Perhatian!
Dalam cerita mengandung unsur dewasa. Seperti 21+, kekerasan fisik, darah, umpatan dan lain-lain. Diharapkan pembaca bijak dalam menanggapi isi bacaan. Terima kasih.
*****
Beberapa hari berikutnya. Kabar tertangkapnya seseorang yang diduga biang masalah bocornya informasi sampai di telinga Micheline. Micheline yang sedang bersantai di akhir pekannya itu terpaksa harus pergi melihat langsung siapa orang yang membuatnya kerepotan.
Micheline menghubungi Charlie, ia mengatakan pada Charlie untuk mengorek informasi dari seseorang yang tertangkap itu bagaimanapun caranya. Charlie mengiyakan perintah Micheline dengan senang hati. Michelie ingin semuamya segera berakhir dan tidak berlarut-larut.
"... kau mengerti, kan?" jelas Micheline.
"Saya mengerti, Nona. Serahkan semuanya pada saya. Anda Tidak perlu terburu-buru untuk datang. Hati-hati di jalan," jawab Charlie.
"Hm, ok. Sampai nanti," jawab Micheline yang langsung mengakhiri panggilannya.
*****
Marc sedang bersama seseorang perempuan di sebuah apartrmen. Ia dan perempuan itu sedang menikmati waktu berdua untuk bermesraan.
"Marc..." panggil perempuan itu dengan tatapan mata yang nakal.
"Ada apa, Keily? kau imut sekali," jawab Marc mencium pipi perempuan itu.
Ciuman pipi itu akhirnya berganti menjadi ciuman bibir. Marc dan Keily saling berciuman panas. Puas berciuman mereka saling memandang dan tersenyum. Keily merengkuh Marc, bersandar di dada bidang Marc.
"Aku sungguh menyukaimu, Marc."
"Aku juga, Kei. Aku ingin terus bersamamu," jawab Marc.
"Bagaimana bisa terus bersama? kau harus tau jika Kakakku akan melakukan hal tidak baik jika melihat Adik kesayangannya ini kau permainkan di atas ranjang."
"Benarkah? seperti apa Kakakmu?" tanya Marc penasaran. Marc mengusap punggung Keily lembut, "Aku penasaran. Kakakmu perempuan atau laki-laki?" tanya Marc lagi.
"Laki-laki. Dia seorang yang..." jawab Keily menghentikan ucapannya.
"Yang..." ulang Marc semakin penasaran.
"Jika aku memberitahumu, apa kau masih mau bertemu denganku dan menemaniku seperti ini?" tanya Keily melepas dekapannya dan menatap Marc.
Marc membalas tatapan mata Keily, "Tentu saja. Aku akan selalu datang jika kau ingin aku datang. Aku juga akan pergi jika kau tidak ingin melihatku," jawab Marc.
Keily memajukan bibirnya, "Aku tak akan pernah mengusirmu, Marc. Karena aku memang sungguh-sungguh dengan perasaanku. Aku tahu pekerjaanmu dengan pasti. Aku juga tidak bisa menghentikannya karena kau juga membutuhkan uang. Aku hanya sedih, hatiku terasa sakit dan sesak saat melihatmu ada di atas ranjang bersama wanita lain. Melihatmu memeluk, mencium dan mencumbui wanita lain. Aku tidak rela, Marc. Aku ingin kau hanya menjadi milikku. Hanya aku satu-satunya wanita yang boleh bersentuhan denganmu," jelas Keily berkaca-kaca.
Marc terkejut, "Hei, jangan menangis Kei. A-aku tidak bisa melihatmu bersedih. Tolong jangan menangis," ucap Marc mengusap wajah Keily dengan sangat lembut.
Keily menggapai tangan Marc yang mengusap-usap pipinya dan mencium tangan Marc. Begitu tulus perempuan itu mencintai Marc. Ia benar-benar meluapkan perasaannya. Baginnya, bertemu dan bercinta dengan Marc bukan hanya sebuat kebutuhan dan kesenangan. Tetapi itu adalah sebuah ungkapan perasaan cintanya pada Marc.
Di satu sisi, Marc merasa bersalah. Ia memang menyukai Keily, meski hanya sebatas patner di atas ranjang. Keily bukan perempuan manja seperti perempuan-perempuan lainnya yang sering menghabiskan malam panas bersamanya. Waktu bersama Keily pun terasa lebih manis dan lebih menggairahkan.
"Apa aku berhak mendapatkan cinta seorang perempuan sepertimu, Keily? aku yang rendahan dan hina ini, hanya bisa memberikan rasa sakit dan kepedihan dalam hatimu. Kita tidak bisa bersama karena kita berbeda jalan," batin Marc.
"Keily..." panggil Marc.
"Ya?" jawab Kaily menatap Marc.
"Soal ini, bisakah kau memberiku waktu untuk berpikir? sekarang kita jangan bahas hal ini. Kita bahas hal lain saja, ya?" kata Marc ingin mengganti topik pembicaraan.
"Baiklah. Sesuai permintaanmu saja. Apa yang ingin kita bahas sekarang?" tanya Keily tersenyum cantik pada Marc.
"Hm," gumama Marc berpikir, "Bagaimana jika kau ceritakan Kakakmu. Kau tadi ingin mengatakan sesuatu, kan? ayo, ceritakan."
Keily tersenyum, "Ok. Aku akan ceritakan. Kau harus berjanji jika percakapan kita ini tidak boleh ada yang tahu, ya. Jika tidak, kau akan di..." kata-kata Keily terpotong oleh Marc.
"Aku janji. Aku akan mengunci mulutku," sela Marc tidak sabar lagi mendengar cerita Keily.
