Sudah hampir dua Minggu berjalan. Namun, Hansel tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Hansel kesal, ia meeasa nasibnya sungguh sangat sial dan tidak beruntung. Marc juga mencoba menacarikan Hansel pekerjaan. Akan tetapi masih belum membuahkan hasil.
"Bersabarlah, Hans. Aku yakin kau pasti akan segera mendapatkan pekerjaanmu secepatnya. Kita berusaha bersama," kata Marc memberikan semangatnya.
"Terima kasih, Marc. Maafkan aku yang masih harus terus merepotkanmu. Kau benar, pasti aku akan dapatkan pekerjaan sesegera mungkin. Aku hanya kesal saja, rasanya hidupku tidak pernah beruntung. Terlebih setelah tiadanya Papa," jawab Hansel telihat sedih bercampur kecewa.
Marc menepuk bahu Hansel pelan, "Kau harus tetap semangat. Kau pasti bisa," ucap Marc tersenyum. Marc masih berusaha menghibur teman baiknya itu.
Meski telah dihibur oleh Marc, tetap saja rasa sedih yang mendalam masih dirasakan Hansel. Hanya saja ia tidak mau menunjukannya pada Marc. Terlalu banyak hal yang sudah Marc lakukan untuknya. Seakan beban hidupnya sepenuhnya ditanggung oleh Marc.
"Aku tidak bisa seperti ini terus-menerus. Bagaimanapun caranya aku harus mendapatkan pekerjaan. Tidak bisa selalu membebani Marc," batin Hansel.
"Hans, aku pergi ke bekerja dulu, ya. Kau beristirahatlah selagi masih bisa istirahat. Saat nanti kau sibuk bekerja, tidak akan ada lagi waktu untukmu tidur puas-puas."
Hansel tersenyum tipis, "Jangan khawatirkan aku. Pergilah, Marc. Hati-hati di jalan," jawab Hansel.
"Sampai nanti, Hans."
Marc pergi meninggalkan Hansel seorang diri di apartemen. Hansel meremat kuat jemarinya, rasa jengkelnya kembali memenuhi hatinya.
"Ini semua karena Paman dan Bibi. Aku akan balas semuanya nanti. Ini janjiku," batin Hansel memejamkan matanya lekat. Emosinya serasa memuncak dan meluap saat itu.
Ponsel Hansel berdering. Hansel mendapatkan panggilan dari nomor asing yang tidak dikenalnya. Merasa penasaran, Hansel pun menerima panggilan tersebut.
"Hallo," jawab Hasel.
"Hallo, apa benar saya berbicara dengan Tuan Feliks?"
"Ya, benar. Anda siapa?" tanya Hansel penasaran.
"Bisa kita bertemu? saya punya pekerjaan bagus untuk Anda, Tuan. Upahnya tidak akan mengecewkan."
Hansel mengernyitkan kening, "Apa-apaan orang ini. Apa dia sedang bergurau denganku?" batinnya kebingungan.
"Tuan, Anda mendengar saya? hallo..."
"Sa-saya mendengar Anda, Tuan. Lalu? kapan kita bertemu?" tanya Hansel bertanya lagi.
"Sekarang saya sedang ada disebuah kedai kopi. Anda bisa datanh ke sini. Saya akan mengirim alamatnya lewat pesan."
"Baiklah," jawab Hansel mengakhiri panggilan orang asing tersebut.
Cukup lama Hansel menatap layar ponselnya. Hansel masih bingung dan penasaran akan pekerjaan yang ditawarkan. Beberapa saat kemudian, sebuah pesan masuk. Hansel membuka pesan tersebut dan membacanya.
"Apa aku harus pergi? jika tidak mungkin aku akan melewatkan hal baik. Jika pergi, aku tidak tau pekerjaan macam apa yang orang itu tawarkan. Ucapan yang misterius membuatku ragu," gumam Hansel.
Setelah sekian menit berpikir, Hansel akhirnya beranjak dari sofa tempatnya duduk dan langsung mengenakan mantelnya untuk segera pergi. Meski setengah ragu, Hansel tidak ingin melewatakan kesempatan yang ada di depan mata. Soal pekerjaan apa nantinya, akan ia pikirkan kembali setelah tahu apa yang harus ia kerjakan.
