarga Lim telah di dapat, akhirnya mereka pun bisa melanjutkan rencana pernikahan mereka tanpa ada beban, dan menyangkut keluarga Alex, tidak akan di ragukan lagi, tentu kedua orang tuanya yang telah lama hidup berpisah rumah dari Alex pun akan sangat setuju mendengar Alex akhirnya akan menikah, tambah lagi mereka akan merajut hubungan dengan keluarga Lim yang sangat terpandang di kota itu.
2 Minggu kemudian...
Kini antara Alex dan Tere telah resmi di persatukan dalam ikatan cinta yang sah, mereka resmi menjadi suami istri dengan menggelar pesta pernikahan yang begitu meriah. Dan tentu saja hal itu bisa terjadi juga tak terlepas dari support dana dari Benzie yang meski bersikap cuek, namun ternyata begitu peduli pada mereka berdua. Dia menghadiahkan sebuah resepsi yang luar biasa untuk sahabat dan juga adik iparnya, serta paket liburan bulan madu ke Swiss pun ternyata secara diam-diam telah ia siapkan.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Eva Rubani
mantap benzii
2023-02-15
0
Rizky
Masih mantengin ini
2022-01-15
2
fitriani
selalu menarik kak ceritanya.mantap kak idenya
2021-09-12
3