Charlie sampai di apartemennya. Ia lansung berjalan mendekati sofa dan berbaring. Tangannya perlahan memijat lembut pangkal hidungnya. Ia masih tidak bisa melepaskan pikirannya dari Hansel dan Luiso. Rasanya sungguh mengesalkan, harus dipermainkan oleh pemikirannya sendiri.
Beberapa saat kemudian. Merasa lebih baik, Charlie bangun dan berjala menuju dapur. Ia merasa haus, ingin minum. Dibukanya lemari pendinginnya dan dikeluarkannya kaleng bir yang ada di dalam lemari pendingin itu. Segera dibuka dan diteguknya. Charlie mengecap rasa bir yang masih terasa di bibirnya.
"Lihat apa yang aku lakukan padamu, Hans. Sedikit saja kau membuat kesalahan, aku akan menghabisimu. Seperti aku membunuh semut," gumam Charlie.
Dibawanya kaleng bir ke dalam kamarnya. Dengan tergesa-gesa ia melangkah, ia ingin segera memberikan data Hansel pada Zack agar bisa diselidiki lebih lanjut. Charlie langsung duduk di kursi, ia segera menyalakan komputer miliknya. Malam itu Charlie begitu sibuk sampai tidur terlambat.
*****
Micheline selesai mempelajari berkas dokumen yang tadi dibawakan oleh Charlie. Butuh waktu kurang lebih satu jam untuknye memikirkan keputusan serius yang harus dibuatnya saat rapat esok hari.
"Hah..." dengus Micheline. Ia bangkit berdiri dari kursinya dan merapikan meja kerjanya, "Sepertinya besok aku harus banyak bersabar menghadapi keluhan semua staf," gumam Micheline.
Ponselnya berdering, ia mengambil ponselnya dan melihat Hansel menghubunginya. Micheline mengernyitkan dahinya, ia ragu untuk menerima panggilan dari Hansel. Namun ia tidak bisa mengabaikan juga karena ponselnya terus berdering.
"Hallo," jawab Micheline.
"Hallo, bisa keluar? aku ada di depan rumahmu," kata Hansel, membuat Micheline terkejut.
"A-apa? kau di depan rumahku? ada apa? apa ada sesuatu?" cecar Micheline karena kaget.
"Apa kau sibuk? sudab tidur, ya? baiklah jika kau tidak ingin bertemu denganku. Aku akan pulang," kata Hansel kecewa.
"Tunggulah..." jawab Micheline mengakhiri panggilan Hansel. Ia segera berlari keluar dari ruang kerjanya untuk menghampiri Hansel.
Micheline berlari keluar rumah. Ia melihat Hansel berdiri di depan rumahnya. Melihat Micheline yang keluar dari dalam rumah, Hansel tersenyum senang. Hansel langsung berlari mendekati Micheline dan memeluk Micheline. Lagi-lagi Micheline dibuat terkejut dengan sikap aneh Hansel.
"Kau kenapa?" kata Micheline dalam dekapan Hansel.
"Aku merindukanmu..." jawab Hansel berbisik.
Mata Micheline melebar, "Apa?" kaget Micheline mendorong Hansel ingin melepaskan pelukan. Namun, usahanya gagal karena Hansel merekatkan pelukannya erat.
"Sebentar saja. Aku mohon," ucap Hansel dengan suara lirih.
Micheline tidak tega. Ia mendekap Hansel dan mengusap-usap punggung Hansel. Ia bisa merasakan debaran jantung Hansel yang seakan ingin melompat keluar dari tempatnya. Puas memeluk, Hansel akhirnya melepas pelukan dan menatap Micheline.
"Terima kasih," kata Hansel tersenyum.
Micheline menarik tangan Hansel dan membawa Hansel masuk dalam rumahnya. Hansel kaget, ia tidak mengira tindakan itu akan dilakukan Micheline.
"Ada apa?" tanya Hansel bingung.
Micheline hanya diam. Ia meminta Hansel dusuk di sofa ruang tengah diikuti olehnya yang duduk di samping Hansel. Micheline memangku kaki kanannya pada kaki kirinya lalu menyilangkan dua tangannya di dada. Micheline menatap tajam pada Hansel.
"Yang harusnya bertanya itu aku. Ada apa denganmu?" tanya Micheline.
"Aku?" ulang Hansel, "Mamangnya aku kenapa?" tanya Balik Hansel.
Hal itu membuat Micheline kesal, "Aku tanya terkahir kalinya, Hans. Jangan berpura-pura bodoh lagi di depanku. Katakan sejujurnya, Ada apa denganmu? Jika kau tidak mau jawab, jangan harap kau bisa melangkah pergi dari rumah ini."
Mendengar ucapan Micheline, Hansel hanya tertawa. Hansel berpikira ucapan Micheline seakan berarti lain. Seperti, "Jika tidak jujur, kau tidak akan aku lepaskan." Karena itu Hansel hanya terus tertawa tanpan menjawab pertanyaan Micheline.
"Kau ingin ku pukul baru bicara, hah?" ancam Micheline.
"Pukullah," jawab Hansel menantang Micheline.
"Kau pikir aku bergurau. Ahh... menyebalkan sekali. Aku akan memukulmu sekarang juga," kata Micheline bangkit berdiri dari duduknya.