*****
Seseorang sedang duduk menikmati secangkir kopi. Di sampingnya, berdiri seorang laki-laki berumur yang merupakan asisten pribadinya. Laki-laki itulah yang menghubungi Hansel sebelumnya.
"Menurutmu, apakah orang itu akan datang?"
"Tentu saja, Tuan. Setelah saya selidiki dia adalah seorang yang sangat membutuhkan pekerjaan. Perusahaan kita memang tidak bisa merekrutnya sebagai karyawan. Namun, ia bisa dijadikan kaki kanan Anda."
"Kita lihat saja, apakah dia layak atau tidak. Orang-orangku harus tangguh dan bernyali. Setidaknya aku perlu melihat kesungguhannya jika ia menerima penawaran ini. Bukan begitu?"
"Anda benar, Tuan. Saya harap dia tidak mengecewakan Anda."
Pintu kedai kopi itu terbuka. Hansel melihat sekeliling mencari dimana orang yang menghubunginya. Laki-laki berumur itupun menghampiri Hansel yang sedang kebingungan mencari dan membawanya menemui Tuannya.
"Silakan duduk," katanya ramah. Mempersilakan Hansel duduk di hadapan Tuannya.
"Terima kasih," jawab Hansel segera duduk. Hansel menatap tajam seorang yang duduk di hadapannya lalu seseorang yang berdiri di sisinya.
"Maaf membuatmu kebingungan. Saya Luiso, Asisten Pribadi Tuan Alfonzo. Beliau adalah orang yang ingin bertemu dengan Anda," kata Asisten memperkenalkan diri dan Tuannya.
"Hallo, senang bertemu dengan Anda, Tuan. Saya Hansel Feliks," jawab Hansel yang juga memperkenalkan diri.
"Hans, ya? nama yang cukup menarik. Langsung saja, apa kau sedang butuh pekerjaan?"
"Ya, saya sedang membutuhkan pekerjaan. Jujur saja, sudah hampir dua minggu ini saya terus mencari dan belum mendapatkan hasil."
"O... begitu rupanya. Jika kau ingin mengambil pekerjaan ini, aku akan memberika upah yang besar. Dengan uang yang aku berikan, kau bisa membeli rumah, mobil dan apapun yang kau inginkan. Bagaimana?" tawarnya.
Hansel mengangkat satu alisnya, "Apa ini tipuan? pekerjaan apa yang menghasilan begitu banyak uang? apa mereka komplotan kriminal? atau pengedar obat-obatan terlarang?" batin Hansel menebak-nebak tidak pasti.
Seseorang bernama Alfonzo itu menatap Asistennya. Ia seakan mengisyaratkan sesuatu untuk membujuk atau memerika penjelasan lebih rinci lagi pada Hansel yang terlihat ragu-ragu.
Asisten itu mengangguk, ia tahu apa yang dipikirkan Tuannya. Ia melangkah mendekati Hansel, dengan hati-hati ia meletakan sebuah amplop coklat di atas meja di hadapan Hansel.
"Ini adalah surat kontrak kerjasamanya. Silakan diperiksa terlebih dahulu," kata Asisten itu.
Hansel menatap amplop cokelat yang ada di atas meja di hadapannya. Dengan hati-hati ia membuka dan membaca dengan seksama isi dari amplop itu. Hansel melebarkan mata, apa yang tertulis sungguh menggiurkan. Namun, di dalam surat kontrak tersebut tidak ditulisakan secara rinci apa pekerjaan yang sebenarnya harus ia jalankan.
"Tidak ada tertulis pekerjaanku," ucap Hansel yang masih sibuk menatap surat kontrak.
Luiso dan Alfonzo saling menatap. Alfonzo mengangguk seakan mengiyakan sesuatu. Asisten Luiso pun menjelaskan kembali perihal pekerjaan Hansel.
"Apa yang kami inginkan sederhana. Anda hanya harus melaporkan pergerakan Target. Dengan siapa target bertemu, apa yang target lakukan setiap harinya. Anda harus melaporkan secara rinci setiap hari selama kurang lebih satu Bulan lamanya."
"Memata-matai, ya?" sahut Hansel meletakan surat kontrak di atas meja.
"Bisa dikatakan seperti itu."
