Perhatian!
Dalam cerita mengandung unsur dewasa. Seperti 21+, kekerasan fisik, darah, umpatan dan lain-lain. Diharapkan pembaca bijak dalam menanggapi isi bacaan. Terima kasih.
*****
Ponsel Hansel berdering, ia yang sedang berolah raga saat itu mau tidak mau harus menerima panggilan dari Micheline. Karena sudah sejak awal menerima perintah jika ia harus tetep siaga jika ada panggilan kapanpun dan di manapun.
"Apa ada masalah? merepotkan saja," batin Hansel yang merasa malas karena ia ingin beristirahat di akhir pekan.
Hansel menrima panggilan Micheline, "Ya, Bu."
"Hans, datanglah ke tempat Charlie. Cepat!" perintah Micheline.
"Tu-tunggu, Bu. Maksud Anda? saya harus menemui Pak Kepala Sekertaris?" tanya Hansel bingung.
"Iya. Aku mendapat kabar jika orang yang membocorkan informasi itu sudah tertangkap oleh bawahan Charlie. Kau cepatlah datang dan bantu Charlie. Aku sedang di Villa saat ini, aku juga akan segera pergi. Kau mengerti?" jelas Micheline.
Deg... Deg... Deg...
Jantung Hansel berdegup kencang. Ia tiba-tiba saja merasa gelisah dan khawatir. Hansel memikirkan ucapan Micheline yang mengatakan jika pelaku penyebar informasi sudah tertangkap. Keberanannya adalah, ialah orang yang dengan sengaja memberitahukan apapun rencana Micheline pada Alfonzo, yang mengaku sebagai Paman dari Micheline.
"Halo... Hansel? Kau dengar aku tidak?" tanya Mucheline bernada kesal karena sedari tadi ia mengoceh tidak ada jawaban dari Hansel.
"Hansel..." panggil Micheline lagi setengah membentak, dan langsung mengejutkan Hansel.
"Ah... I-iya, Bu. Maafkan saya tidak fokus. Saya akan segera pergi menemui Pak Kepala Sekertaris," gagap Hansel menjawab panggilan Micheline.
"Kau aneh sekali, Hans. Kita bahas ini nanti. Aku harus mengemudi agar segera cepat sampai. Akan aku langsung kirim alamatnya. Sampai nanti," kata Micheline yang langsung mengakhiri panggilannya.
Hansel terlihat lemas, ia berpikir keras. Kali ini apalagi yang terjadi. Dan siapa orang yang tertangkap yang dicurigai sebagai pembocor informasi. Hansel akhirnya segera bersiap-siap berganti pakaian.
Beberapa menit kemudian, Hansel keluar dari kamarnya dan bertemu Marc. Marc melihat Hansel rapi, ia bertanya pada Hansel ingin pergi kemana di akhir pekan seperti itu.
"Hans, kau ingin kemana?" tanya Marc.
"Hai, Marc. Kau sudah kembali? aku akan keluar, karena ada panggilan dari atasanku. Aku pergi dulu," pamit Hansel yang langsung buru-buru pergi.
"Hati-hati," kata Marc mengingatkan Hansel untuk berhati-hati.
"Iya," jawab Hansel tanpa memalingkan wajah. Hansel langsung memakai sepatunya dan keluar dari apartemen.
*****
Sepanjang perjalanan Hansel memikirkan semuanya. Tanpa sadar, ia sudah sampai di tempat yang ia tuju sesuai alamat yang diberikan Micheline. Alamat keberadaan Charlie dan orang yang di curigai sebagai penyebar informasi.
Hansel melihat sekeliling, ia tidak melihat ada kendaraan yang berlalu lalanh di tempat itu. Tidak ada kendaraan yang terparkir lagi selain mobil Charlie dan sebuah mobil lain yang diduga Hansel adalah orang-orang Micheline.
Tanpa menunggu lagi, Hansel melangkah mendekati sebuah gudang tua yang terlihat tidak jauh darinya. Dengan rasa gelisah, cemas dan khawatir kakinya melangkah perlahan-lahan. Jantung Hansel masih berdegup kencang, rasanya jantungnya ingin melompat kelaur.
