Hansel hanya diam, ia bingung menjawab apa. Ia tidak ingin salah menjawab dan membuatnya gagal dalam misi. Melihat Hansel yang diam, Micheline merasa aneh dan kembali mencecar pertanyaan yang sama berulang-ulang.
"Apa kau ada masalah dengan pendengaranmu? kau tidak menjawab pertanyaanku," ucap Micheline dengan nada suara sedikit meninggi.
"Ma-maaf, Nona. Saya sedang tidak fokus. Alasan saya hanua ingin mencari pengalaman saja. Ini kali pertama bagi saya untuk bekerja di sebuah perusahaan besar. Saya haral jawaban saya bisa memuaskan Anda," jawab Hansel.
Micheline mengernyitkan dahi, "Apa kau gugup? aku tidak bertanya hal sulit. Banyak yang ingin bergabung di perusahaanku ini. Tentu saja alasan dan tujuan mereka beragam. Aku hanya ingin tau tujuanmu ingin bekerja di sini. Itu saja, tidak lebih."
Hansel menunduk, "Maafkan saya, Nona."
"Menjadi Asistenku harus punya keunggulan. Kau tidak bisa lemah pada siapapun lawanmu. Denganku sekalipun. Kau paham?" tanya Micheline pada Hansel yang masih menunduk.
"Saya mengerti," jawab Hansel.
"Angkat kepalamu dan lihat lawan bicaramu. Tunjukan padaku tatapan kesungguhanmu," pinta Micheline.
Perlahan Hansel mengangkat kepalanya dan menatap mata Micheline. Mata Micheline begitu jernih dan bersinar. Tatapan mata yang begitu dingin seakan memperingatkannya jika Micheline bukanlah lawan yang mudah. Micheline menatap dalam mata Hansel. Mata Cokelat yang indah, paeas yang rupawan. untuk sesaat hampir saja Micheline terpesona oleh paras tampan laki-laki di hadapannya.
"Emh.." gumam Micheline, "Kapan kau siap bekerja?" tanya Micheline pada Hansel.
"Kapan saja Anda memerintahkan saya," jawab Hansel.
Micheline mengangguk sembari berpikir, "Begini saja, kau bisa mulai hari ini. Meski setengah hari, aku akan memasukan jam kerja penuh padamu. Kau bisa perlahan belajar hal-hal dasar sebagai seorang asisten," jelasnya.
"Baik. Saya akan berusaha dengan baik," jawab Hansel.
"Bagus. Kau punya semangat yang tinggi rupanya. Berusahalah sekuat tenagamu agar kau tidak membuatku kecewa," sahut Micheline menekankan kata-katanya.
"Perempuan ini. Bagaimana bisa ada perempuan seberani dia? bahkan dia tidak berkedip saat berbicara. Dengan kata-kata penuh penekanan dia mengungkapan semua isi pikirannya. Apakah aku bisa perintah Tuan Alfonzo dengan baik?" batin Hansel berpikir.
Hansel tersenyum tipis dengan mata berbinar, "Saya tidak akan mengecewakan Anda. Saya berjanji," jawab Hansel penuh kesungguhan. Hansel mengubah seketika raut wajahnya agar menarik perhatian Micheline.
"Kemarilah. Aku akan memberitahu cara mengatur jadwalku. Setiap hari kau harus mengatur jadwalku. Kau harus sering-sering berkomunikasi dengan Sekertaris Charlie. Kau bisa tanyakan padanya kegitaan apa saja yang akan aku lakukan, acara apa saja yang aku hadiri, atau yang tidak perlu aku lakukan atau hadiri."
"Boleh saya bertanya?" sela Hansel.
"Ya?" jawab Micheline.
"Boleh saya tahu acara apa saja itu?" tanya Hansel.
Micheline menghela napas panjang, "Aku hanya akan menghadiri rapat penting mau itu rapat perusahaan atau rapat bersama klien. Aku hanya akan menghadiri acara formal yang diselenggarakan orang-orang tertentu. Aku tidak mengatur jadwal makan pribadi bersama siapapun. Tidak boleh ada janji pribadi di sela-sela jadwal harian kerjaku. Akhir pekanku aku akan habiskan di tempat pribadiku. Aku juga tidak menerima laporan pekerjaan saat hari libur kecuali hal mendesak. Apa kira-kira kau paham semua yang aku katakan?" jelas Micheline mendetail.
"Saya paham. Saya akan mencatatnya," jawab Hansel.
Micheline hanya diam menatap Hansel yang sudah siap dengan pena dan agenda catatannya. Hansel bertanya beberapa hal dan segera dijawab oleh Micheline tanpa ragu-ragu. Ia juga menjelaskan apa saja poin-poin penting selama menjadi Asisten pribadinya. Micheline begitu mendetail, ia ingin Asistennya sesempurna dirinya.
****
Sore harinya. Jam bekerja sudah berakhir. Banyak hal yang perlu diingat dan dihafalkan oleh Hansel untuk bisa memenuhi kriteria Asisten yang sempurna. CEO-nya sungguh rumit, ia merasa harus bisa melakukan semua keinginan atasannya tersebut dengan sangat baik.
"Bu, apakah Anda perlu hal lainnya lagi?" tanya Hansel menghadap Micheline di ruang kerjanya.
"Tidak ada, Hans. Jika kau ingin pulang, silakan saja. Aku juga akan kembali setelah ini."
"Saya akan menunggu Bu CEO sampai pulang. Ini hari pertama saya bekerja, saya tidak bisa meninggalkan Bu CEO begitu saja. Saya akan kembali ke meja saya," jawab Hansel.