Micheline tergesa-gera berdiri membuat keseimbangan tubuhnya tidak sempurna. Micheline ambruk dan menimpa Hansel. Membuat Hansel berkesempatan menggodanya.
"Ini yang kau katakan ingin memukul? ini bukannya memeluk?" goda Hansel tersenyum tampan.
Micheline kesal, "Peluk apa? menyebalkan," jawab Micheline. Micheline ingin berdiri, tetapi Hansel menahannya.
"Lihat mataku, Eline..." pinta Hansel.
Micheline menatap mata Hansel, tatapan mata yang lekat dan hangat penuh arti mulai dirasakan Micheline. Ia tidak tahu apa arti dari tatapan mata Hansel itu, yang ia tahu Micheline tidak merasa terganggu ataupun risih. Juga tidak membenci tatapan mata Hansel yang menatapnya.
Deg... Deg... Deg...
Jantung Micheline berdegup. Micheline menyatukan dua tangannya di dada. Ia tidak mengerti akan arti debaran jantungnya yang tiba-tiba.
"Kenapa berdebar? apa aku sakit jantung?" batin Micheline.
Tidak hanya jantung Micheline yang berdebar. Jantung Hansel pun berdebar kencang. Meski sudah menghabiskan malam manis bersama, tidak membuat Hansel menyerah untuk merayu dan mendekati Rowena.
Hansel mengusapkan tangannya merapikan rambut Micheline. Ia mendekatkan wajahnya, lalu mengecup kening Micheline dengan sangat lembut.
Micheline memalingkan wajahnya, "Kau kenapa seeprti ini, Hans? Bukankah sudah jelas apa yang aku ucapkan," kata Micheline merasa kacau.
"Boleh aku jujur? aku menykaimu," jawab Hansel tanpa ragu.
"Simpan rasa sukamu itu. Karena aku..." kata-kata Micheline terpotong oleh Hansel yang tiba-tiba saja mencium bibirnya.
Hansel sudah gelap mata. Ia tidak peduli lagi, jika Micheline merasa kesal dan marah. Meski harus dibuang sekalipun. Ia memperdalam ciumanya, berusaha memberikan sensasi pada Micheline.
Micheline memejamkam mata, "Apa-apain ini. Bisa-bisanya aku diam dan tidak bisa menolak seperti ini. Apa yang terjadu padaku," batin Micheline. Ia berusaha menyadarkan diri agar tidak terperangkap oleh trik Hansel.
Di dorongya perlahan Hansel sampai melepaskan ciuman, "Kau sungguh suka melewati batasamu, Hansel..." kata Micheline menatap tajam pada Hansel.
"Ya. Aku memang keterlaluan. Sekarang sudah terlambat untuk memintaku berhenti," Kata Hansel yang kembali mencium bibir Micheline.
Merasa kesal pada Hansel yang bersiap kurang ajar. Micheline pub menggigit bibir Hansel sampai terluka dan berdarah. Karena kesakitan, Hansel pun akhirnya melepas ciumannya.
"Sshh..." desis Hansel meraba bibirnya, "Kau begitu tidak suka kucium? sampai-sampai kau menggigitku seperti ini?" kata Hansel mengernyitkan dahi.
"Apa laki-laki ini gila? aku yang seharusnya kesal di sini. Kenapa dia bicara seolah-olah aku yang bersalah sudah menolaknya?" batin Micheline.
"Kau pantas mendapatkannya. Karena kau memaksaku untuk berciuman. Jika aku kehilangan kesabaranku karenamu, aku akan sungguh-sungguh membunuhmu."
Mendengar ucapan Mucheline yang kesal, Hansel langsung diam. Bibirnya tertutup rapat membisu. Hansel menyadari jika ia sudah melakukan kesalahan besar. Namun, ia tidak tahu hal apa yang membuatnya begitu gila.
"Uh, maafkan aku. Hukum aku," jawab Hansel merasa bersalah.
Micheline melepaskan diri dari Hansel. Ia berdiri dan pergi meninggalkan Hansel tanpa bicara apa-apa. Micheline menuju dapur, ia mencuci tangannya dan mengusap bibirnya.
"Aku tidak menyukai ciuman ini, tetapi aku tidak bisa menolaknya juga. Aku tidak bisa menjadi seorang yang plin-plan seperti ini, kan?" batin Micheline bingung.
Micheline memalingkan wajahnya, menatap jauh pada Hansel yang masih dusuk di sofa. Kejadian malam ini juga mengingatkannya akan malam manis yang gila, yang ia habiskan bersama Hansel.
Di sofa, Hansel yang duduk ingin berlari mengejar Micheline. Tetapi hal itu tidak dilakukannya karena Hansel tidak ingin membuat Micheline kesal dan marah lagi padanya. Ia sudah cukup melewati batasan. Ia bersiap untuk menerima apapun konsekuensi dari Micheline. Meski harus dipecat sekalipun.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Franki Lengkey
hansel jujur saja swbelum kwtahuan
2021-07-20
0
Widia Jaya
bukannya berteris terang
2021-06-09
3
Yati Dan Yitno
buat Hansel jujur, sblum charly tau semuanya thor
2021-06-09
3