"Maaf, jika saya boleh bertanya. Siapa orang yang akan saya mata-matai itu?" tanya Hansel.
"Dia adalah keponakanku. Dia seorang muda yang licik dan suka bermain trik. hampir seluruh koneksiku direbutnya. Aku tidak menyangka Kakaku mempunyai Anak sepertinya. Ia bahkan berani menantangku dan terang-terangan melawanku tanpa kenal takut," jelasnya Alfonzo cukup detail.
Hansel menatap Alfonzo, "Apa ini persaingan antara keponakan dan Paman? perebutan tahta begitu?" batin Hansel.
"Bagaiman, Hans? apa yang kau pikirkan?" tanya Alfonzo.
"Maaf, Tuan. Saya sedang memikirkan hal lain. Baiklah, karena saya juga butuh uang untuk bertahan hidup. Maka, saya akan menerima tawaran dari Tuan. Apa saja yang haris saya persiapkan? dan, bagaimana saya mendekati keponkan Anda?" tanya Hansel ingin tahu.
"Soal itu, kami akan mengaturnya untuk Anda, Tuan. Anda tidak perlu khawatir lagi. Anda cukup mempersiapkan diri," kata Luiso.
"Ok," jawab Hansel.
Luiso mengelurkan sebuah amplop cokelat berisi sejumlah uang pada Hansel. Hansel sempat terkejut, karena ia tiba-tiba saja diberi uang oleh Luiso.
"Apa ini? saya belum bekerja, bukan?" tanya Hansel.
"Anggap saja ini hadiah perkenalan kita. Aku percaya padamu, Hans. Kau memiliki wajah di atas rata-rata. akan sangat bagus jika keponakanku itu bisa dekat denganmu. Ingat, kau harus bekerja dengan sungguh-sungguh."
"Silakan, Tuan. Anda pasti mrmbutuhkan ini," kata Luiso menatap Hansel.
Dengan sedikit keraguan Hansel menerima uang pemberian Luiso. Hansel merasa pekerjaannya tidak akan semudah yang dipikirkannya. Namun, ia tidak bisa menolak karena memang butuh uang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari setelah dua minggu terus membebani Marc.
"Baiklah, saya akan terima ini. Terima kasih, Tuan. Saya akan bsrusaha sebaik mungkin untuk perkerjaan saya," ucap Hansel yang lansgung menerima uang pemberian Luiso dan menatap Luiso lalu menatap Alfonzo.
Alfonzo menganggukkan kepalanya perlahan, "Aku menantikan hasil kerjamu," jawab Alfonzo.
"Ya, Tuan. Sekali lagi terima kasih," jawab Hansel.
"Cukup di sini pembahasan kita. Selebihnya kau akan mendengarkan arahan dari Asistenku. Sampai jumpa lagi, Hans."
"Baik. Tuan."
Alfonzo bangkut berdiri dari duduknya, lalu melangkah perlahan meninggalkan kedai kopi. Luiso masih bersama Hansel. mengarakan beberapa hal pada Hansel agar Hansel lebih mengerti dan tahu apa pekerjaanya.
"Saya rasa arahan dari saya sudah cukup, Tuan. Saya harap Anda benar-benar bisa diandalkan," kata Luiso.
"Semoga saja. Ah, tidak. Saya pasti bisa, dan harus. Terima kasih Tuan Luiso," jawab Hansel tersenyum.
Luiso tersenyum, "Kalau begitu saya pamit undur diri. Sampai jumpa," pamit Luiso.
"Ya, silakan. Hati-hati, Tuan Luiso."
Hansel kembali duduk. Ia meletakan amplop cokelat berisi uang di atas meja dan memandanginya cukup lama. Seperti mimpi baginya bisa mendapatkan uang dalam jumlah yang cukup besar hanya dengan pertemuan singkatnya dengan orang asing. Ia bertekad apapun resikonya ia akan tanggung. Ia sudah menyanggupi pekerjaan itu dan harus menyelesaikannya dengan baik sampai di akhir.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Dirah Guak Kui
jgn2 keponakan yg disebut itu adalah seorang perempuan
2021-11-06
0
Franki Lengkey
aduh pekerjaan apaan itu hans hati2
2021-07-16
0
Kembang Desa
pokoknya keren 🥰🥰
2021-07-08
0