Tidak lama kemudian pergi meninggalkan ruang kerja Micheline untuk kembali ke meja kerjanya. Ya, meja kerja Hansel tepat berada di depan ruangan Micheline. Meja Hansel juga bersebrangan dengan meja Sekertaris CEO.
Micheline sedikit terkejut, "Aneh sekali. Jarang ada orang yang tahan berada di sampingku meski hanya beberapa jam. Saat rapat saja semua pekerjaku terlihat tegang dan gugup. Dia santai sekali," gumam Micheline dalam hati.
Sekitar tiga puluh menit kemudian, Micheline selesai dengan pekerjaanya. Ia merapikan dokumen di atas meja kerjanya. Setelah semua sudah rapi ia segera mengenakan mantel dan menenteng tasnya untuk pergi meninggalkan ruangannya. Saat keluar dari ruangannya ia melihat ke arah meja kerja Hansel, Micheline melihat Hansel sedang sibuk menatap layar komputer. Merasa tertarik, Micheline pun langsung menghampiri Hansel dan mengetuk meja kerja Hansel perlahan.
Tok... Tok...
Suara meja yang terketuk oleh Micheline. Mendengar ada suara, Hansel pun menatap Micheline dan langsung kaget Ia langsung berdiri dari tempat duduknya, segera ia menyapa atasanya tersebut.
"Bu CEO sudah ingin pulang?" tanya Hansel menatap Micheline.
Micheline mengangguk, "Ya, kau tidak pulang? ah, jika kau ada waktu ayo pergi minum denganku. Aku yang akan traktir, anggap saja sebagai perayaan hari pertamamu bekerja."
"Bu CEO mau mengajak saya minum? malam ini?" tanya Hansel lagi.
"Itu terserah kau kapan punya waktu. Kau 'kan Asistenku. Jadi kau pasti tahu jadwalku seperti apa," jawab Micheline.
"Ah, iya. Saya mengerti. Saya hanya terkejut saja. Karena Anda bilang Anda tidak ingin membuat janji pribadi dengan siapapun."
"Kau mungkin salah paham, Hans. Itu untuk jam kerja. Di luar jam kerja itu berbeda. Kau 'kan Asistenku, maksudku kau harus bisa membedakannya. Sudahlah jika kau tidka ingin. Aku berniat baik mengajakmu kau sepertinya tidak senang hati. Aku pulang dulu, ya. Sampai besok," pamit Micheline.
"Bu CEO, tunggu. Saya bersedia minum bersama Anda. Ayo kita pergi minum, Bu."
"Ok, aku akan kirim alamatnya. Datanglah pukul delapan malam ini. Bye..." jawab Micheline yang langsung pergi meninggalkan Hansel.
Hansel menatap kepergian Micheline sampai hilang dibalik dinding. Ia melirik jam tangannya. Jam menunjukan setengah enam sore. Ia langsung merapikan meja kerjanya dan bersiap-siap untuk pulang. Ada yang aneh menurut Hansel. Baginya, Micheline sangatlah sulit untuk ditebak pemikirannya. Saat ia menilai Micheline adalah orang yang mudah untuk dihadapi, yang ia lihat justru kebalikannya. Micheline bukan orang yang mudah untuk dihadapi.
"Bagaimana bisa aku memata-matai perempuan itu. Pasti akan sulit," batin Hansel. Tidak lama setelah merapikan meja kerjanya. Ia langsung pergi meninggalkan meja kerjanya untuk pulang.
*****
Hansel kembali ke apartemen. Marc menyambut Hansel yang baru saja datang dengan senyuman hangat. Dan bertanya apa saja yang Hansel lalukan di luar rumah.
"Hai, teman. Apa yang kau lakukan? kenapa kau lama sekali pergi," tanya Marc.
"Aku tidak bisa jujur pada Marc soal pekerjaanku yang ada di bawah perintah Tuan Alfonzo. Tapi aku bisa beritahu dia jika aku dapat pekerjaan, kan? dia pasti akan terkejut," batin Hansel.
"Itu, sebenarnya aku tadi pergi ke perusahaan di mana nanti aku akan bekerja. Aku tadi hanya dipanggil untuk berbincang beberapa hal, tapi aku memutuskan untuk tinggal sampai jam kantor berakhir karena ingin beradaptasi dengan lingkungan baru. Aku merasa perlu tau meski sedikit sebelum aku benar-benar bekerja besok. Begitulah," jelas Hansel panjang lebar. Berharap Marc percaya dengan apa yang ia jelaskan.
"Wah. Kau keren sekali, Hans. Di mana kau bekerja? selamat, ya. Aku senang kau akhirnya bisa bekerja, Hans."
Hansel tersenyum, "Terima kasih, Marc. Sebuat berkatmu juga. Sekarang kau tidak perlu lagi sibuk mengurusiku. Karena aku sudah bisa mencari uangku sendiri. Aku sangat senang bisa menghasilkan uangku sendiri," jawab Hansel.
"Hei, jangan seperti itu. Aku sungguh tidak pernah terbebani olehmu. Kau adalah teman terbaikku Hans," jawab Marc.
"Maaf, Marc aku terpaksa menutupi sebenarnya aku dapat pekerjaan karena ada yang merekomendasikannya. Hanya saja kau pasti akan menghentikanku menerima perkerjaan itu jika tau aku harus memata-matai seseorang. Aku harap semua akan baik-baik saja. Aku tidak punya pilihan," batin Hansel.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Dirah Guak Kui
sebenarnya yg jahat itu keponakan/omnya ya
2021-11-06
0
Rhiena Sabrinaa
pasti nantii kecewa si CEOnya kalau hans sudah ketahuan rencananyaa...
2021-07-30
0
Franki Lengkey
mantap
2021-07-16
0