Langkahnya semakin mendekat, Hansel mendengar suara tawa seseorang. Hansel melebarkan mata, perasaanya semakin tidak tenang dan kacau. Ini pertama kalinya ia merasakan segelisah dan setidak nyaman seperti itu, setelah bertahun-tahun kejadian pada masa lalunya.
Hansel melihat beberapa orang berjaga di depan pintu. Ia memandang orang-orang yang berjaga dan mengatakan jika ia diminta datang oleh Bu CEO. Mendengar perkataan Hansel, orang-orang yang berjaga mempersilakan Hansel masuk.
Hansel masuk dalam gedung itu. Ia terkejut melihat apa yang dilihatnya di depan matanya. Ia melihat Charlie dengan senangnya menggores-gores tubuh seseorang dengan sebuah pisau.
"Apa ini?" batin Hansel terkejut.
Charlie yang menyadari kedatangan Hansel pun hanya diam. Dan terus melakukan aksinya membuat orang asing itu buka suara. Hal-hal yang tidak ingin dilihat Hansel terjadi. Charlie melakukannya dengan senang hati, sedangkan Hansel merasa kecewa dan sedikit sedih. Baginya hal itu tidak patut dilakukan, dan tidak berprikemanusiaan.
*****
Charlie menghela napas panjang, "Kau sedang apa, Hans?" tanya Charlie membersihkan pisaunya yang penuh darah dengan sapu tangan.
Hansel kaget dan langsung segera berbalik menatap Charlien, "Tidak ada, Pak. Saya datang atas perintah Bu CEO."
"Aku tahu itu. Maksudku, kenapa kau berpaling? kau takut melihat darah?" tanya Charlie lagi.
Hansel langsung menggeleng, "Tidak sama sekali. Hanya sedikit terkejut saja," jawabnya jujur.
Charlie tertawa lepas, "Hahaha... Ini belum apa-apa, dibandingkan CEO. Kau belum lihat pertunjukan menarik yang sebenarnya, kan?" kata Charlie membuat Hansel kebingungan.
"Bu CEO?" tanya Hansel bersuara pelan. Dan hanya dijawab oleh senyuman tipis Charlie.
"Apa maksudnya Micheline? apa mungkin dia perempuan seperti itu? kalau benar berarti dia seorang berjiwa psikopat?" batin Hansel yang langsung melebarkan mata karena terkejut. Ia masih tidak menyangka Micheline adalah perempuan kejam seperti itu.
Lamunan Hansel lenyap saat pintu gudang tua itu terbuka. Micheline langsung masuk dan menemui Charlie. Pandangan mata Hansel dan Micheline bertemu. Hansel bsia merasakan tatapan mata dingin penuh amarah di mata Micheline. Melihat Hansel, Micheline hanya diam dan langsung berjalan mendekati Charlie untuk bertanya.
"Bagaimana?" tanya Micheline.
"Masih belum sepenuhnya bicara. Dia memberitahu seseorang yang asing padaku," jawab Charlie.
Micheline diam, ia melihat seseorang yang tergeletak di lantai dan mendekatinya. Diinjaknya tangan kiri orang orang itu.
"Aaaah..." teriak orang itu merasakan sakit yang luar biasa, karena tangan kirinya sudah terluka oleh Charlie.
"Teriaklah sekuat tenagamu!" sentak Micheline, "Kau pikir aku ini siapa? berani-beraninya kau bungkam pada orangku, hah?" kata Michrline menguatkan pijakannya karena kesal.
"Sa-sakit, Nona. Tolong hen... tikan," kata orang itu mengerang dengan terbata-bata.
"Hentikan? aku akan hentikan jika kau katakan sesuatu yang masuk akal, bod*h! Ingat satu hal dariku, tidak sukit bagiku membinasakan semua anggota keluargamu. Aku bisa menemukan orang-orangmu meski akan bersembunyi di sarang tikus sekalipun."