Keily duduk bersandar sofa dan mulai bercerita tentang Kakaknya. Bagaimana Kakaknya, orang seperti apa Kakaknya, dan bahkan apa saja yang biasa dilakukan Kakaknya itu. Semua diceritakan oleh Keily dengan mendetail. Sampai Keily menceritakan rahasia terbesar Kakaknya pada Marc. Hal itu tentu saja membuat Marc kaget dan langsung diam mematung.
"Ada satu rahasia terbesar Kakakku," kata Keily.
"Apa itu? Kakakmu bekerja sebagai agen mata-mata? atau mafia?" jawab Marc menebak-nebak.
Keily menggeleng, "Bukan itu semua. Kakakku adalah seorang Kepala Sekertaris perusahaan besar. Dia orang yang giat bekerja, tetapi dibalik itu semua, dia adalah seorang moster yang mengerikan. Kakaku seorang psikopat, Marc. Saat kegilaanya sudah meluap ia pasti akan langsung melakukan hal-hal di luar kendali."
"Apa? kau bilang apa?" tanya Marc terkejut.
"Ini adalah rahasia terbesar yang tidak pernah aku ceritakan pada siapapun. Bahkan Kakakku sendiri tidak tahu jika aku mengetahui sisi buruknya itu. Aku pernah memergokinya menyayat wajah perempuan yang selalu menggangguku di tempat kerja dulu. Setelah kejadian itu, perempuan itu menjadi gila dan akhirnya mengakhiri hidupnya sendiri dengan tragis."
Marc melebarkan mata, "Aku tidak bisa berpikir sekarang. Aku sangat terkejut," kata Marc yang memang benar-benar kaget dan tidak menyangka.
Keily tahu benar apa yang ia katakan mungkin akan membuat Marc terkejut. Mau bagaimana lagi, ia ingin menjadi dekat dengan Marc. Ia memutuskan untuk lebih jujur lagi pada Marc.
*****
Charlie melepas kemeja dan dasinya. Ia duduk di hadapan seseorang yang sudah ditangkap bawahannya. Charlie menatap tajam laki-laki itu tanpa bicara apa-apa. Laki-laki itu hanya membalas tatapan mata Charlie dengan penuh rasa kesal. Ia ingin berteriak namun mulutnya sudah disumpal.
"Mm..." gumam laki-laki itu.
"Apa? kau ingin katakan sesuatu? kau ingin mengakui kesalahanmu, hah?" kata Charlie.
"Mm..." gumam laki-laki itu lagi.
Charlie membuang kain yang menyumpal di mulut laki-laki itu. Ia menarik kasar rambut laki-laki itu dan memelototinya. Tentu saja Laki-laki itu semakin merasa kesal karena perlakuan Charlie yang kasar.
"Brengs*k! lepaskan tanganmu dari kepalaku. Kau tidak akan dapat apa-apa dengan menangkapku."
Charline menampar wajah orang itu bebeberapa kali, "Siapa yang kau umpat brengs*k, hah? kau ingin mati dengan cara seperti apa?" sentak Charlie.
"Hahaha, mati? kau tak akan bisa membunuhku. Aku bukan orang sembarangan yang bisa kau bunuh begitu saja. Tuanku pasti akan mencariku," kata orang itu meremehkan Charlie.
Charlie tersenyum tipis, "Tertawalah sepuasmu. Kau tak akan bisa tertawa setelah ini. Kau hanya akan..." kata-kata Charlie terhenti, ia mengeluarkan sesuatu dari balik saku celananya.
Charlie merogoh kantung Celananya dan mengelurkan pisau lipatnya. Pisau itu ditatapnya dengan penug perasaan oleh Charlie. Charlie bahkan mencium pisau lipat kesayangnnya itu.
"Hei, bedeb*h. Apa yang ingin kau lakukan, hah?"
"Apa, ya? kenapa kau berteriak sebelum aku mengukir namamu di wajahmu?" kata Charlie.
"Apa? apa kau gila?" tanya orang itu mulai gelisah.
"Menurutmu, bagaimana? aku beri kesempatan terakhir padamu. Siapa yang memerintahakanmu membocorkan informasi itu? waktumu hanya 30 detik dari sekarang," kata Charlie.
Laki-laki itu diam, ia tidak bersuara sepatah katapun. Bahakan sampai Charlie memulai hitungan sampai di hitungan ke-20 pun, laki-laki itu terkesan tidak peduli.
"Aku tidak bisa memberitahu orang gila ini. Apapun situasinya aku akan setia pada Tuan," batin laki-laki itu dalam hati.
"... 29, 30," Charlie selesai menghitung. Ia melirik melihat laki-laki di sampingnya, "Luar biasa, sampai hitungan akhirpun kau tidak bicara. Sebelumnya kau mengataiku brengs*k dan bedeb*h. Baiklah jika ini kemauanmu. Ayo kita mulai saja pertunjukannya," kata Charlie tidak sabar.
Charlie kembali menarik kasar rambut laki-laki itu dan menadahkan wajah laki-laki itu. Pandangan mata mereka kembali bertemu, Chrlie mendekatkan pisau ke wajah laki-laki itu dan menggoreskan pisaunya sedikit ke wajah laki-laki itu. Sedikit darah keluar dan membuat Charlie tersenyum.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Franki Lengkey
oh kakaknya itu carli
2021-07-20
0
Erny Magdalena Paiman
pantesan aja bisnisx maju,karena sang CEO monster sedangkan sekertarisx psikopat,jadi saingannya takut..
2021-06-15
4
Kartika Patricia Arumwangi
Jangan jangan kakaknya kai itu carlie
2021-06-14
2