Mata orang itu melebar, "Apa? To-tolong jangan lakukan itu, Nona. Saya mo... hon..."
"Cepat katakan, Siapa orang yang menyuruhmu. Siapa yang membayarmu," desak Micheline.
Orang itu bicara tetapi dengan nada suara pelan hampir tidak terdengar. Micheline geram, ia mengangkat kakinya melepas pijakan. Michrline berjongkok dan langsung menarik kasar rambut orang itu tanpa berbelas kasih. Dengan tatapan mata yang dingin dan penuh murka, Micheline menatap orang itu.
"Ku beri waktu lima menit untukmu menjelaskan. Jadi cepat katakan dengan suara lantang dan jangan berbelit-belit lagi!" bentak Micheline.
Merasa terancam akhirnya orang tersebut langsung buka suara. Langsung memberitahukan siapa orang yang menyuruhnya. Dengan suara lantang orang itu memberitahu Micheline.
Charlie tidak terkejut dengan sikap kasar Micheline. Karena bagi Charlie, ini masih belum apa-apa. Micheline meski terlihat lembut dan terkesan baik, nyatanya memiliki sisi gelap yang bisa membuat siapapun ketakutan.
Hansel sangat terkejut, Ia sungguh tidak menyangka jika Micheline adalah orang yang seperti itu. Ia seakan bermimpi, tidak percaya jika CEO-nya yang terkesan baik dan lembut didepannya selama ini ternyata seperti moster pembunuh yang kejam dan keji. Sebelumnya ia melihat Micheline hanya memerintahkan orang-orangnya saja untuk turun tangan. Tidak disangka jika Micheline juga turun tangan.
"Kau sudah dengar, Frederick?" tanya Micheline lantang.
"Ya," jawab Frederick yang langsung berjalan mendekati Micheline.
Micheline melepas tangannya dan berdiri, ia menatap tajam arah Frederick. Frederick terkejut, ia juga tidak menyangka. Perempuan seanggun Micheline ternyata seorang gangster.
"Bukan aku orang yang menyebarkannya. Aku bukan orang yang akan ingkar janji," kata Micheline.
"Maaf, Nona Robert. Sepertinya aku sudah salah paham padamu," kata Frederick.
"Maaf? setelah kau memerintah orangmu mengejarku kau hanya meminta maaf? Hahaha..." Micheline tertawa kesal. Ia langsung menampar Frederick tanpa ragu.
Plakkk... tamparan mendarat di pipi kiri Frederick.
"Ini untuk ancaman teleponmu kemarin," kata Micheline.
Plakkk... tamparan kembali mendarat di pipi kanan Frederick.
"ini untuk penghinaanmu yang menyebutku sebagai jal**ng," kata Micheline.
plakkk... tamparan ketiga diberikan Micheline pada Frederick.
"Ini untuk kejadian semalam. Di mana kau meminta orang-oramgmu mencelakaiku. Kau berpikir aku ini apa, hah? aku bukan perempuan pengecut dan perempuan lemah seperti yang kau pikirkan, Tuan Arron yang terhormat. Sebelum kau bertindak, seharusnya kau berpikir!" kata Micheline mencela Frederick.
"Ya. Aku salah. Aku pantas mendapatkan tamparan darimu. Maafkan aku," kata Frederick tidak bisa membela diri lagi. Frederick sadar akan kesalahanya.
Micheline menatap Charlie, "Bereskan orang itu di depan matanya! Kau ikut aku, Hans."
"Baik, Bu."
"Ya, Bu. Saya akan mengikuti Anda," kata Hansel.
Micheline langsung pergi untuk meninggalkan gudang, diikuti oleh Hansel. Charlie mendekati Frederick dan meminta Frederick melihat dengan membuka mata lebar-lebar untuk menyaksikan hal menarik.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Mohd Taufi
wow keren bnget trskn 🥰💪💪💪
2023-01-06
0
Franki Lengkey
waw keren abis
2021-07-20
0
Fadilah Choirusofa
Micheline benar2 Alpha Woman
2021-07-11
0